Pada dasarnya suami isteri harus bergaul dengan sebaik-baiknya, saling mencintai dan menyayangi. Suami isteri harus bersabar apabila melihat sesuatu yang kurang berkenan atau kurang disenangi pada pasangannya, hal ini sebagaimana disebutkan dalam al-Qur'an surat an-Nisa' ayat 19:
... وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
Artinya: “………”
Ayat di atas mengandung perintah dan larangan demi untuk kebaikan suami isteri, yaitu perintah untuk bergaul dengan isteri secara baik menurut yang ditetapkan oleh kebiasaan yang tumbuh dari kemanusiaan yang terhormat. Kebalikannya ayat ini juga mengandung larangan menyusahkan isteri dan berlaku kasar kepadanya.
Al-Qur'an menggambarkan beberapa situasi dalam kehidupan suami isteri yang menunjukkan adanya keretakan dalam rumah tangga yang dapat berujung pada perceraian. Keretakan dan kemelut rumah tangga tersebut bermula dari tidak berjalannya aturan yang ditetapkan Allah bagi kehidupan suami isteri dalam bentuk hak dan kewajiban yang mesti dipenuhi kedua belah pihak. Al-Qur'an menjelaskan beberapa usaha yang harus dilakukan dalam menghadapi kemelut tersebut agar perceraian tidak sampai terjadi. Dengan demikian al-Qur'an mengantisipasi kemungkinan terjadinya perceraian dan menempatkan perceraian itu sebagai alternatif terakhir yang tidak mungkin dihindarkan. Ada dua antisipasi terhadap kemelut antara suami isteri yang bisa mengarah kepada perceraian yang disebutkan al-Qur'an, yaitu nusyuz (نشوز) baik dari pihak isteri atau suami dan syiqaq (شقاق)serta upaya mengatasinya ketika terjadi nusyuz dan syiqaq.
1. Nusyuz dari pihak isteri.
Dilihat dari sikap isteri kepada suaminya dapat dipilah menjadi dua, Pertama, isteri yang salihah, yaitu yang tunduk dan taat kepada perintah Allah, melaksanakan kewajiban isteri dengan baik, patuh kepada petunjuk suami dan mengakui keberadaan suami sebagai pemimpin rumah tangga atau sebagai partner dalam rumah tangga. Terhadap isteri yang demikian tidak ada hak apapun bagi suami untuk menyia-menyiakannya. Kedua, isteri yang berusaha keluar dari kewajibannya sebagai isteri, berusaha meninggalkan suami sebagai pucuk pimpinan rumah tangga, menuruti kemauannya sendiri, dan menghendaki agar kehidupan rumah tangga menjadi berantakan. Isteri yang demikian disebut isteri yang nusyuz.
Nusyuz yaitu meninggalkan kewajiban suami isteri. Nusyuz secara etimologi berarti irtifa'(ارتفاع) yang berati meninggi atau terangkat. Isteri nusyuz terhadap suami berarti isteri merasa dirinya sudah lebih tinggi kedudukannya dari suaminya, sehingga ia tidak lagi merasa berkewajiban mematuhinya. Secara definitif nusyuz diartikan dengan "kedurhakaan isteri terhadap suami dalam hal menjalankan apa-apa yang diwajibkan Allah atasnya”. Nusyuz dari pihak isteri, seperti isteri meninggalkan rumah tanpa seizin suami, enggan melaksanakan kewajibannya sebagai isteri, bersikap membangkang terhadap suami. Terhadap isteri yang demikian ini al-Qur'an memberi petunjuk cara menormalisir keadaannya; mengembalikan kepada kedudukannya sebagai isteri melalui jalan yang jelas dan dikenal dalam dunia pendidikan dan perbaikan. Mengenai caranya diserahkan kepada kebijaksanaan suami selaku pemimpin dan penanggung jawab keluarga. Hanya saja hal-hal yang bersifat intern jangan tersiar dan tersebar keluar, penyelesaian dilakukan secara intern tetapi mencapai tujuan, tidak tersebar kejelekan-kejelekan rumah tangga di mata masyarakat.
Dalam menghadapi isteri yang nusyuz, suami dibenarkan mengambil tindakan sebagaimana diajarkan dalam surat an-Nisa' ayat 34:
وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا(النسآء: 34)
Artinya: “……………”
Dari ayat di atas, tindakan yang dapat dilakukan suami terhadap isterinya yang nusyuz, ialah:
Pertama, bila terlihat tanda-tanda bahwa isteri akan nusyuz, suami harus memberikan peringatan dan pengajaran, nasihat dan petunjuk yang baik. Menjelaskan kepada isterinya bahwa tindakannya itu perbuatan dosa di sisi Allah, salah menurut agama dan menimbulkan risiko ia dapat kehilangan haknya. Apabila dengan pengajaran seperti itu si isteri kembali kepada keadaan semula sebagai isteri yang baik, masalah sudah terselesaikan dan tidak boleh diteruskan kepada tindakan lain.
Kedua, apabila dengan cara pertama isteri tidak memperlihatkan perbaikan sikap dan secara nyata nusyuz itu telah terjadi, langkah kedua yang ditempuh suami ialah pisah tempat tidur, isteri dikucilkan dari tempat tidur dalam arti menghentikan hubungan seksual. Hijrah dalam ayat di atas, bisa juga diartikan meninggalkan komunikasi dengan isteri. Apabila dengan cara ini isteri telah kembali taat, persoalan sudah terselesaikan dan tidak boleh diteruskan kepada tindakan lain.
Ketiga, jika dengan cara pisah ranjang, isteri belum memperlihatkan adanya perbaikan, ditempuh langkah ketiga, yaitu suami boleh mengambil tindakan pisik/jasmani, suami boleh memukul isterinya dengan pukulan yang tidak menyakiti. Pukulan dalam dalam hal ini dalam bentuk ta'dib atau edukatif, bukan atas dasar kebencian.
Perlu diperhatikan, kebolehan suami memukul isteri yang nusyuz bukanlah berarti memberi hak kepada suami untuk memukul isteri yang nusyuz dalam keadaan apapun dan pada tempat manapun, melainkan semat-mata bersifat pengajaran dan bertujuan kemaslahatan serta tidak ada jalan selainnya, kesemuanya dilakukan terjauh dari rasa dendam. Dalam hal ini hendaklah dicontoh sikap Rasulullah saw sebagai orang pertama yang melaksanakan al-Qur'an, beliau tidak pernah selama hayatnya memukul isterinya. Rasulullah membenci dan mencela suami yang gampang memukul isterinya, beliau bersabda:
لَا يَجْلِدُ أَحَدُكُمْ امْرَأَتَهُ جَلْدَ الْعَبْدِ ثُمَّ يُجَامِعُهَا فِي آخِرِ الْيَوْمِ (رواه البخارى عن ْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَمْعَة )
"Janganlah seseorang di antara kamu (suami) memukul isterinya seperti memukul budak sahaya kemudian dikumpuli pada malam hari".
Dibolehkan suami memukul isterinya yang nusyuz adalah jika memang cara itu satu-satunya jalan mendidik isterinya dan mengembalikannya kepada ketaatan, karena pada sebagian wanita ada yang hanya dapat diperbaiki nusyuznya dengan cara ini.
menegenai Syiqaq selahkan baca di sini
Loading...
0 Response to "ANTISIPASI TERHADAP PERCERAIAN"
Post a Comment