JENIS-JENIS BESAR


Syirik besar terbagi dalam enam jenis:

Pertama, syirik do’a.
Yaitu bedo’a kepada selain Allah swt sama seperti berdo’a kepada Allah swt, baik sebagai permohonan maupun sebagai ibadah. Jika dengan do’a itu ia memohon manfaat atau meminta dihindarkan dari bahaya, maka itu disebut sebagai do’a permohonan. Jika dengan do’a itu menunjukkan kepasrahan dan ketundukan kepada Allah swt, maka itu disebut do’a ibadah. Kedua do’a itu tidak ditujukan kecuali hanya kepada Allah swt karena tidak boleh menyembah selain Allah swt dengan kedua do’a itu. Dan memberikan atau mengarahkannya kepada selain Allah swt adalah syirik dalam do’a.
Allah swt berfirman dalam surat al Mu’min 60:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

“Dan Tuhanmu berfirman: “berdo’alah kamu kepada-Ku niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang – orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk dalam neraka jahannam dalam keadaaan hina dina”
Yang dimaksud dengan menyembah-Ku dalam ayat tadi adalah berdo’a, karena permulaan ayat itu menyatakan: “berdo’alah kepada-Ku”. Setelah itu Allah swt menjelaskan balasan bagi yang menyombongkan diri dari berdo’a kepada Allah swt, baik dengan berdo’a kepada selain Allah swt maupun dengan meninggalkan do’a kepada Allah swt secara mutlak karena keangkuhan, kesesatan dan kesombongan. Walaupun mungkin ia tidak berdo’a kepada selain Allah swt.
Allah swt berfirman dalam surat al A’raf 55:

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

 

 “Berdo’alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut”

Dalam ayat ini Allah swt menyuruh manusia berdo’a kepada-Nya. Dengan berdoa berarti manusia beribadah dan menyembah Allah swt. Makna ibadah yang sesungguhnya adalah melaksanakan perintah Allah swt dan meninggalkan larangan-Nya. Jika perintah berdo’a itu dilanggar dengan berdo’a kepada selain-Nya, maka ia dianggap menyembah objek yang kepadanya ia berdoa’. Karena dengan begitu ia telah menyamakan objek tersebut dengan Allah swt dan memberikan hak ibadah yang sebenarnya hanya kepada Allah swt.
Allah swt berfirman dalam surat  asy Syu’ara 97-98 tentang penghuni neraka:

«!$$s? bÎ) $¨Zä. Å"s9 9@»n=|Ê AûüÎ7B ÇÒÐÈ øŒÎ) Nä3ƒÈhq|¡èS Éb>tÎ/ tûüÏJn=»yèø9$# ÇÒÑÈ
"Demi Allah: sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata, Karena kita mempersamakan kamu dengan Tuhan semesta alam".

Dengan demikian, semua bentuk perilaku menyamakan selain Allah dengan Allah swt dalam ibadah dan ketaatan yang merupakan perilaku mempersekutukan Allah swt itu adalah syirik besar. Maka do’a – dengan kedua jenisnya – adalah sebentuk ibadah kepada Allah swt
Do’a dengan arti memohon dan menyembah tertera dalam surat al Mu’min 60:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdo’lah Kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu”
Maka, kita tidak boleh memohon kepada makhluk yang sudah mati atau ghaib untuk memenuhi kebutuhan atau mengeluarkan dari suatu musibah. Ini pada masalah-masalah yang tidak dapat dilakukan kecuali oleh Allah swt.
Do’a di sini lebih umum dari sekedar menghilangkan musibah, memohon pertolongan atau memohon sesuatu yang dicintai. Do’a kepada selain Allah swt yang dianggap syirik harus memenuhi tiga syarat:
Pertama, hendaklah doa’ itu diucapkan dengan kata yang bermakna hakiki, bukan majazi (metafora).
Kedua, muatan do’a itu pada masalah-masalah yang hanya dapat dilakukan oleh Allah swt sendiri.
Ketiga, muatan do’a ghaib atau terpisah dari objek yang kepadanya ia berdo’a, baik dari segi tempat, waktu maupun karena kematian. Do’a seperti ini tentu tidak dapat dikabulkan. Karena objek yang ghaib dan mati sama sekali tidak mengetahui sedikit pun tentang do’a orang-orang yang berdo’a dan permohonan orang-orang yang memohon.
Kewajiban berdo’a hanya kepada Allah swt didasarkan pada dalil-dalil al Qur’an dan as Sunnah.
Allah berfirman dalam Q.S Maryam ayat 48-49:
öNä3ä9ÍtIôãr&ur $tBur šcqããôs? `ÏB Èbrߊ «!$# (#qãã÷Šr&ur În1u #Ó|¤tã Hwr& tbqä.r& Ïä!%tæßÎ/ În1u $|É)x© ÇÍÑÈ $£Jn=sù öNçlm;utIôã$# $tBur tbrßç7÷ètƒ `ÏB Èbrߊ «!$# $oYö7ydur ÿ¼ã&s! t,»ysóÎ) z>qà)÷ètƒur ( yxä.ur $uZù=yèy_ $wŠÎ;tR ÇÍÒÈ
48.  Dan Aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan Aku akan berdoa kepada Tuhanku, Mudah-mudahan Aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku".
49.  Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, kami anugerahkan kepadanya Ishak, dan Ya'qub. dan masing-masingnya kami angkat menjadi nabi.

وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ .وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ
“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang meyembah sesembahan selain Allah yang tidak dapat memperkenankan (do’a)nya sampai hari Kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) do’a mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat) niscaya sesembahan itu menjadi musuh dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka”
Dalam menghadapi musibah dan kondisi darurat, manusia secara refleks langsung berdo’a kepada Allah swt. Ini merupakan refleks fitrah yang tidak sanggup mendustai nuraninya. Kondisi itu dijadikan Allah swt sebagai bukti bahwa hanya Allah swt yang kepada-Nya manusia wajib berdo’a.
Firman Allah dalam surat Luqman ayat 32:

وَإِذَا غَشِيَهُمْ مَوْجٌ كَالظُّلَلِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
Firman-Nya surat al Anfal 39:

وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ  
Dan agar agama itu seluruhnya menjadi kepunyaan Allah"
Juga dalam surat al Ankabut 65:

فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ

Maka apabila mereka naik kapal mereka mendo’a kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah)
Juga dalam surat al Isra 67:

وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلَّا إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ وَكَانَ الْإِنْسَانُ كَفُورًا
“Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia, Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih”
Juga dalam surat Yunus 22:

هُوَ الَّذِي يُسَيِّرُكُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ حَتَّى إِذَا كُنْتُمْ فِي الْفُلْكِ وَجَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيحٍ طَيِّبَةٍ وَفَرِحُوا بِهَا جَاءَتْهَا رِيحٌ عَاصِفٌ وَجَاءَهُمُ الْمَوْجُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ أُحِيطَ بِهِمْ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ لَئِنْ أَنْجَيْتَنَا مِنْ هَذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ

“Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata, sungguh jika Engkau menyelamatkan kami dari keadaan ini niscaya kami termasuk orang-orang yang bersyukur”
Juga dalam surat al A’raf 29:

قُلْ أَمَرَ رَبِّي بِالْقِسْطِ وَأَقِيمُوا وُجُوهَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ كَمَا بَدَأَكُمْ تَعُودُونَ
Juga dalam surat al Mu’min 65:

هُوَ الْحَيُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Jenis syirik ini merupakan yang paling besar dan paling banyak terjadi di kalangan kaum musyrikin. Allah swt berfirman dalam surat  al Isra 56-57:
قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِهِ فَلَا يَمْلِكُونَ كَشْفَ الضُّرِّ عَنْكُمْ وَلَا تَحْوِيلًا.أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا
“Katakanlah: “Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya dari padamu dan tidak pula memindahkannya. “Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti”
Ayat ini menunjukan do’a kaum mu’minin selalu disertai harap dan rasa cemas sekaligus. Dan itu terjadi dalam do’a yang bersifat permohonan dan bersifat ibadah. Perbedaan antara kedua jenis do’a ini adalah:
Pertama, do’a permohonan berisi permintaan akan menfaat atau penolakan bala', sedang do’a ibadah berisi ketundukkan dan kepasrahan yang sempurna.
Kedua, do’a permohonan bersumber dari tauhid rububiyah, sedang do’a ibadah bersumber dari tauhid uluhiyah.
Ketiga, do’a permohonan tidak berlaku khusus bagi orang-orang beriman, sedang do’a ibadah hanya khusus bagi orang-orang beriman.
Keempat, do’a permohonan masuk kedalam pembagian rezeki umum, karena setiap makhluk telah mempunyai catatan rezeki, ajal, kebahagiaan dan penderitaan. Sedang do’a ibadah tidak demikian.
Kelima, do’a permohonan masuk ke dalam kategori hakikat kauniyah (alam), sedang do’a ibadah hanya khusus bagi orang-orang beriman.
Keenam, kedua do’a tersebut memiliki kesamaan bahwa keduanya merupakan hak kaum mu’minin, dimana mereka berdo’a dengan keduanya sekaligus.
Ketujuh, kedua do’a itu memiliki kesamaan bahwa hamba yang melakukannya harus menyertainya dengan rasa harap dan cemas sekaligus.
Allah swt berfirman dalam surat  al anbiya 90:

فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَى وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
 Do’a adalah ibadah dan ketaatan yang paling utama.
Allah swt berfirman dalam surat al Baqarah 186:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku)”
Juga dalam surat al Mu’min 60:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu”
Rasulullah saw bersabda yang diriwayatkan oleh Tirmidzi:
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ
"Do’a itu ibadah”
Dalam riwayat yang lain
سَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُحِبُّ أَنْ يُسْأَلَ 
“Mintalah kepada Allah keutamaan-Nya, karena sesungguhnya Allah senang untuk dimintai” ((HR Turmudzi)
Karena itu, orang yang berdo’a kepada selain Allah swt adalah musyrik. Firman-Nya dalam surat al Mu’minuun 117:

وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا ءَاخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ

“Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung”
Jadi Allah swt menganggap orang yang berdo’a kepada selain Allah swt telah menyembah tuhan lain selain Allah swt dan karenanya menjadi kafir. Allah swt berfirman dalam surat az Zumar 8:

وَإِذَا مَسَّ الْإِنْسَانَ ضُرٌّ دَعَا رَبَّهُ مُنِيبًا إِلَيْهِ ثُمَّ إِذَا خَوَّلَهُ نِعْمَةً مِنْهُ نَسِيَ مَا كَانَ يَدْعُو إِلَيْهِ مِنْ قَبْلُ وَجَعَلَ لِلَّهِ أَنْدَادًا لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِهِ قُلْ تَمَتَّعْ بِكُفْرِكَ قَلِيلًا إِنَّكَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ

“Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: "Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu; sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka”
Jadi di sini Allah swt menganggap orang yang berdo’a kepada selain-Nya telah menyembah sekutu selain-Nya. Lalu Allah swt, karena itu, menghukumnya sebagai kafir dan wajib masuk neraka. Selanjutnya Allah swt berfirman dalam surat  Fathir 13-14:
 وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ.إِنْ تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ  

“…..Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu…..”
Di sini Allah swt menjelaskan bahwa adalah haram berdo’a kepada selain-Nya dan bahwa objek yang kepadanya kita berdo’a haruslah memiliki kendali urusan manusia yang berdo’a kepadanya. Dan itu hanya ada pada Allah swt. Selain itu, sembahan-sembahan yang kepadanya manusia berdo’a, sama sekali tidak dapat mendengarkan manusia, apalagi memperkenankannya. Seandainya ia dapat mendengarkan do’a, maka dia toh tidak akan pernah sanggup memenuhi permintaan manusia melalui do’a tersebut. Karena ia memang tidak mampu – sedikit pun juga – memberi manfaat atau menolak bala.
Loading...

0 Response to "JENIS-JENIS BESAR"

Post a Comment