SYIRIK KECIL DALAM MEMOHON SIRAMAN HUJAN



Istisqa' berarti memohon siraman hujan. Sedang Anwa adalah bentuk jamak dari Naw-u yang berarti posisi bintang. Selanjutnya, kata ini dipakai untuk arti bintang saja (tanpa kata posisi). Ini adalah kebiasaan orang Arab menggunakan kata posisi atau tempat tersebut. Ini merupakan bentuk majaz mursal sehingga arti istilah adalah memohon siraman hujan kepada bintang. Maksudnya, menisbatkan kerja itu kepada bintang, baik kerja menurunkan hujan atau pun kerja lainnya.
Itu jelas perbuatan haram. Karena semua kefaktoran itu harus dinisbatkan kepada Allah swt. Maka pelakunya dianggap kafir sebagaimana diriwayatkan Rasulullah saw dari tuhannya yang diriwayatkan dari Bukhari. Ia berkata :

أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ فَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ وَأَمَّا مَنْ قَالَ بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا فَذَلِكَ كَافِرٌ بِي وَمُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ
“Allah berfirman: Di antara hamba-Ku ada yang menjadi beriman kepada-Ku dan ada pula yang kafir. Adapun orang yang mengatakan: ”Kami telah diberi hujan karena keutamaan dan rahmat Allah swt “, maka itulah orang yang beriman kepada-Ku dan kafir terhadap bintang-bintang. Sedang orang yang mengatakan: ”Kami diberi hujan dengan bintang ini dan itu”, maka itulah orang yang kafir kepada-ku dan beriman kepada bintang-bintang.”
Jika dia percaya bahwa bintang adalah pelaku atau faktor yang mempengaruhi turunnya hujan, maka dia dinyatakan musyrik dengan tingkatan musyrik besar. Dan jika ia percaya bahwa bintang menyertai turunnya hujan sehingga dapat dijadikan isyarat–walaupun dengan meyakini bahwa turunnya hujan itu dengan izin Allah swt–maka perbuatan itu tetap haram dan pelakunya dinyatakan musyrik dengan tingkat musyrik kecil yang bertentangan dengan kesempurnaan tauhid.
Tetapi jika ia–misalnya—mengatakan :” hujan telah turun pada bintang ini atau bintang itu”, maka itu dibolehkan. Karena maksudnya adalah turunnya hujan bertepatan dengan munculnya atau terbenamnya bintang ini atau itu. Jadi itu hanya sebuah informasi dan tidak disertai oleh keyakinan adanya hubungan antara turunnya hujan dengan muncul atau tenggelamnya bintang. Dalam kaitan ini, menisbatkan perubahan cuaca pada iklim, kondisi udara dan semacamnya adalah perbuatan haram dan digolongkan kedalam pernujuman.
Menisbatkan sesuatu kepada selain Allah swt sebagai pencipta, baik sebagai pelaku, faktor yang mempengaruhi atau penyerta adalah perbuatan syirik rahasia yang kini banyak tersebar di kalangan masyarakat kita. Inilah syirik rahasia yang sangat dikhawatirkan oleh Rasulullah saw dalam salah satu sabdanya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad :
ثَلَاثٌ أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الِاسْتِسْقَاءُ بِالْأَنْوَاءِ وَحَيْفُ السُّلْطَانِ وَتَكْذِيبٌ بِالْقَدَرِ
“Apa yang sangat kutakutkan dari kalian adalah tiga hal: memohon hujan kepada bintang-bintang, tirani penguasa dan pendusta terhadap takdir.”
Perbuatan itu merupakan sebentuk pengingkaran terhadap nikmat Allah swt dan sikap tawakkal dan bergantung kepada selain Allah swt. Selain itu, ia juga membuka peluang bagi munculnya berbagai kepercayaan yang salah dan rusak yang pada gilirannya akan mengantar kepada kepercayaan kaum Shaibah yang menyembah Haikal dan bintang. Ini adalah syirik dalam Rububiyah, sebab sebaliknya serta pemberian hak Rububiyah kepada selain Allah swt .
Rasulullah saw bersabda yang diriwayatkan oleh Muslim :
حَدَّثَن أَرْبَعٌ فِي أُمَّتِي مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ لَا يَتْرُكُونَهُنَّ الْفَخْرُ فِي الْأَحْسَابِ وَالطَّعْنُ فِي الْأَنْسَابِ وَالْاسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ وَالنِّيَاحَةُ
Ada empat hal urusan jahiliyah yang belum mereka tinggalkan : berbangga-bangga dengan keluarga, menuduh (mencacatkan) nasab, memohon hujan kepada bintang-bintang dan meratapi mayat”.

Loading...

0 Response to "SYIRIK KECIL DALAM MEMOHON SIRAMAN HUJAN"

Post a Comment