Sebagai bahasa nasional, Bahasa
Indonesia mengalami tahap-tahap yang sangat penting dalam sejarah
perkembangannya. Dimulai dari 1901, disusun ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. Van Ophuysen dalam Kitab Logat Melayu
sebagai cikal bakal bahasa Indonesia.
Pada 1928 Bahasa Indonesia diikrarkan dalam Sumpah Pemuda sebagai bahasa
persatuan. Kemudian tahun 1942 kedudukan bahasa Indonesia semakin kokoh akibat
kekalahan belanda terhadap Jepang, yang secara otomatis bahasa Belanda tidak
boleh dipergunakan lagi, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam situasi
resmi. Tahun 1945 Bahasa Indonesia memperoleh kedudukannya yang lebih pasti
sebagai bahasa nasional, bahasa resmi, bahasa kesatuan dan bahasa negara.
Kemudian, dengan penetapan pemakaian ejaan baru oleh Presiden RI
tanggal 16 Agustus tahun 1972, selangkah bahasa Indonesia maju menuju
kesempurnaannya. (Lihat J.S Badudu.1985)
Melihat sejarah perkembangan bahasa
Indonesia yang hampir mencapai satu abad, ternyata bukanlah hal yang mudah
untuk menyempurnakannya dan menjaga dari pengaruh-pengaruh bahasa-bahasa lain
(asing). Bahasa Indonesia masih belum cukup dewasa menahan gempuran dari
bahasa-bahasa asing yang selalu mempengaruhinya. Selain ketidakmampuaannya
dalam menahan gempuran, bahasa Indonesia juga masih ada yang terjadi salah
kaprah penggunaanya, yang kali ini penulis coba mengangkat kesalahkaprahan
bahasa Indonesia,
dari segi cara pelafalan membaca akrostik dan akronim.
Bahasa Indonesia dari segi pembacaan kata
akrostik dan akronim masih banyak-apakah karena sengaja atau karena sudah
menjadi kebiasaan- yang salah kaprah. Ada
beberapa kata yang pelafalannya kita menyesuaikan dengan lidah melayu, namun
ada juga yang sedikit menggilitik lidah kita pelafalannya mengikuti dari kata
aslinya –maksudnya bahasa asing- yang secara tidak sadar kita menganggap bahwa
itu adalah pelafalan lidah orang melayu, khususnya orang Indonesia.
Berikut akan penulis coba berikan contoh, mudah-mudahan menggugah hati anda.
Antara TV dan TVRI
Dalam pengucapannya, kita mengucapkannya
dengan gaya
pelafalan ejaan bahasa Inggris. TV (baca: tivi) mengapa kita tidak
melafalkannya ‘teve’. Bukankah dalam bahasa Indonesia fonem t dibaca ‘te’ dan
fonem v dibaca ‘ve’? Mungkin jika ingin membeli TV dan melafalkannya dengan
‘teve’ sudah pasti kita akan ditertawakan. Namun, ketika melafalkan nama
stasiun TV pemerintah ‘TVRI’, kita melafalkannya dengan te-ve-er-i- bukan
ti-vi-ar-ei-. Bagaimana menurut Anda, apakah benar? Hal ini sudah memasyarakat
pada pengguna Bahasa Indonesia, suatu kesalahan yang sudah menjadi anggapan
benar.
KFC dan A&W
Begitu juga dengan pelafalan dua merek
dagang makanan dari luar negeri ini. KFC dan A&W. Kita
melafalkan KFC dengan ka-ef-ci sesuai dengan pelafalan bahasa Inggris. Namun,
ketika bertemu dengan merk dagang yang berbeda namun asalnya sama kita
melafalkan A&W dengan pelafalan lidah melayu -a- dan –w-. Mengapa kita
tidak melafalkannya sama seperti melafalkan KFC. Baca saja A&W dengan (Ei
and doble yuu). Kini gilirannya, jika melafalkan demikian –ei and doubleyuu-,
bisa jadi kita dibilang katrok oleh orang yang mendengarnya.
DVD dan VCD
Pelafalan DVD dan VCD Orang indonesia
melafalkannya bukan (de-ve-de) tetapi (di-vi-di) Mengikuti pelafalan bahasa inggris.
Begitu juga dengan VCD dilafalkan dengan vi-ci-di.
Handphone (HP)
Pada alat elektronnik yang satu ini pun kita juga salah kaprah. Mengapa pada pelafalannya kita tidak melafalkan dengan lidah Inggris. HP dibaca (eitch-pi). Tapi dalam kesehariannya kita melafalkan HP (hape). Bagaimana menurut Anda?
Tetapi walaupun
demikian, tidak semua pelafalan dalam bahasa indonesia yang diserap dari bahasa
asing menjadi salah kaprah. Satu contoh yang tepat, computer yang
dalam bahasa Inggris dibaca –kompiyuterr-, tetapi dalam bahasa Indonesia
diserap komputer, pelafalannya pun menjadi komputer. Sesuai dengan lidah orang
Melayu bukan?
Melihat adanya
kesalah kaprahan yang terjadi, semoga kita tidak semakin manambah kesalahan
yang sudah ada. Belajarlah dari kesalahan. Hal ini bukan hanya menjadi tanggung
jawab lembaga, badan, departemen atau sejenisnya yang menangani masalah
kebahasaan, tetapi ini juga menjadi masalah kita sebagai masyarakat pengguna
bahasa Indonesia. Untuk ke depannya semoga dalam proses penyerapan bahasa asing
kita tidak salah kaprah lagi.
Loading...
0 Response to "SALAH KAPRAH DALAM PENYEBUTAN BAHASA INDONESIA"
Post a Comment