Kezaliman Terhadap Umat Islam Indonesia

Pendahuluan.
Reformasi, tidak saja berhasil menumbangkan singgasana kekuasaan rezim diktator Soeharto pada tanggal 21 mei 1998 yang telah bercokol selama 32 tahun lamanya. Tetapi juga berhasil mengungkapkan misteri politik rezim-rezim penguasa Indoenesia yang selama bertahun-tahun mencekam dan mencengkram kehidupan masyarakat dan terlebih khusus umat islam Indonesia. Dan lebih dari itu, reformasi yang dipelopori oleh mahasiswa dan rakyat mampu menggelindingkan kebebasan berbicara dan membuka hati kita. Ternyata ada yang salah dalam pengelolaan negeri ini. Sehingga bangsa Indonesia ditimpa musibah dahsyat di bidang ekonomi, politik, sosial, moral dan hukum.

Perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia tidaklah muncul begitu saja. Namun melalui proses perjuangan panjang yang telah dilampauinya. Kedatangan bangsa eropa yang membawa alat perang serat semboyan imperialis yang mengusung gospel-gold-glory telah menyengsarakan masyarakat Indonesia. Umat islam Indoensia punya peranan yang menentukan dalam dinamika perjuangan untuk mendapat kemerdekaan Indonesia. Dimulai dengan perlawanan kerajaan-kerajaan islam melawan kolonial, meskipun perlawanan ini masih bersikap parsial antar kerajaan tetapi sangat memberikan efek resah terhadap penjajah. Walaupun akhirnya perlawanan pada fase ini terkalahkan oleh penjajah.

               Meskipun demikian, semngat rakyat tidak pudar melawan penjajahan kolonial. Maka selanjutnya perjuangan melawan penjajahan diteruskan oleh rakyat yang dipimpin oleh ulama. Pada fase inilah muncul era gerakan sosial merata di seluruh pelosok tanah air. Sifat militan yang dimiliki oleh semua gerakan sosial ini ternyata bisa menggoyahkan kekuasaan penjajahan kolonial. Pada fase ini kekuatan militer penjajah kolonial sudah mulai kalang-kabut melawan kekuatan rakyat Indonesia yang banyak dimotori oleh umat Islam Indonesia beserta para ulama.

               Terbentuknya Sarekat Dagang Islam (1905), Sarekat Islam (1912), Muhammadiyah (1912), Persisi (1920), Nahdatul Ulama (1926), Boedi Oetomo (1908) adalah awal dari pada kesadaran rakyat Indonesia untuk bangkit dan segera mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia agar diakui oleh dunia sebagai bangsa yang berdaulat dan memiliki kemerdekaan penuh serta dapat dengan segera mengakhiri penderitaan rakyat Indonesia yang diakibatkan penjajahan kolonial.
               Perjuangan umat Islam Indonesia tidak putus sampai disitu, karena walaupun Indonesia telah melaksanakan proklamasi kemerdekaanya pada tanggal 17 agustus 1945. kondisi Indonesia belum stabil dengan adanya berbagai usaha pihak Belanda masih ingin menguasai beberapa wilayah Indonesia. Adanya Askar Perang Sabil (APS) dan MOSI INTEGRAL NATSIR merupakan sumbangsih umat Islam Indonesia yang sangat berani dalam eksistensi Negara kesatuan republik Indionesi (NKRI).
               Itulah potret sekilas peranan umat Islam dalam perjuangan Indonesia untuk mewujudkan kemerdekaanya yang utuh dalam kerangka NKRI. Dengan demikian umat Islam adalah sebagai pelopor kemerdekaan Indonesia bahkan bisa dikatakan pemilik sah bangsa Indonesia adalah umat Islam. Karena ribuan umat Islam beserta ulamanya gugur dalam medan juang untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Tapi mengapa jasa umat Islam Indonesia yang begitu besar dibalas dengan kezaliman semua rezim yang pernah berkuasa di NKRI. Apa dosa umat Islam Indonesaia sehingga selalu dijadikan sasaran kelaliman dan kezaliman para penguasa diktator.

Fakta-fakta Kezaliman Terhadap Umat Islam Indonesia
1.      Penghapusan Piagam Jakarta (18 Agustus 1945)
               Kira-kira satu bulan sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 agustus 1945 telah terjadi perdebatan sengit antara dua kubu: Kelompok santri dan abangan yang tergabung dalam “Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai” merupakan sebuah badan yang dibentuk oleh tentara pendudukan Jepang guna mencari dasar bagi kemerdekaan Indonesia serta mendiskusikan UUD Republik di masa datang. Pada akhirnya dicapailah suatu kesepakatan yang memuat kerangka undang-undang Negara Indonesia sekaligus lima dasar Pancasila.
               Para wakil muslim di dalam badan ini berhasil mengokohkan prinsip yang memungkinkan untuk memberikan warna keislaman dan menonjolkan kepribadian Islam dengan menambahkan kalimat “Dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam Bagi Pemeluknya”. Kesepakatan ini kemudian diterima sebagai pembukaan undang-undang dasar yang dikenal dengan piagam Jakarta. Akan tetapi ketika UUD ini diumukan pada tanggal 18 agustus 1945 sehari setelah setelah proklamasi kemerdekaan kalimat tersebut dihapuskan melalui tangan pemimpin diktator-sekuler Soekarno yang kemudian diangkat menjadi Presiden RI yang pertama. Dengan kejadian ini, maka kemenangan yang semula berada di tangan kaum muslim berubah menjadi serangan dan penistaan. Dihapusnya tujuh kalimat yang terdapat di dalam piagam Jakarta pada akhirnya menimbulkan permusuhan berkelanjutan selama 20 tahun pertama semenjak berdirinya Republik Indonesia.
2.      Penumbangan Partai MASYUMI (1960)
        Masyumi selalu menjadi anggota paling menonjol dalam kabinet pemerintahan pertama yang dibentuk sejak 1948 dan seterusnya. Kemudian memperoleh kursi Perdana Menteri berulang kali. Sekalipun kekuatannya makin bertambah setelah pemilu 1955, tetapi pada periode selanjutnya mengalami kemerosotan. Partai ini terlibat dalam gerakan daerah melawan diskriminasi pemerintahan pusat yang disponsori oleh Darul Islam. Perlawanan ini ditumpas oleh pemerintahan pusat dan militer hingga keakar-akarnya. Masyumi juga beroposisi terhadap presiden Soekarno yang berkolaborasi dengan PKI.
        Dengan sikap seperti itu, dijadikan alasan oleh Jendral Abdul Haris Nasution untuk menumpas Masyumi. Kemudian pada tahun 1960 Soekarno melarang aktifitas partai masyumi untuk selamanya.
3.      Asas Tunggal Pancasila (1970)
        Rezim diktator Soeharto dimulai dengan babak baru dengan upaya pengebirian gerakan-gerakan Islam dengan dipaksakanya asas tunggal Pancasila bagi semua partai politik Islam maupun organisasi sosial kemasyarakatan Islam. Sehingga semua gerakan harus sama dan sejalan dengan kemauan syahwat rezim diktator Soeharto dengan konco-konconya. Tak dapat dielakkan adanya perlawan dari parpol Islam maupun ormas Islam yang jelas-jelas memiliki garis gerakan perjuangan.
        Perlawanan ini berakibat pada tuduhan subversi dan upaya pemerintah untuk mengahabisi gerakan ini. Tak ayal umat islam Indonesia yang menjadi sasaran intaian utama. Dakwah yang menjadi sarana pendidikan bagi umat Islam dikebiri dengan hanya boleh menyampaikan materi-materi yang pro dengan pemerintah. Menyinggung sedikit saja akan dituduh sebagai upaya subversi yang berakibat pada bui dan penyiksaan. Lain lagi kalau gerakan ini bersifat kolektif, maka militer akan bertindak dengan kekuatan perang yang siap untuk membantai pimpinan beserta pengikutnya.
4.      Pembantaian Tandjung Priok (12 September 1984)
        Koja, adalah lokasi dimana peristiwa pembantaian Tanjung Priok terjadi. Merupakan daerah hunian kaum buruh galangan kapal, pabrik bangunan dan pekerja serabutan. Masjid merupakan barometer kehidupan, tempat berkumpulnya umat serta tempat melepas lelah dari kesemerawutan bagi penduduk di daerah semacam Tanjung Priok.
        Peristiwa ini dimulai dengan adanya keharusan RUU organisasi sosial yang mengahruskan penerimaan asas tunggal Pancasila. Seorang dai menyampaikan ceramah di mushola kecil bernama Assa’adah dengan menjadikan topik tersebut sebagai pembahasan. Pada tanggal 7 September 1984, seorang Babinsa datang ke musholla dan memerintahkan untuk mencabut pamflet dan jadwal pengajian. Pada hari berikutnya Babinsa itu datang kembali bersama seorang prajurit untuk mengecek pamflet dan jadwal itu sudah dicopot atau belum. Beredar isu bahwa ketika Babinsa bersama prajuritnya itu masuk musholla dengan tidak melepas sepatu dan menyiram pamflet serta jadwal dengan air comberan.
        Pada tanggal 10 September 1984, Syaifuddin Rambe dan Sufyan Sulaiman takmir masjid Baitul Makmur yang berdampingan dengan musholla as-Sa’adah berusaha untuk menenangkan suasana dan menyarankan kepada kedua prajurit supaya persoalanya disudahi dan dianggap selesai. Tetapi mereka menolak saran tersebut. Tiba-tiba saja salah seorang dari kerumunan massa menarik sepeda motor milik salah seorang prajurit yang ternyata seorang marinir kemudian dibakar. Maka pada hari itu juga Syarifuddin Rambe, Sufyan Sulaiman, Ahmad Sahi pengurus musholla as-Sa’adah dan Muhammad Nur salah seorang yang ikut membakar motor.
        Pada tanggal 12 September 1984, beberapa orang mubaligh termasuk Amir Biki yang mempunyai hubungan baik dengan beberapa Perwira di Jakarta berbicara dengan keras yang isinya menyampaikan ultimatum agar membebaskan para tahanan paling lambat pukul 23.00 WIB malam itu. Disaat ceramah telah usai massa telah berkumpul sekitar 1500 orang demonstran bergerak menuju kantor Polsek dan Koramil setempat. Sebelum massa tiba di tempat yang dituju, sekonyong-konyong mereka telah dikepung dari dua arah oleh pasukan bersenjata berat dalam posisi siaga tempur. Lalu terdengar suara tembakan kemudian diikuti oleh pasukan yang langsung mengarahkan moncong bedilnya kepada kerumunan massa demonstran. Sehingga dalam beberapa detik saja jalanan dipenuhi jasad manusia yang telah mati dan bersimbah darah.
        Sembari para tentara mengusung korban yang telah mati dan luka-luka ke dalam truk-truk militer, tembakan terus berlangsung tanpa henti. Semua korban dibawa ke RS Militer di tengah kota Jakarta. Sedangkan RS lain diultimatum untuk tidak menerima pasien korban pembantaian Tanjung Priok. Setelah seluruh korban diangkut mobil-mobil pemadam kebakaran datang untuk membersihkan jalan dari genangan darah.
        Peristiwa pembantaian Tanjung Priok adalah fakta kezaliman rezim diktator Soeharto dengan dalih subversi yang mengakibatkan hampir setiap keluarga kehilangan anggota keluarganya dengan jumlah ratusan korban meninggal dunia tanpa ada pengusutan hukum pada pihak militer sebagai pelaku.
5.      Lampung Berdarah (7 Pebruari 1989).
        Tragedi Lampung berdarah terjadi pada tanggal 7 Pebruari 1989 di dusun Talang Sari III, desa Raja Basa Lama, kota administratif Metro Lampung Tengah. Tragedi ini berawal dari undangan untuk mengikuti gotong royong di desa itu. Ajakan itu ditolak Anwar Warsidi karena ia berprinsip pantang seorang Ulama menghadap Umara. Penolakan ini dinilai sebagai pembangkangan terhadap pemerintah. Kades Amir pun melaporkan kelompok Anwar Warsidi ke Camat Way Jepara Koramil dan Kodim.
        Lalu tersebarlah isu kelompok Anwar Warsidi sebagai GPK. Ajaran agamanya digolongkan sesat. Kelompok itu juga dituding melakukan latihan perang dengan panah, parang dan tombak. Penyerbuan ke markas Anwar Warsidi diawali penagkapan beberapa anak buahnya yang melakukan jaga malam di sekitar komplek pondok Warsidi pada tanggal 5 Pebruari 1989. Esoknya, Kapten Sutiman (Danramil Way Jepara) bersama beberapa anak buahnya datang ke pondok Warsidi.
        Sambil mengeluarkan umpatan-umpatan kasar, rombongan Koramil memuntahkan tembakan ke sejumlah santri Warsidi. Melihat perilaku brutal itu, Warsidi memerintahakan anak buahnya menyerang. Sutiman tewas dan membuat tentara kalap. Perkampungan Warsidi diserbu dan dibumi-hanguskan dengan puluhan truk dan dua helikopter militer. Para korban tumpang tindih di puing-puing bangunan terdiri dari pria, wanita dan anak-anak. Karena peristiwa itu terjadi saat berlangsungnya pengajian akbar.
        Ada beberapa versi soal tempat penguburan korban. Sebagian penduduk meyakini Warsidi dan para santrinya dikubur diladang milik Amir, yang tak jauh dari lokasi kejadian. Dan ada juga yang mengatakan dikubur secara terpisah di lokasi pemukiman. Dua tahun setelah kejadian (1991) beberapa truk mengangkut tentara masuk ke kawasan itu untuk menggali kuburan dan mengangkat tulang belulang ke dalam truk dan entah dibawa kemana. Tapi, sebagian tulang belulang dibakar untuk menghilangkan jejak tragedi ini.
        Dalam kasus Lampung berdarah ini, yang menjadi fokus perhatian massa adalah Tri Sutrisno selaku Pangab dan Kolonel Hendro Priyono selaku Danrem 043 Garuda Hitam dengan tuduhan upaya penggulingan pemerintahan resmi (subversi).
        Walaupun benar Warsidi dan para jama’ahnya melakukan subversi apakah punya hak pemerintah untuk membantai umat? Apakah tidak ada cara lain yang lebih represif?.
6.      Tuduhan Islam Sebagai Terorist.
        Genderang reformasi telah ditabuh. Kebebasan berarti telah dimulai dan kesengsaraan umat Islam Indonesia mulai lepas dari bayang-bayang diskriminasi rezim diktator Soeharto. Tapi, ternyata kezaliman pemerintah penguasa tidak kunjung habis juga. Umat Islam Indonesia terus menerus mengalami penistaan, penindasan, dan pelecehan baik secara fisik, mental, poloitik, pendidikan, ekonomi dan hampir disegala bidang kehidupan. Selama ini umat Islam Indonesia hanya disuguhi wacana indah tentang kerukunan, perdamaian, dan toleransi. Namun dan sikap perilaku  pemerintah tidak menunjukan adanya niat yang menentramkan hati. Umat Islam menantikan kesungguhan pemerintah untuk menunjukan ittikad baiknya dalam bentuk tindakan konkrit.
        Amerika sebagai Negara super power bak gebakaran jenggot tatkala pada tanggal 11 September 2001 menara kembar WTC sebagai simbol  kedigdayaan Amerika runtuh di bobol pesawat terbang yang berhasil menerobos sistem keamanaan. Osamah bin Laden yang tertuduh sebagai arsitek peledakan ini menjadi target utama penangkapan teroris nomor satu dunia baik hidup ataupun mati.
        Masalah tidak hanya selesai antara Amerika dan Osamah bin Laden, tetapi semua pergerakan Islam seluruh dunia juga menjadi sasaran amukan militer Amerika.
        Indonesia yang penduduknya mayoritas muslim tak luput dari plototan militer dan pemerintah Amerika. Amerika yang menjadi Negara super-power dengan lantang mengatakan akan melibas semua Negara yang melindungi gerakan teroris. Sudah jelas yang dituju adalah gerakan Islam.
        Peristiwa peledakan bom di Legian Kuta Bali pada tanggal 12 Oktober 2002, tuduhan gagasan pembunuhan Presiden Megawati pada tahun 2001, peledakan malam Natal pada tahun 2000, peledakan di depan Konjen Filipina pada tanggal 12 Oktober 2002, peledakan Hotel JW. Marriot pada tanggal 5 Agustus 2003, pemboman di depan Kedubes Autralia pada tanggal 9 September 2004, semua peristiwa ini dituduhkan pada gerakan teroris Islam radikal. Padahal tidak ada bukti bahwa itu murni perbuatan umat Islam. Padahal, banyak fakta dan data yang mendukung bahwa peristiwa-peristiwa itu adalah hasil rekayasa oknum pemerintah yang sudah menjadi pesanan Amerika. Walaupun benar banyak aktivis muslim yang terlibat, tetapi tidak luput dari penyusupan intel untuk menguatkan opini bahwa gerakan Islam benar-benar teroris yang berbahaya.
        Tak ayal, banyak aktivis muslim yang ditangkap oleh aparat yang memang sudah kong-kalikong dengan kepentingan Amerika dengan tuduhan adanya kaitan pergerakan dengan al-Qaeda. Padahal dengan tuduhan pasal 13 Undang-Undang Anti Terorisme nampaknya tetap sulit menjerat semua tuduhan terhadap aktivis muslim ini.

Penutup
         Nasib yang menimpa umat islam Indonesia yang tidak kunjung usai entah sampai kapan akan melanda. Mungkin selama kejurigaan terhadap ajaran Islam yang Hanif tetap ada. Maka kezaliman dan diskriminasi tidak akan usai. Ataukah mungkin karena ajaran Islam yang pro dengan keadilan dan sangat menentang akan kemungkaran sosial sangat bertentangan dengan nafsu sahwat berkuasa para penguasa dan calon-calon penguasa Indonesia, sehingga mereka tidak akan mau untuk berjalan dan bergandeng tangan dengan umat Islam Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Adam Soepardjan. Mendobrak Penguasa Rezim Soeharto. Yogyakarta : Penerbit Ombak, 2004.
Ahmad Adaby Darban. Peranan Islam Dalam Perjuangan Indonesia. Yogyakarta : Makalah, 1989.
Fauzan Al-Anshori. Melawan Kezaliman. Jaktim : Pustaka Basyira, 2005.
Irfan S. Awwas. Apa Dosa Rakyat Indonesia. Yogyakarta : Wihdah Press, 2005.
Irfan S. Awwas. Trauma Lampung Berdarah : Dibalik Manufer Hendro Priyono. Yogyakarta : Wihdah Press, 2000.
Team Peduli Tapol : Amnesti Internasional. Fakta Diskriminasi Rezim Soeharto Terhadap Umat Islam. Yogyakarta : Wihdah Press, 1998.
ditulis oleh HUSNUL AZHAR
              
               


Loading...

0 Response to "Kezaliman Terhadap Umat Islam Indonesia"

Post a Comment