PENDIDIKAN ISLAM DAN REKAYASA SUMBER DAYA INSANI


  
Pendahuluan
Pendidikan pada intinya adalah proses rekayasa atau rancang bangun kepribadian. Manusia sebagai subjek pendidikan memiliki potensi berubah dan mengubah. Berbagai faktor yang mempengaruhi manusia, baik faktor alamiah maupun faktor ilmiah, secara disengaja atau tidak, akan menentukan keberadaanya. Proses berlangsungnya pengaruh itulah yang disebut dengan pendidikan.

Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam
Perumusan tentang konsep dasar dan tujuan dalam pendidikan, ditentukan oleh falsafah hidup yang melandasi pola pikir atau sudut pandang perumusannya. Sudut pandang manusia pada masyarakat tertentu, besar kemungkinan berbeda dengan sudut pandang yang lain.

Konsep dasar dan tujuan pendidikan dalam Islam dilandaskan kepada pola pikir, atau sudut pandang yang islami, yaitu sudut pandang yang berprinsip pada al-Quran dengan pola menurut yang dicontohkan Rasul Allah. Atas dasar itu pendidikan dalam Islam dapat dirumuskan sebagai proses atau upaya untuk menumbuh-kembangkan atau merancang-bangun kepribadian insan yang qurani.

Qs. at-Taubah ayat 122:

”Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Pemahaman tentang eksistensi alam dan manusia merupakan pangkal tolak dalam memahami wawasan tentang konsep dasar dan tujuan dalam pendidikan. Falsafah tentang alam dan manusia di dalam Islam didasarkan atas asas ketuhanan yang fungsional, dalam arti bahwa Allah adalah Tuhan, di samping sebagai Khaliq , Ia berperan sebagai Rab, yaitu pengatur alam.

Keberadaan alam merupakan eksistensi dari Fitrah yaitu kepastian Allah berdasarkan hukum-hukum-Nya. Hukum Allah tentang al-kaun, yaitu makhluk selain manusia, terdapat di alam yang terhampar luas yang disebut jagat raya. Tak ada makhluk di jagat raya yang tidak menurut hukum kepastian Allah. Peredaran matahari pada mustaqarnya, begitu pula planet-planet lain seperti bumi,. bulan dan bintang, semua beredar pada falaq yang telah ditetapkan oleh Allah penciptanya, sehingga antara satu dengan lainnya tidak saling berbenturan.

Qs. Al-Gasyiyah 17-20:

Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan, Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan”?            

Manusia adalah makhluk unik dan serba mungkin. Keunikan manusia karena Allah menjadikannya sebagai khalifah, yaitu makhluk yang diberikan kewenangan memilih acauan yang diajukan kepadanya. Atas pilihan manusia lah Allah menetapkan keputusannya. Nasib mujur atau nasib sial, merupakan konsekuensi dari pilihan manusia masing-masing. Atas dasar itu doktrin jabariah yang mengatakan bahwa Allah berkuasa mutlak terhadap manusia, dalam arti nasib manusia tergantung kepada Allah, tidak sesuai dengan konsep manusia sebagai khalifah.

Qs. Al-Baqarah ayat 30:
  
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Berdasarkan fitrahnya, manusia itu ibarat lahan kosong yang potensial. Potensi dasar yang dibawa sejak lahir adalah sarana pengetahuan berupa pendengaran, penglihatan, perasaan dan alat-alat indra lainnya. Dengan fitrah yang dibawa sejak lahir itu, manusia berpotensi untuk menerima berbagai pengaruh. Pengaruh itulah yang disebut pengetahuan, dan akan membentuk kesadaran manusia.

Akal mempunyai peranan yang penting untuk memberikan ciri khas kemanusiaan, sehingga berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya, Dengan akalnya, manusia mampu mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, baik potensi alamiah maupun potensi ilmiah, sehingga menjadi pengetahuan. Namun keradaan akal tergantung faktor lain.

Pengetahuan manusia yang hanya berdasarkan pada pengamatan indrawi yang bersudut pandang empiris, akan melahirkan kesadaran dalam hidupnya dipertuhan oleh kebendaan. Sebaliknya pengetahuan manusia yang hanya dilandasi pengamatan batin yang bersudut pandang intuitif akan melahirkan manusia yang mendambakan hidup bahagia dalam khayalan. Untuk memberikan arahan kepada manusia dalam menentukan pilihannya, Allah memberikan pedoman, yaitu wahyu-Nya yaitu ilmu atau ajaran yang disampaikan melalui para Rasul.

Qs. al-Baqarah ayat 2:

“ Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”

Al-Quran adalah wahyu yang disampaikan melalui Rasulullah Muhammad, merupakan landasan konsepsional bagi manusia dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, baik lingkungan manusia maupun lingkungan alam. Harapan dan kehendak Allah terhadap manusia dikemukakan di dalam wahyu-Nya itu. Mengikuti kehendak Allah berarti mengikuti hukum-hukum dan tata aturan-Nya yang terdapat di dalam al-Quran. Dengan demikian maka seseorang dikatakan bertuhan Allah manakala ia memerankan al-Quran dalam kehidupannya. Konsep dasar inilah yang membedakan antara konsep Islam dengan konsep ateis.

Qs. Ali Imran ayat 190:
  
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.”       
 
Berdasarkan konsep dasar tersebut, pendidikan dalam Islam, pada hakekatnya merupakan upaya untuk menumbuh-kembangkan atau merancang-bangun kepribadian wahyiah, yaitu kepribadian yang berstruktur pada sudut pandang bahwa Allah adalah Tuhan, al-Quran sebagai pedoman hidup, dan sunnah Rasul sebagai uswah. Kepribadian yang demikian itu, dalam istilah al-Quran disebut dengan iman, dalam arti pandangan dan sikap hidup ilmiah, bukan perilaku alamiah atau batiniah.

Qs. ath-Thalaq ayat 11:
  
 “Seorang Rasul yang membacakan kepadamu ayat-ayat Allah yang menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan beramal saleh dari kegelapan kepada cahaya. dan Barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Allah memberikan rezki yang baik kepadanya.”

Manusia yang berkepribadian qurani adalah insan yang dalam hidupnya memerankan ajaran Allah, yakni al-Quran dengan pola mencontoh Sunnah Rasul. Dengan demikian dasar dalam pendidikan Islam adalah fungsionalisasi nilai-nilai ilahiyah dalam kehidupan manusia. Adapun tujuannya adalah terbinanya manusia yang berkesadaran hidup menurut Allah, sehingga sikap dan perilakunya di alam berpedoman dengan ajaran-Nya, yakni al-Quran sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah.

Qs. al-Ahzab ayat 21:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”

Merekayasa Sumber Daya Insani
Terbentuknya sumber daya insan yang berkualitas merupakan idaman setiap insan. Kepribadian seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor alamiah yang dibawa sejak ia lahir hingga dewasa dan tua, baik pengaruh alamiah seperti kondisi cuaca, maupun pengaruh sosial budaya yang diterima secara langsung maupun tidak langsung, sengaja maupun tidak sengaja, akan berpengaruh pula terhadap perkembangan kepribadiannya. Berbagai faktor yang berperan dalam menentukan kepribadian, termasuk kajian dari proses pendidikan. Secara kronologis, pada uraian berikut ini akan dikemukakan proses pendidikan pada tahap persiapan, yaitu sebelum seseorang lahir, proses pertumbuhan dan perkembangan, dan proses renovasi atau bongkar pasang.

Proses Persiapan
Kondisi fisik seseorang seperti bentuk tubuh, paras, warna kulit dan lain-lain, akan berpengaruh terhadap kepribadian. Seseorang yang bertubuh kekar, kepribadiannya akan berbeda dengan orang yang bertubuh kecil dan pendek. Begitu pula seorang wanita atau pria yang berparas cantik atau tampan, kepribadiannya akan berbeda dengan wanita atau pria yang tidak cantik atau tampan.

Kondisi fisik seseorang, ada yang diperoleh secara alamiah yaitu dari pembawaan, ada pula yang diperoleh dari hasil rekayasa. Secara genetik seseorang yang kedua orang tuanya bertubuh tinggi, kemungkinan anak-anaknya aka bertubuh tinggi pula. Sebaliknya jika kedua orang tuanya bertubuh pendek dan kecil, maka kemungkinan anaknya yang akan menjadi keturunannya akan bertubuh pendek dan kecil pula. Begitu pula halnya dengan faktor fisik yang lain. Jika kondisi fisik seseorang berpengaruh terhadap kepribadiannya, maka perencanaan keluarga, merupakan proses awal dalam merancang bangun kepribadian generasi mendatang.

Dalam kaitannya dengan proses reproduksi manusia di dalam al Quran diungkapkan bahwa reproduksi manusia berasal dari sel (unsur hidup) yang terkandung pada sperma (sel kelamin jantan), dan ovum (sel kelamin betina). Pertemuan sel jantan dan sel betina pada qararin makin (di dalam bagian rahim) jika unsure-unsurnya terpenuhi, akan menjadi calon manusia baru yang secara bertahap membentuk alaqah (sejenis darah yang bergumpal), mudgah (sejenis gumpalan daging), dan seterusnya sehingga menjadi idzam (tulang belulang) yang berbalut dengan lahm (danging).

Pemenuhan unsure-unsur biologis baik sel jantan maupun sel betina, akan berpengaruh terhadap kondisi janin yang kelak akan lahir. Cacat yang dibawa sejak lahir besar kemungkinan akibat kurang terpenuhinya unsure-unsur genetik yang terkandung pada sel jantan dan sel betina. Kekurangan unsure-unsur genetik selain dipengaruhi oleh faktor gizi yang terkandung dalam makanan atau minuman, juga dipengaruhi oleh faktor lainnya. Pertemuan unsur genetik pria dan wanita yang mempunyai hubungan darah masih relatif dekat, merupakan salah satu faktor yang akan berpengaruh negatif terhadap embrio yang kelak akan menjadi keturunan. Karena itu Allah melarang pernikahan sesama muhrim.

Selama di dalam kandungan kondisi janin tergantung kepada kondisi ibu yang mengandungnya. Darah yang mengalir di tubuh janin adalah darah ibunya. Jika ibu yang hamil mengidap diabetes, maka darah yang mengaliri tubuh janin mengandung kadar gula. Apabila penyakit diabetes termasuk golongan penyakit yang sulit disembuhkan, maka anak-anak yang lahir dari ibu yang mengidap penyakit tersebut akan menderita diabetes sepanjang hayat.

Kondisi psikologis ibu yang sedang mengadung berpengaruh pula terhadap janin yang dikandungnya. Seorang ibu yang mendambakan keturunan, ia akan merasa bangga dengan kehamilannya, dan akan merawat kehamilannya dengan sungguh-sungguh. Sebaliknya kehamilan yang tidak diharapkan, akan berakibat negatif terhadap janin yang kelak akan lahir. Seorang wanita yang melakukan hubungan gelap dengan seorang pria misalnya, jika dari hubungan itu terjadi pembuahan, maka wanita tersebut secara psikologis akan merasa malu, kesal dan perasaan-perasaan negatif lainnya. Karena perasaan-perasaan yang negatif tersebut, besar kemungkinan akan berakibat negatif terhadap janin yang dikandungnya. Berdasarkan pertimbangan yang antara lain sebagaimana tersebut di atas, tepatlah jika faktor kesehatan dijadikan bahan pertimbangan dalam perencanaan keluarga. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan generasi yang tidak diharapkan.

Proses Pertumbuhan dan Perkembangan
Kondisi fisik yang dibawa seseorang sejak lahir, merupakan potensi dasar bagi kepribadiannya. Dengan potensi itu seseorang akan mampu beradaptasi dengan lingkungan, balik lingkungan alamiah maupun lingkungan sosial budaya. Faktor makanan dan minuman yang diberikan kepada seseorang pada usia dini, suara yang diperdengarkan, rumah yang ditempati, pakaian yang dikenakan, dan lain-lain merupakan faktor yang akan memberikan warna terhadap kepribadian seseorang.

Situasi di lingkungan keluarga merupakan faktor yang pertama dan utama dalam pendidikan. Proses pendidikan pada masa akan usia dini, di dalam alQuran dinyatakan dengan istilah tarbiah. Aktivitas tarbiah meliputi pemenuhan kebutuhan secara fisik maupun psikis yang berlangsung di lingkungan keluarga. Sesuai dengan kodratnya, pada usia kanak-kanak, seseorang mencari identitas diri dengan alam sekitar. Atas dasar itu vernalisasi dan pemberian contoh merupakan metode yang tepat dalam tarbiah. Melatih potensi tubuh baik ucapan maupun tangan, kaki dan seluruh anggota tubuh merupakan pendekatan dalam tarbiah. Menirukan ucapan, memperkenalkan namanama anggota tubuh dan bendabenda alam yang ada disekitarnya seperti peralatan rumah tangga, alat-alat permainan, dan lain-lain merupakan materi dasar dalam tarbiah.

Qs. at-Tahrim ayat 6:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Untuk menanamkan kesadaran dan tanggungjawab terhadap konsekuensi aktivitas yang dilakukan oleh seseorang, pemberian hadiah dan hukuman dapat dilakukan, sesuai dengan hadits Nabi yang memerintahkan kepada para orang tua memukul anaknya yang sudah mencapai usia 10 tahun jika anaknya itu meninggalkan shalat. Pukulan yang dimaksud adalah pukulan yang bersifat mendidik, bukan untuk menyakiti. Hukuman dalam bentuk pukulan dilakukan apabila anak tidak menerima nasehat.

Dalam kaitannya dengan pendidikan nilai, seperti telah dikemukakan terdahulu, bahwa terbentuknya kepribadian yang qurani merupakan tujuan pendidikan Islam. Untuk menumbuhkan kecintaan terhadap al Quran, pengenalan lambang-lambang dalam bentuk tulisan dan bunyi huruf secara verbal merupakan langkah awal dalam menanamkan kecintaan terhadap alQuran.

Pada masa anak usia dini, anak-anak merasa puas dengan kemampuan menirukan suara atau menyebutkan nama-nama benda yang ada disekitarnya. Pada tahap berikutnya apa yang telah dikuasai oleh seseorang akan difungsikan dalam kehidupannya. Sesuatu akan berfungsi apabila seseorang memahami tentang apa yang dikenalnya. Karena itu segala sesuatu yang telah ada pada diri seseorang, yang diperolehnya melalui verbalisasi akan diseleksi. Sesuatu yang dipandang bermanfaat akan dilestarikan dan dikembangkan. Sebaliknya yang dipandang kurang atau tidak bermanfaat, kemungkinan akan dibuangnya. Pengenalan lambing-lambang al Quran yang tidak mengarah kepada pengertian kemungkinan besar akan ditinggalkan jika tidak ditingkatkan ke arah pemahaman makna yang terkandung di dalamnya.

Proses pertumbuhan dan perkembangan pada dasarnya merupakan proses pembentukan kepribadian atau proses pendewasaan yang dalam istilah alQuran disebut dengan tabliq. Seseorang dikatakan sudah balig apabila ia telah mencapai kematangan dalam menanggapi stimulan dan mempunyai kemampuan atau keterampilan dalam mengekspresikan kehidupan.

Proses Renovasi
Setelah memasuki usia dewasa, berbagai informasi yang diterima akan diadaptasikan dengan tanggapan yang telah tertanam di dalam kesadarannya. Proses pendidikan pada orang dewasa, bertujuan untuk meningkatkan kualitas kepribadian yang telah tertanam, jika kepribadian yang telah tumbuh dan berkembang dinilai positif. Namun jika kepribadian yang telah tumbuh dan berkembang dinilai negatif, maka aktivitas pendidikan bertujuan ganda, yaitu tebang-tanam, atau bongkar-pasang, yang dalam istilah alQuran disebut dengan musaddiq atau renovasi kepribadian. Proses pendidikan agama diperguruan tinggi termasuk tahapan ini.

Para rasul diutus untuk memperbaiki kepribadian ilahiyah yang telah rusak. Strategi pendidikan yang dilakukan oleh para rasul merupakan strategi yang tepat dalam upaya renovasi kepribadian guna terbentuknya kepribadian yang qurani.

Proses pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah Muhammad, secara periodik dibagi menjadi dua tahap yaitu periode Makiah dan periode Madaniah. Periode Makiah adalah periode yang dilakukan oleh Nabi semasa beliau memusatkan aktivitas di Makkah, dan Periode Madaniah adalah periode setelah Nabi dan para sahabatnya hijrah ke Madinah. Strategi yang dilakukan Nabi sewaktu di Makkah sasarannya adalah perombakan pandangan, dan penilaian. Pokokpokok strateginya antara lain: 1) Sasaran peserta didik adalah asyirah yaitu kawan akrab; 2) Lembaga pendidikan yang dipergunakan pada tahap awal adalah dari rumah ke rumah; 3) Aktivitas pendidikan dilakukan pada malam hari; 4) Hubungan kekeluargaan tetap diperhatikan walaupun dengan orang yang tidak sepandangan, sebatas tidak menyangkut masalah yang prinsip.

Adapun pokok-pokok strategi pembinaan dan penataan (periode Madaniah), antara lain sebagai berikut: 1) Pembinaan dimulai dari diri sendiri dan keluarga: 2) Melakukan konsolidasi intern, termasuk dalam bentuk ikatan perkawinan; 3) Bersikap tegas terhadap musuh, dan lemah lembut terhadap kaum muslimin; 4) Waspada terhadap berbagai kemungkinan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok nonmuslim, dan sikap tegas terhadap mereka yang melakukan pelanggaran dalam perjanjian.

Materi Pendidikan Islam Untuk Bahan Rekayasa
Materi pendidikan adalah seperangkat bahan yang dijadikan sajian dalam aktivitas pendidikan. Perumusan tentang materi pendidikan didasarkan atas konsep dasar dan tujuan pendidikan. Terbentuknya kepribadian yang qurani adalah tujuan dalam pendidikan Islam. Dengan demikian rumusan tentang materi pendidikan dalam Islam adalah seperangkat bahan yang dijadikan sajian dalam upaya menumbuh-kembangkan kepribadian qurani yaitu manusia yang bertakwa dalam arti patuh terhadap Allah. Untuk menumbuh-kembangkan atau merancang bangun kepribadian tersebut, maka acuan pokok materi pendidikan dalam Islam, secara garis besar dikelompokkan menjadi tiga bidang, yaitu 1) Sumber daya ilahiyah (wahyu) yang mengacu kepada al-Quran sebagai landasan konsepsional 2) Sunnah Rasul sebagai landasan operasional. 3) Sumber daya insani, yang mengacu kepada manusia sebagai makhluk budaya.

a)   Landasan Konsepsional
Al-Quran adalah wahyu dalam arti ilmu dari Allah, yang disampaikan kepada manusia melalui Nabi Muhammad, guna dijadikan pedoman dalam menata hidupnya di alam.

 “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,  yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

 Kepribadian yang qurani terbentuk seiring dengan penguasaan makna al-Quran. Objektifitas pemahaman seseorang tentang makna al-Quran akan menentukan obejektifitas keimanannya. Atas dasar itu dalam rangka fungsionalisasi al-Quran, pengenalan bahasa dan makna serta wawasan tentang al-Quran merupakan materi pokok dalam pendidikan Islam.

Lambang-lambang yang terdapat di dalam al-Quran secara totalitas mengandung pengertian, sehingga dalam menyuarakannya, baik bunyi huruf, panjang atau pendeknya, intonasinya dan lagu dalam membaca, dan lain-lain yang berkaitan dengan al-Quran, didasarkan atas sudut pandang bahwa al-Quran sebagai suatu ilmu. Membaca al-Quran berarti memindahkan isinya, sehingga menjadi kesadaran pembacanya. Membaca al-Quran juga berarti menginformasikan suatu ilmu kepada pendengarnya.

Sebagai layaknya seorang pengajar dalam menyampaikan materi, menggunakan lagu bahasa yang bervariasi, sesuai dengan variasi bahasanya. Model atau bentuk bahasa seperti kalimat informatif dan instruktif, baik langsung maupun tidak langsung, kalimat sindiran, pengadaian dan lain-lain, merupakan pertimbangan dalam menentukan lagu bahasa. Pembaca al-Quran yang tidak mengetahui makna ayat yang dibacanya ibarat pengajar membacakan suatu buku, padahal ia sendiri tidak mengerti maksudnya, sehingga nada suara dan lain-lain yang berkaitan dengan tujuan membaca kurang mendapat perhatian. Jika demikian maka apapun isi yang dibaca, lagu bahasa yang dipakai adalah sama. Bayangkan jika kalimat ancaman dan penyesalan disuarakan dengan lagu yang sama.

Telah disepakati oleh umat Islam bahwa al-Quran adalah kalam Allah. Kalam artinya ucapan atau bahasa. Kalam Allah berarti bahasa Allah. Karena pada hakikatnya al-Quran adalah bahasa yang dipakai Allah dalam mengemukakan petunjuk-petunjuk-Nya kepada manusia. Tanpa menguasai bahasa al-Quran manusia tidak akan mengetahui petunjuk yang diberikan oleh Allah. Karena itu bahasa al-Quran merupakan materi dalam pendidikan Islam, dengan tujuan peserta didik dapat memahami makna yang terkandung di dalamnya.

Bahasa adalah alat makna . Tidak mengenal bahasa tidak akan mengenal makna. Penguasaan bahasa al-Quran merupakan upaya dalam rangka memfungsikan al-Quran sebagai bacaan ilmiah. Desain materi pengajaran bahasa al-Quran minimal meliputi pengenalan lambang bahasa yaitu bentuk huruf dan bunyi huruf, tata bahasa yang meliputi saraf dan nahwu, serta balaghah sastranya.

b)   Sunnah Rasul Sebagai Landasan Operasional
Para rasul adalah figur objektif dalam mengembangkan konsepsi ilahiah. Sunnah mereka, dalam arti sikap dan tingah lakunya adalah pola kongkret dalam operasionalisasi misi ilahiah yang tepat, dan telah terbukti dalam pentas sejarah. Karena itu dalam upaya menumbuh-kembangkan sumber daya ilahiah di muka bumi, Sunnah para Rasul sampai kapanpun merupakan landasan operasional yang sekaligus menjadi mukmin dalam melakukan aktivitasnya, baik yang berkaitan dengan pembinaan pandangan maupun pembinaan dan penataan sikap. Jika tidak maka eksistensi akurasi nilai-nilai ilahiah akan mandul.

Hadis Rasul pada intinya adalah catatan atau data tentang Sunnah Rasul yang kini telah diabadikan. Sunnah para Rasul sebelum Nabi Muhammad datanya dikemukakan oleh Allah dalam wahyu-Nya. Sedangkan hadis tetang Sunnah Rasulullah Muhammad sebagai oeperasionalisasi al-Quran diketahui melalui periwayatan para sahabatnya, yang kini datanya telah dibukukan dalam kitab-kitab hadis.

Qs. an-Najm ayat 3-4:
   
“Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”

Penelitian tentang eksistensi data Sunnah Rasul sebelum Nabi Muhammad terletak pada kesahihan penafsiran tentang ayat-ayat yang berkaitan dengan itu. Sedangkan penelitian tentang Sunnah Rasul Muhammad, disamping penelitian kesahihan tentang maknanya, menuntut pula penelitian kesahihan tentang sanad atau silsilahnya.

c)    Sumber Daya Insani
Telah dikemukakan pada uraian sebelumnya bahwa al-Quran adalah petunjuk Allah untuk manusia dalam hidup di alam, yang berarti bahwa manusia sebagai fokus yang menjadi dua bagian besar, yaitu struktur kesadaran dan struktur gerak dalam berbagai aspeknya.


Penutup
Terbentuknya sumber daya insan yang berkualitas merupakan idaman setiap insan. Sebab refleksi kesadaran seeorang akan berwujud menjadi sikap dan tingkah lakunya. Perlakuan terhadap dirinya sendiri, keluarga, masyarakat dan lingkungan alam yang ada di sekitarnya, merupakan respon dari kesadaran seeorang. Informasi tentang dirinya, keluarga, dan masyarakatnya serta lingkungan alam yang ada di sekitarnya, merupakan bahan dalam membina dan menata diri, keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitar.


Loading...

0 Response to "PENDIDIKAN ISLAM DAN REKAYASA SUMBER DAYA INSANI"

Post a Comment