DAKWAH KULTURAL MUHAMMADIAH





Sebuah kemajuan pesat dalam perkembangan dakwah, seiring dengan perkembangan zaman. bermunculanlah berbagai macam metode dakwah, dari metode konfensional, seorang da’i atau mubalig bertemu langsung dengan objek dakwah, sehingga bermunculanlah da’i-da’i terkenal dari tingkat desa sampai tingkat nasional bahkan internasional. sampai pada metode dakwah   dengan menggunakan teknologi modern.

Semua ini adalah sebuah kemajuan signifikan dalam perkembangan dakwah yang patut kita banggakan dan berikan apresiasi yang tinggi. Karena dengan adanya kemajuan ini berarti misi Islam sebagai rahmatan lil’alamin akan segera terwujud. Namun dari sekian banyak metode dakwah yang ada sekarang ini, masih berpusat pada metode menyampaikan dengan lisan atau tulisan. Padahal metode dakwah dengan lisan atupun tulisan tersebut adalah sebagian dari sekian banyak metode dalam berdakwah. Kalau boleh kita kritisi metode ini, ada kekurangan. Diantaranya, dengan metode ini terkesan menyamaratakan semua objek dakwah. Padahal dari sekian banyak sasaran dakwah itu mereka berasal dari komunitas yang berbeda-beda, tingkat sosial yang berbeda, psikologi yang berbeda, dan  kecenderungan yang berbeda-beda.

Ini akan menjadi permasalahan tersendiri dalam menjalankan roda dakwah, dan harus mendapat perhatian serius untuk dicarikan solusinya. Diantara solusi yang bisa kita upayakan adalah sebelum kita mulai aktivitas dakwah kita harus terlebih dahulu mengetahui siapa yang akan kita jadikan sasaran dakwah. Dengan kata lain betapa pentingnya kita mengetahui budaya, kultur, dan trend yang sedang berkembang di masyarkat. Beda budaya berbeda juga pendekatan dakwah yang kita terapkan. Misalkan sasaran dakwah kita komunitas seniman, maka dakwah yang kita terapkan melalui seni. Dengan kata lain dakwah Islam dialaksanakan sebijaksana mungkin dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi sasaran dakwah baik kemampuan intelektual masyarakat (biqodri ukullihim) maupun kondisi psikologi perkembangan mereka. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT .
ادع الي سبيل ربك بالحكملة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي احسن..(النحل 125)
“ Serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik”.
            Namun demikian bukan berarti bahwa dakwah Islam harus menghilangkan eksistensi itu sendiri, karena budaya adalah fitrah manusia seperti dalam firman-Nya                  
يا ايها الناس ان خلقنا كم من ذكر و أنثي وجعلنا كم شعوبا و قبا ءل لتعرفوا...(ااحخرت 13)
“Wahai manusia sungguh, kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal”.

Tetapi tugas dakwah adalah mengemas islam dalam bahasa kebudayaan  dalam arti luas,dan bahasa masyarakat yang di dalam al-qur’an di sebut bilisaani qoumihi.(Ibrahim:4)   

            Hal ini sejalan dengan dakwah rosulullah SAW, selama kurun waktu 23 tahun. di mana beliau sangat memperhatikan  kondisi masyarakat yang sedang berkembang Pada waktu itu.ketika awal-awal dakwah dimana masyarakat makkah belum siap menerima islam, Rosulullah menerapkan metode dakwah sirryiah (diam-diam), setelah dakwah sirriyah berjalan dan kondisi psikologi masyarakat Makkah menerima Islam, dan mulai terbentuknya kekuatan kaum muslimin. Maka Rasulullah mengubah metode dakwahnya dengan jahr (terang-terangan).

            Dari segi budaya seni, masyarakat Arab umumnya dan masyarakat Makkah khususnya sangat kental dengan budaya seni sastra bahasa atau syair. Hal ini mereka kembangkan dan diperlombakan sehingga seorang penyair mendapat kedudukan tinggi dimata masyarakat. Menyikapi budaya seperti ini, Allah menurunkan Al-Qur’an dengan gaya bahasa sastra yang tinggi, sebagai jawaban dari budaya Arab. Sehingga tidak seorang penyairpun yang mampu menyamai sastra Al-Qur'an. Sehingga ini menjadi daya tarik dakwah yang sangat ampuh untuk masyarakat Arab. Dan ini juga menjadi bukti bahwa dakwah Islam sangat respon terhadap budaya yang dimiliki oleh masyarakat dengan diturunkanya Al-Qur’an secara bertahap selama lebih kurang 23 tahun.

            Sebagai respon positif terhadap aktifitas dakwah, Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah amal ma’ruf  nahi munkar yang berlandaskan pada Qur’an dan Hadis dengan agenda utama purifikasi (pemurnian) dan dinamisasi membentuk sebuah konsep dakwah dengan istilah” Dakwah kultural Muhammadiyah”. Secara formal konsep dakwah ini digagas dan menjadi keputusan sidang  Tanwir di Denpasar Bali tanggal 24-27 januari 2002.

            Dakwah kultural yang dikonsep oleh Muhammadiyah mengandung pengertian upaya menanamkan nilai-nilai Islam dalam seluruh dimensi kehidupan dengan memperhatikan potensi dan kecenderungan manusia sebagai makhluk budaya secara luas dalam rangka mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. (suara Muhammadiyah: 2002).

            Fokus dakwah kultural terletak pada penyadaran iman sehingga umat manusia bersedia menerima dan memenuhi seluruh ajaran Islam meliputi akidah, ibadah, akhlak dan muamalah dengan memperhatikan tahapan perubahan sosial berdasarkan pluralitas (keanekaragaman) sosial, ekonomi, budaya dan politik suatu masyarakat sehingga akhirnya tahapan ideal masyarakat Islami dapat tercapai. (ibid : 2002).

            Harapan besar kedepan dengan adanya konsep dakwah kultural ini bisa mamberikan trobosan baru dalam perkembangan dakwah, sehingga apa yang kita cita-citakan selama ini Islam sebagai rahmatan lil’lamin benar-benar terwujud dalam kehidupan pribadi maupun masyarakat. Dengan tanpa menghilangkan budaya itu sendiri.

ditulis Oleh : Khoirul Anam




Loading...

0 Response to "DAKWAH KULTURAL MUHAMMADIAH"

Post a Comment