Secara garis besar, sebagaimana perkembangan awalnya, perjalanan tashawwuf dalam menuju kemapanannya tidak lepas dari pengaruh agama-agama filsafat dan budaya di setiap zaman yang berbeda-beda. Oleh karenanya, para peneliti membaginya menjadi tiga bagian: tashawwuf dieni, tashawwuf falsafi dantashawwuf dieni wa falsafiatau tashawwuf falsafi wa dieni.
Disebut tashawwuf dieni, karena nampak di dalamnya perpaduan antara agama-agama, baik agama-agama samawi ataupun agama-agama kuno belahan Timur.Sedangkan tashawwuf falsafi, tashawwuf yang sudah dikenal di belahan timur dan belantara khazanah filsafat Yunani dan Eropa di zaman pertengahan dan modern.Adapun tashawwuf ketiga merupakan campuran antara tashawwuf agama-agama dan tashawwuf falsafi. (Sayyid Muhammad ‘Aqîl bin ‘Ali al-Mahdali, hal. 31)
Kemudian para peneliti tashawwuf mengembangkan lebih rinci lagi mengenai pembagian ini, dimana dalam konteks Islam, tashawwuf dibagi lagi menjadi empat bagian: tashawwuf sunni, tashawwuf falsafi, tashawwuf salafidan tashawwuf amaliatau tashawwuf ashhâbut thuruq.(Lihat Sayyid Muhammad ‘Aqîl, hal. 32)
· Tashawwuf Sunni
Yang dimaksud tashawwuf sunni adalah tashawwuf yang dibatasi sumber pengambilannya dari kitabullâh dan sunnah, dimana mereka menyelaraskan segala sesuatu atas pertimbangan keduanya. Maka tidak salah kalau dikatakan pertimbangan tashawwufnya adalah pertimbangan syari’ah.Bermula dari hidup zuhud, lalu menjadi seorang shûfi dan berhenti pada akhlak. Gambaran puncak tashawwuf ini disempurnakan oleh Abu Hamid al-Ghazali, maka jadilah tashawwuf ini bagian dari thariqat ahlus sunnah wal jama’ah.
Sejauh mana tashawwuf ini menjadikan sumber ajaran?, kalaulah istilah ini disetujui, maka akan ditemukan ayat-ayat Al-Qur’an yang mengisyaratkan bahwa ‘negeri akhirat lebih baik dibandingkan dunia.’ Demikian pula dengan hadits-hadits Rasulullah mengenai pentingnya zuhud, dimana zuhud merupakan elemen dasar (the basic element) metodologi umum pendidikan seorang muslim. (Lihat Muhammad as-Sayyid al-Galind dalam Min Qadhaya at-Tashawwuf fî Dhauil Kitâb was Sunnah)
· Tashawwuf Falsafi
Yang dimaksud dengan tashawwuf falsafi adalah yang bercampur didalamnya antara dzauq shûfiyyah dan nadzhar ‘aqliyyah (perasaan terdalam kaum shûfi dan nalar akal/ filsafat) dengan sumber yang berbeda-beda.Ini merupakan pendapatnya Abul Wafa’ al-Ghanîmi at-Taftâzani, sedangkan DR.‘Ali Sami an-Nasyâr berpendapat bahwa tashawwuf ini merupakan campuran antara makna-makna Islam dan falsafat kuno yang dalam falsafat zhahirnya Islami, sementara dalamnya tidak Islami.(Sayyid Muhammad ‘Aqîl, hal. 12).
Para penganut tashawwuf macam ini diantaranya adalah Suhrawardi al-Maqtûl (550-580 H.), Ibnu ‘Arabi (560-638 H.), Ibnu Sab’in (614-669 H.) dan yang lainnya.
· Tashawwuf Salafi
Yang dimaksud tashawwuf salafi adalah tashawwuf yang digagas oleh sekumpulan tokoh ulama salaf seperti Ibnu Taimiyyah dan muridnya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Corak tashawwuf ini menyerupai tashawwuf sunni dalam segala urusannya, terutama dalam pentingnya berpegang terhadap kitâbullah dan sunnah, serta dalam hal tercelanya faham ittihad, hulul, wihdatul wujud, maqâmat dan ahwal.
Sebenarnya, istilah tashawwuf salafi merupakan istilah pembelaan dari kelompok shûfi yang ingin menegaskan bahwa tidak benar orang yang berpendapat bahwa sumber tashawwuf itu berasal dari luar Islam dengan mengedepankan Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Qayyim sebagai tokoh penggagasnya, sehubungan keduanya merupakan tokoh puritanisme Islam. Hal ini dapat dilihat dari pembelaan Syaikh Muhammad Zaki Ibrahim (pendiri dan syaikh tarikat al-‘Asyirah al-Muhammadiyah al-Syadziliyyah dan komisi pembaruan sufi serta ikatan tarikat-tarikat yang ada di Mesir). Menurutnya: “Dasar-dasar tashawwuf terdapat dalam Al-Qur’an dan sunnah. Hal ini tak dapat dipungkiri, bahkan oleh mereka yang agak minim tentang Islam. Tak ada seorang pun dari kalangan Muslim yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah hasil kutipan dari kitab suci Budha, Majusi, dan Rahbaniyyah. Pendapat yang mengatakan bahwa tashawwuf bersumber dari ajaran selain Islam adalah sebuah pendapat yang sembrono, berlebih-lebihan dan penuh kebohongan.Jika yang dimaksud dengan tashawwuf adalah filsafat yang asing dari akidah dan syari’at, maka hal tersebut memang benar, namum filsafat tersebut tidak ada hubungannya dengan tashawwuf Islami.Jika ada yang menjadikan mereka (para ahli filsafat) sebagai dasar untuk menghujat dan menghukumi kesesatan tashawwuf dengan sebab kesesatan perilaku beberapa oknum yang mengatas namakan tashawwuf, maka hal tersebut merupakan sebuah pemutar balikan fakta yang sebenarnya. Menghukumi seseorang atas kesalahan orang lain adalah satu perbuatan yang tercela.” (Lihat Muhammad Zaki Ibrahim, Tashawwuf Salafi, 2002, hal.13)
· Tashawwuf ‘Amali
Yang dimaksud tashawwuf ‘amali, adalah pola tashawwuf yang dilakukan para penganut tarekat (ashhâbut turuq) seperti mengedepankan mujâhadah, menjauhkan sifat tercela, memutuskan hubungan dengan yang lain dan menghadap Allah dengan sepenuh cita-cita.
Dalam pelaksanaannya, ada beberapa kaidah dan adab yang dirinci secara klasikal seperti hubungan murid dengan gurunya, ‘uzlah, khalwat, al-jû’ (berlapar-lapar), as-sahr (bermalam-malam/ begadang), as-shumt (berdiam diri) dan dzikir
Adapun jenis-jenis tarikat shufi yang sudah berkembang sangat banyak, diantaranya berikut ini yang dirinci berdasarkan penelitian DR. Abdurrahman Abdul Khaliq (ulama Kuwait) dalam Fadhâihus Shûfiyyah dan Prof. DR Ihsan Ilahi Zhahir (ulama Pakistan) dalam At-Tashawwuf al Mansya’ wal Mashâdir .
No
|
NAMA TARIKAT
|
PENDIRI
|
PUSAT KEGIATAN
|
1
|
ADHAMIYAH
|
Ibrahim bin Adham
|
Damaskus, Suriah
|
2
|
AHMADIYAH
|
Mirza Gulam Ahmad
|
Qadian, India
|
3
|
ALAWIYAH
|
Abu Abbas Ahmad bin Musthofa Al-Alawi
|
Mostaganem, Aljazair
|
4
|
ALWANIYAH
|
Syeikh Alwan
|
Jeddah, Arab Saudi
|
5
|
AMMARIYAH
|
Ammar bu Senna
|
Costantine, Aljazair
|
6
|
ASYAQIYAH
|
Hasanuddin
|
Istanbul, Turki
|
7
|
ASYRAFIYAH
|
Asyraf Rumi
|
Chin Iznik, Turki
|
8
|
BABAIYAH
|
Abdul Gani
|
Adianopel (Edirne), Turki
|
9
|
BAHRAMIYAH
|
Hajji Bahrami
|
Ankara, Turki
|
10
|
BAKRIYAH
|
Abu Bakar Wafai
|
Aleppo (Haleb), Suriah
|
11
|
BEKTASYI
|
Bektasyi Veli
|
Kir Sher, Turki
|
12
|
BISTAMIYAH
|
Abu Yazid Al-Bistami
|
Jabal Bistam, Iran
|
13
|
GULSYANIYAH
|
Ibrahim Gulsyani
|
Kairo, Mesir
|
14
|
HADDADIYAH
|
Sayid Abdullah bin Alawi bin Muhammad Al-Haddad
|
Hejaz, Arab Saudi
|
15
|
IDRISIYAH
|
Sayid Ahmad bin Idris bin Muhammad bin Ali
|
Asir, Arab Saudi
|
16
|
IGHITBASYIYAH
|
Syamsuddin
|
Magnesia, Yunani
|
17
|
JALWATIYAH
|
Pir Uftadi
|
Brussa, Turki
|
18
|
JAMALIYAH
|
Jamaluddin
|
Istanbul, Turki
|
19
|
KABRAWIYAH
|
Najjmuddin
|
Khurasan, Iran
|
20
|
KHALWATIYAH
|
Umar Al-Khalwati
|
Kayseri, Turki
|
21
|
MAULAWIYAH
|
Jalaluddin Ar-Rumi
|
Konya, Anatolia
|
22
|
MURADIYAH
|
Murad Syami
|
Istanbul, Turki
|
23
|
NAQSYABANDIYAH
|
Muhammad bin Muhammad bin Al-Uwaisi al-Bukhari Naqsyabandi
|
Qasri Arifan, Turki
|
24
|
NIYAZIYAH
|
Muhammad Niyaz
|
Lennos, Yunani
|
25
|
NI’MATALLAHIYAH
|
Syah Wali Ni’matillah
|
Kirman, Iran
|
26
|
NURBAKSYIYAH
|
Muhammad Nurbakh
|
Khurasan, Iran
|
27
|
NURUDDINIYAH
|
Nuruddin
|
Istanbul, Turki
|
28
|
QADIRIYAH
|
Abdul Qadir Al-Jaelani
|
Bagdad, Irak
|
29
|
RIFAIYAH
|
Sayid Ahmad Ar-Rifa’i
|
Bagdad, Irak
|
30
|
SADIYAH
|
Sa’duddin Jibawi
|
Damaskus, Irak
|
31
|
SAFAWIYAH
|
Safiuddin
|
Ardabil, Iran
|
32
|
SANUSIYAH
|
Sidi Muhammad bin Ali As-Sanusi
|
Tripoli, Libanon
|
33
|
SAQATIYAH
|
Sirri Saqati
|
Bagdad, Irak
|
34
|
SINNAN UMMIYAH
|
Alim Sinan Ummi
|
Alwali, Turki
|
35
|
SIDDIQIYAH
|
Kyai Mukhtar Mukti Timur
|
Jombang, Jawa
|
36
|
SUHRAWARDIYAH
|
Abu An-Najib As-Suhrawardi dan Syihabuddin Abu Hafs Umar bin Abdullah As-Suhrawardi
|
Bagdad, Irak
|
37
|
SUNBULIYAH
|
Sunbul Yusuf Bulawi
|
Istanbul, Turki
|
38
|
SYAMSIYAH
|
Syamsuddin
|
Madinah, Arab Saudi
|
39
|
SYATTARIYAH
|
Abdullah Asy-Syattar
|
India
|
40
|
SYAZILIYAH
|
Abdul Hasan Ali Asy-Syazilli
|
(Mekkah, Arab Saudi)
|
41
|
TIJANIYAH
|
Abu Al-Abbas Ahmad bin Muhammad At-Tijani
|
Fes, Maroko
|
42
|
UMM SUNANIYAH
|
Syekh Umm Sunan
|
Istanbul, Turki
|
43
|
ZAINIYAH
|
Zainuddin
|
Kufah, Irak
|
Loading...
0 Response to "PEMBAGIAN TASHAWWUF"
Post a Comment