A. PENDAHULUAN
Di
dalam Alqur’an dinyatakan bahwa manusia adalah ciptaan Allah yang adi luhung,
karena manusia diciptakan dengan instrumen, fasilitas, dan kelebihan yang lain
dibanding makhluk-makhluk selainnya. Penciptaan manusia dengan sebaik-baiknya itu
menjadikan manusia makhluk yang termulia di alam semesta, hal itu bisa kita
dapatkan keterangannya, dibeberapa ayat Al qur’an, diantaranya, di surat at-tin
ayat 4 dan surat al-isra’ ayat 70:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
4. Sesungguhnya kami
Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي
الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى
كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
70.
Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka
di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang
Telah kami ciptakan.
Pernyataan dua ayat di atas membuktikan bahwa Allah menciptakan
manusia dengan sebaik-baik ciptaan, salah satu bentuk upaya dalam penciptaan
manusia dengan sebaik-baiknya ialah Allah melebihkannya, yang kelebihan itu
bersifat penyempurna’an atas ciptaan manusia, dan dari kesempurnaan itu,
manusia dijadikan makhluk yang mulia dibanding makhluk yang lain.
Tetapi kesempurnaan manusia, selain berindikasi kepada derajat
mulia, ternyata juga menjadikan manusia memiliki tanggung jawab, amanah dan
tujuan penciptaan yang lebih berat dan besar dibanding makhluk lain. Yaitu
manusia akan mempertanggung jawabkan segala fasilitas yang Allah berikan
kepadanya, mulai dari panca indra, akal, kesempatan, kemampuan, kekuasaan dan
lain sebagainya dengan bentuk tanggung jawab apakah manusia mempergunakannya
sesuai dengan tuntunan sang pemilik kelebihan tersebut atau sebaliknya. Letak
kesuksesan manusia dalam mengemban amanah ialah seberapa besar ia mencapai
tujuan penciptaannya dalam menjalani kehidupan dengan mengoptimalkan segala
kelebihan itu.
Tujuan penciptaan, dimana manusia harus berupaya mewujudkannya,
setidaknya ada dua, yaitu mewujudkan
diri menjadi seorang hamba yang taat dan pemimpin yang mengelola bumi
dan isinya secara bijaksana sesuai ketentuan Allah swt, hal ini bisa kita
ketahui melalui firman Allah di surat az-zariyat 56 dan Al-baqoroh 30 :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
56.
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي
الْأَرْضِ خَلِيفَةً.......
30.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." ........
Meski terdengar sepele dan terkesan mudah, namun pada kenyataannya
tugas yang diemban manusia yang meliputi dua tujuan tadi amatlah susah melihat
banyaknya umat-umat terdahulu yang dihinakan oleh Allah karena terlena terhadap
kelebihan-kelebihan yang ada, sehingga mengacuhkan tugas yang mereka emban,
maka dari itu, perlu adanya upaya untuk mengembangkan segala fasilitas
-utamanya akal- agar dapat dioptimalkan mencapai tujuan penciptaan itu bukan
menjadi racun yang membunuh diri sendiri.
Salah satu upaya nyata yang dilakukan untuk mengoptimalkan
kelebihan-kelebihan itu dalam mencapai tujuan penciptaan yang benar ialah
mencari ilmu atau pengetahuan dengan sebanyak-banyaknya utamanya ilmu agama
lalu dengan itu mengatur segala aspek yang terdapat dalam diri agar sesuai
dengan pengetahuan yang dimiliki sehingga melahirkan kepribadian, akhlak dan
tingkah laku yang baik, mewujudkan insan yang kamil, yaitu insan yang bisa
menempatkan diri dan segala kehidupannya sesuai tuntunan Allah yang termaktub
dalam Al-qur’an dan as-sunnah. proses pengupayaan itu sering kita sebut sebagai
proses pendidikan.
Dan pada makalah ini penulis akan menjelaskan peran pendidik serta
kedudukannya sebagai salah satu pelaku pendidikan yang menjadi faktor penting
keberhasilan proses pendidikan yang melahirkan insan kamil yang kita telah
jelaskan diatas. Penulis akan mencoba menganalisisnya menggunakan sudut pandang
islam yang tentunya harus berdasarkan dan bersumber pada nash al-qur’an dan
as-sunnah.
B. PENGERTIAN
PENDIDIK
Sebelum kita masuk pada defenisi pendidik secara etimologis
ataupun menurut qur’an dan sunnah, ada baiknya kita lebih memperjelas pengertian
pendidikan terlebih dahulu.
Istilah pendidikan bisa kita temukan dalam Al-qur’an dengan
istilah At-tarbiyah, At-ta’lim dan At-tahdib, tetapi lebih banyak kita temukan
dengan ungkapan kata robb. Kata tarbiyah sendiri merupakan masdar dari fi’il robba-yurobbi,
yang artinya, memimpin, memiliki mengumpulkan, memperbaiki, menambah,
memelihara, mengasuh dan mendidik. Di dalam Alqur’an sendiri, tidak kita
temukan scara langsung kata tarbiyah, tetapi ada istilah yang senada dengan
tarbiyah tersebut, yaitu kata robb, seperti yg terdapat dalam surat
alfatihah ayat 2 dan al isro’ ayat 24:
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
2.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ
وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
24.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan
dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana
mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil".
Ayat di atas menunjukkan luasnya pengertian kata robb, namun
kesemua pengertiannya memiliki keterkaitan yang erat. Kata robb bisa menjadi
sebuah nama yang hanya mutlak untuk Allah semata, karena kandungan kata robb
meliputi yang memiliki, memelihara dan mendidik, dan keseluruhan sifat tersebut
merupakan sifat Allah karena Allah satu-satunya zat yang memiliki seluruh Alam
dan Zat yang sanggup memeliharanya juga maha berilmu sehingga dia pula yang
pantas menjadi pendidik karena luasnya keilmuanNya.
Pengertian robb yang terdapat pada ayat kedua pun memiliki dua
pengertian, yang pertama adalah mengasihi dan yang kedua adalah mendidik. Jika
kita lebih mencermati lagi, mengasihi yang ditunjukkan oleh kata robb dalam
ayat tersebut ialah sebuah kasih sayang yang amat luas dan berkesinambungan
yang berupa pemeliharaan, perlindungan, pertolongan, pemenuhan kebutuhan dan
pengajaran dari segi keinteletualan, etika, moral, adab, pengetahuan kepada
kebenaran dan anjuran condong terhadapnya juga pada kejahatan dan anjuran
menjauhinya, hal itu diketahui melalui lafadszh “kamaa” (sebagaimana) yang
menunjukkan perintah untuk mempersamakan atau menyesuaikan permohonan
“mengasihi” kepada “mendidik di waktu kecil”. Dan pendidikan yang orang tua
berikan kepada anaknya ketika kecil itu meliputi hal-hal yang telah ada dalam
luasnya cakupan kasih sayang yang tertera diatas
Dari keseluruhan pengertian diatas maka tarbiyah menurut Alqur-an
yaitu pendidikan yang tidak hanya pada tahap mengajarkan ilmu semata melainkan
pendidikan pada seluruh aspek moral, etika dan akhlak yang bertujuan untuk
memelihara dan mengatur berdasarkan kasih sayang
Maka tidak salah jika Dr yusuf
Qardhawi memberi pengertian pendidikan islam yaitu, pendidikan manusia
seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya.
Juga pengertian yang diberikan ahmad
tafsir yaitu: sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia menuju kedewasaan,
baik secara akal, mental maupun moral, untuk menjalankan fungsi kemanusiaan
yang diemban sebagai seorang hamba dihadapan khaliqNya dan sebagai “pemelihara”
semesta.
Beralih pada pembahasan inti kita
yaitu pendidik, dalam bahasa arabnya murobbi. Kata murobbi juga merupakan isim
fail dari fi’il yang sama dengan kata tarbiyah, yaitu robba yurobbi, yang
tentunya maknanya pun sama, bedanya jika tarbiyah merupakan kegiatan proses
pendidikan, maka murobbi adalah pelaku pendidikan tersebut, artinya orang yang
mendidik atau yang melakukan pendidikan,
maka secara etimologis, pendidik dalam islam ialah orang yang mendidik
sesuai dengan tuntunan pendidikan islami.
pendidikan islami yang dimaksud adalah pendidikan yang
telah penulis definisikan pada penjelasan sebelumnya. dari itu, kita dapat
mengetahui, bahwa jika kita mendefinisikan pendidik sesuai sudut pandang
Al-qur’an, maka kita akan mendapatkan sebuah cakupan yang amat luas dan
terperinci dari kata pendidik tersebut, karena pendidik yang dipahami oleh kebanyakan
orang hanya seseorang yang mengajar di kelas atau di ruang tertentu semata
dengan materi-materi yang tertentu pula serta di waktu-waktu yang terbatas,
pendidik yang umum di kenal tidak menyentuh pada seberapa besar anak yang didik
dapat mengamalkan ilmunya, apakah ilmu itu dapat mempola dirinya menjadi insan
yang kamil. Karena kesuksesan seorang pendidik, diukur dari seberapa benar dan
banyaknya anak didik bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan ketika
ujian, pendidik pun tidak bertanggung jawab atas pemeliharaan anak yang didik.
Beda halnya dengan pendidik dalam kaca mata islam, karena
selain mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan, juga yang terpenting menanamkan
dasar-dasar agama yang menjadi pondasi dari ilmu-ilmu selanjutnya, juga
pendidik dituntut untuk senantiasa mengawasi, memelihara dan mengarahkan
perkembangan anak didiknya menjadi insan yang kamil, sehingga pendidikan
diberikan secara berkesinambungan sesuai dengan kemampuan pendidik hingga
menyentuh aspek moral, etika, pribadi diri dan akhlak anak didik.
Dari penjelasan tentang pendidik
diatas, maka kita dapat mengambil tiga unsur pokok pendidik menurut islam.
Pertama, Di dalam mendidik, seyogyanya pendidik mendidik dengan susunan
yang tertib, artinya mengajarkan mulai dari hal-hal yang paling mendasar dan
hal-hal yang menjadi akar dari hal yang harus diajarkan, setelah itu berhasil
maka barulah anak didik diajarkan hal-hal yang menjadi “batang” kemudian
“ranting” kemudian “daun” hingga selanjutnya menyentuh pada wilayah “pucuk”nya,
itu semua agar perkembangan anak didik dapat di awasi dan di pelihara. Maka
tidak salah, pengertian yang diberikan oleh ibnu abbas tentang pendidik/ atau
murobbi yaitu
الذين يربون الناس بصغار العلم قبل كباره
Orang yang mendidik manusia mulai dari pengetahuan-pengetahuan
kecil atau mendasar sebelum pengetahuan yang besar
Atau pengertian yang diberikan oleh al-asfhahani didalam kitabnya
mufrodatul qur’an:
انشأشيء حالا فحالا الى حد التمام
atau dengan lafadzh yang lain
تبليغ الشيء الى كماله شئا فشئا
“yaitu
orang yang mengembangkan/menumbuhkan\menyampaikan suatu hal setahap demi
setahap hingga mncapai batas kelengkapannya”
Pengertian ini bisa dibuktikan
dengan merujuk pada cara pengajaran luqman sebagai pendidik yang baik yang
telah diabadikan dalam Alqur’an, dalam surat Al-luqman mulai dari ayat 13
sampai 19, kita melihat luqman mengajarkan kepada anak-anaknya mulai dari hal
yang paling mendasar yaitu tauhid, aqidah yang benar, hubungan baik kepada sang
pencipta, dengan perintahnya “laa tusyrik billah” “jangan
mempersekutukan Allah”, selanjutnya luqman mengajarkan agar memperbaiki
hubungan dengan manusia utamanya berbuat baik kepada kedua orang tua, bersyukur
kepada Allah lalu kedua orang tua, bagaimana cara menyikapi orang tua yang
mengajak kepada kesesatan ,kemudian mengingatkan bahwa setiap yang dilakukan
pasti ada balasannya, selanjutnya luqman mengajarkan untuk senantiasa
melaksanakan tuntunan agama yang pokok seperti sholat baru setelah itu menyuruh
untuk berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, mengajarkan
kesabaran, lalu menngajarkan akhlak yang baik yaitu dengan melarang sombong dan
angkuh terhadap manusia lain hingga mengajarkan hal-hal yang berada pada pucuk
pengetahuan, namun buah dari akar, yang itu diibaratkan dengan perintah “sederhana
dalam berjalan” dan “melunakkan suara”. Keterangan ini menunjukkan bahwa
pendidik dalam islam haruslah memperhatikan hal-hal dengan sengat terperinici
dan melakukan proses pendidikan secara berkesinambungan.
Kedua, didalam mendidik, seorang pendidik tentunya harus memposisikan
sebagai orang yang mendidik secara sadar dan bermaksud untuk memelihara dan
mengatur anak didiknya dengan harapan menjadikan anak didiknya sebagai seorang
yang berhasil atau bisa kita sebut ansan kamil di dalam kehidupannya. Hal ini
sesuai dengan salah satu pengertian yang tertera di dalam kitab rosul almurobbi
mengenai kata murobbi, yaitu
هو انسان الذي يقوم عن عمد وقصد برعاية فرد او افراد
لينمو بين يديه فى حياة الناجحه
“sesorang yang
bertanggung jawab secara sadar dalam melihara seseorang atau beberapa orang
dengan tujuan menjadikan orang itu berhasil dalam kehidupannya”
Maka dari itu, seorang pendidik
wajib melakukan proses pendidikan dengan keikhlasan dan kesadaran bahwa tujuan
ia mendidik ialah agar orang yang ia didik dapat berhasil dalam menjalani
kehidupan sebagai hamba Allah dan kholifah Allah, tujuan itu mengharuskan ia
untuk senantiasa, memelihara, mengawasi, memberi petunjuk, dan memberi
peringatan di dalam bertindak dan mengembangkan potensi kemanusiaan si anak
didik, yang tentunya itu semua sesuai batas kemampuan sang pendidik, agar
setiap didikan yang ia berikan betul-betul dapat diamalkan dan menjadi bekal
bagi anak didik untuk bertindak dengan benar.
Ketiga,untuk dapat mewujudkan pendidik sesuai dengan pengertian islam,
yaitu pendidik yang mendidik mulai dari hal-hal yang mendasar hingga pada
kesempurnaan pengajaran, pendidik yang memiliki kesadaran dan tujuan yang benar
dan pendidik yang merasa bertanggung jawab atas anak didiknya, maka seseorang
harus memiliki tiga komponen dalam dirinya, yaitu sebagai seorang yang berilmu,
seorang yang dapat mengamalkan ilmunya dan seorang yang bisa mengajarkan
ilmunya dengan baik. Hal ini pun senada dengan pengertian lain yang tertulis
dalam kitab rosul al-murobbi mengenai murobbi, yaitu:
هو العالم والعامل والمعلم
“dia
adalah orang berilmu juga orang yang beramal juga orang yang mengajarkan
ilmunya”.
Karena tanpa pengusaan ilmu yang
baik, seseorang tidak akan pernah bisa mendidik dengan baik pula, dan inidikasi
penguasaan ilmu yang baik adalah orang itu bisa mengamalkan ilmunya didalam
kesehariannya, pengamalan ilmu yang telah menjadi watak dirinya secara otomatis
telah mengantarkan dia pada tahap pendidikan pertama yang paling penting yaitu
memberikan contoh atau teladan dari diri sendiri kepada orang lain, baru
setelah itu dia bisa mengajarkan ilmunya kepada orang lain dan selanjutnya dia
dituntut memberikan pengajaran yang baik serta mudah terima dan di fahami oleh
si anak didik, pola seperti inilah yang telah di lalui oleh nabi Muhammad dan
nabi Ibrahim sehingga didalam Al-qur’an
mereka dijadikan sebagai sumber tauladan bagi orang-orang yang beriman,
sebagaimana yang tertulis dalam Al-qur’an surat al ahzab ayat 21 dan mumtahanah
ayat 4
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ
كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
21. Sungguh
telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kaimat dan yang
banyak mengingat Allah
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ
مَعَهُ.....
4. Sungguh
telah ada suri tauladan bagi kalian pada ibrohim dan orang bersama dengannya....
ketiga unsur inilah yang menjadikan
kedudukan seorang pendidik menurut pandangan islam amatlah penting dan utama,
dan juga menjadi acuan karasteristik seorang pendidik islami, yang kesemuanya
insya Allah akan penulis kupas di bagian selanjutnya.
C. URGENSI PENDIDIK
Pentingnya seorang pendidik tentunya
tidak akan lepas dari pentingnya pendidikan itu sendiri. Pada bagian pendahuluan,
telah kami jelaskan panjang lebar, bahwasanya manusia merupakan makhluk dengan
kelebihan-kelebihan yang menjadikan penciptaannya menjadi sempurna dibanding
makhluk-makhluk lainnya, dan implikasi logis dari itu menjadikan manusia
sebagai makhluk yang mulia. Selain mendapatkan status makhluk yang mulia,
ternyata manusia juga mendapatkan tugas dan amanah yang sesuai dengan
kemuliaannya, maka tentunya amanah dan kewajiban yang menjadi tujuan
keberaadaan manusia di muka bumi itu sangatlah berat, untuk itu proses
pendidikan sangat manusia butuhkan untuk mengembangkan kelebihan-kelebihan
mereka sehingga dapat digunakan secara optimal dalam menjalankan dan mewujudkan
tujuan penciptaan, yaitu menghamba pada Allah dan menjadi pemimpin di muka
bumi. Sehingga nantinya manusia tetap dapat mempertahankan status mulianya di
mata Allah swt.
Maka dengan itu pendidikan
mendapatkan peran yang sangat strategis, yaitu dengan proses pendidikanlah
manusia dapat mempertahankan eksistensinya sebagai manusia yang mulia melalui
pemberdayaan potensi dasar dan karunia yang telah diberikan Allah swt.
Meski demikian pendidikan yang dimaksud disini adalah pendidkan
islami yaitu pendidikan yang mengupayakan penanaman dan mengaktualisasikam
nilai-nilai islam pada kehidupan nyata melalui pribadi-pribadi muslim yangberiman
dan bertaqwa.
Dengan
sedemikian pentingnya pendidikan islam dalam kehidupan manusia untuk
mempertahankan kemuliannya, maka pendidik juga memilki peran yang sentral dan
strategis, sehingga keberadaan, kuantitas dan kualitasnya sangatlah di perlukan
dan di pentingkan, karena tentunya pendidiklah yang berperan besar sekaligus
menentukan kemana arah potensi peserta didik yang akan dikembangkan, dengan
kata lain pendidik merupakan masinis yang mengarahkan proses pendidikan itu,
apakah mengarah kepada pembentukan insan kamil atau malah mengarah kepada
pembentukan manusia rusak dan pembangkang yang menyalah gunakan segala
kelebihan yang telah diberikan kepadanya.
Karena
pada hakekatnya manusia memiliki kecenderungan pada jalan yang benar dan jalan
yang buruk, hal ini sesuai dengan firman Allah swt, surat as-syams ayat 7-10:
(7) فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا (8)
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا (10)
7. demi jiwa serta penyempurnaan
(ciptaan)nya. 8. Maka dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan
ketakwaanNya. 9. Sungguh bruntung orang yang menyucikan (jiwa itu) 10. Dan
sungguh rugi orang yang mengotorinya
Sementara faktor penting yang menjadikan pendidikan dapat
mengantarkan seseorang kepada jalan kebenanaran (ketakwaan) adalah pendidik itu
sendiri.
Dari uraian diatas maka kita telah dapat menyadari betapa
pentingnya pendidik yang menjalankan proses pendidikan sehingga yang didik
benar-benar bisa menjadi seorang insan yang kamil, yaitu insan yang dapat
melaksanakan tujuan penciptaannya dan mepertahankan kemuliaannya dimata Allah. karena
itu pula, tidak salah jika ramayulis menyatakan bahwa Allah dan Rasulullah
adalah pendidik, mengingat betapa besar pentingnya peran pendidik tersebut, hal
ini pun dibuktikan dengan firman Allah, yang menunjukkan Allah itu adalah pendidik
yang mengajarkan adam nama-nama seluruhnya yang itu menjadi sebuah alasan
mengapa Allah memuliakan anak adam dibanding malaikat sekalipun, bisa kita
lihat pada surat Al-baqoroh ayat 31:
وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ
عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ
صَادِقِينَ
31. dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama
(benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya
berfirman, “sebutkan kepada Ku nama semua (benda) ini, jika kamu benar”
Dan juga dalam Al-qur’an terdapat ayat yang menunjukkan bahwa
Rasulullah adalah seorang pendidik yang membacakan, dan mengajarkan Al-qur’an
dan sunnah. Hal ini terdapat pada surat al-baqoroh ayat 151:
كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولًا مِنْكُمْ يَتْلُو
عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ
وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ
151.Sebagaimana kami telah mengutus kepadamu
seorang Rasul (muhammad) dari kalangan kamu yang membacakan ayat-ayat kami,
menyucikan kamu, dan mengajarkan padamu kitab (Al-qur’an) dan hikmah (sunnah)
serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui.
Didasari dengan sangat pentingnya pendidik, maka Allah
memerintahkan seluruh ummatnya untuk menjadi hamba yang patuh dan kepatuhannya
itu dilihat dari “mengajarkan kitab dan mempelajarinya” sebagaimana yang
tertera dalam surat ali imran ayat 79:
.....كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ
وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ (79)
... jadilah kalian pengabdi-pengabdi Allah, karena kalian
mengajarkan kitab dan kalian mempelajarinya.
Dari ayat ini, menunjukkan bahwa, untuk mewujudkan salah satu
tujuan penciptaan manusia yaitu menjadi “pengabdi Allah” maka syaratnya adalah mempelajari
Al-qur’an dan mengajarkannya, artinya perintah itu juga menyatakan bahwa
manusia yang mengaku hamba Allah harus menjadi pendidik yang mengajarkan ilmu
utamanya ilmu agama. Maka dari sini kita dapat mengetahui, setiap manusia harus
menjadi seorang pendidik, ini pun dikuatkan dengan sabda Rasulullah:
بلغوا عني ولو اية
Sampaikan
dari ku walaupun satu ayat
Lafadzh balliguu.. yang menjadi indikator perintah “menyampaikan”
itu memberikan legitimasi bahwa rasul pun menyuruh semua ummatnya menjadi pendidik,
orang yang mendidikkan dan mengajarkan segala ajaran yang datangnya dari Nabi,
karena pada hakikatnya semua kehidupan nabi adalah pendidikan, dan rasul
menempatkan pendidikan pada perhatian yang lebih dan selalu mendorong
sahabatnya untuk menuntut ilmu, mengamalkannya dan mengajarkannya.
salah satu bukti sejarah dimana pendidik itu amat penting dimata
nabi ialah ketika para tawanan perang badar dibolehkan bebas asalkan ia telah
mengajarkan 10 orang islam membaca dan menulis.
Semua uraian diatas penulis rasa sudah cukup menunjukkan betapa
pentingnya pendidik dalam pandangan islam yang berdasarkan qur’an dan sunnah.
D. KARAKTERISTIK
PENDIDIK ISLAM
Luasnya cakupan pendidikan dalam pengertian islam, membuat segala
prosesnya harus ditunjang dengan banyak hal yang itu meliputi seluruh
klasifikasi-klasifikasi demi mencapai cakupan yang luas tersebut, oleh
karenanya karakteristik pendidik islam memiliki ciri khas tersendiri dibanding
pendidik-pendidik yang didasarkan pada ajaran selain islam
Berikut
ini kami paparkan beberapa karkateristik-karakteristik yang telah di tetapkan
oleh beberapa tokoh islam:
Al-Abrasy mengemukakan beberapa karakteristik pendidik.
a. Seorang pendidik bersifat zuhud, artinya melaksanakan
tugasnya bukan semata-mata karena materi, melainkan mendidik untuk mencari
keridhaan Allah.
b. Seorang pendidik harus bersih tubuhnya, jauh dari dosa dan
kesalahan, bersih jiwanya, terhindar dari dosa, sifat ria dengki, permusuhan,
dan sifat –sifat tercela lainnya
c. Seorang pendidik harus ikhlas dalam menjalankan tugasnya dan
memiliki sifat-sifat terpuji lainnya, seperti rendah hati, jujur, lemah lembut,
dan sebagainya.
d. Seorang pendidik mesti suka memaafkan orang lain, terutama
kesalahan peserta didiknya, lalu ia juga sanggup menahan diri, menahan
kemarahan, lapang hati, banyak sabar dan mempunyai harga diri.
e. Seorang pendidik harus mencintai peserta didiknya seperti
cintanya terhadap anak-anaknya sendiri dan memikirkan keadaan mereka seperti ia
memikirkan keadaan anak-anaknya.
f. Seorang pendidik harus mengetahui karakter/tabiat peserta
didiknya.
g. Seorang pendidik mesti menguasai pelajaran yang ia berikan.
Sementara an-Nahlawi menyebutkan beberapa karakteristik seorang
pendidik, yaitu:
a. Mempunyai watak dan sifat rubbaniyah yang terwujud dalam
tujuan, tingkah laku, dan pola pikirnya.
b. Bersifat ikhlas; melaksanakan tugasnya sebagai pendidik
semata-mata untuk mencari ridha Allah dan menegakkan kebenaran.
c. Bersifat sabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan kepada
peserta didik.
d. Jujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya.
e. Senantiasa membekali diri dengan ilmu, kesediaan diri untuk
terus mendalami dan mengkajinya lebih lanjut.
f. Mampu menggunakan metode mengajar secara bervariasi sesuai
dengan prinsip-prinsip penggunaan metode pendidikan
g. Mampu mengelola kelas dan peserta didik, tegas dalam
bertindak dan proporsional.
h. Mengetahui kondisi psikis peserta didik.
i. Tanggap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang dapat
mempengaruhi jiwa, keyakinan atau pola berpikir peserta didik.
j. Berlaku adil terhadap peserta didiknya.
Ibn Khaldun, dalam kitabnya Muqaddimah, juga
berpendapat bahwa seorang guru harus memiliki karakter yang baik. Dalam hal ini
ia mengutip wasiat al-Rasyd kepada Khalaf bin Ahmar, guru puteranya MUhammad
al-Amin.
. Dari wasiat itu, dapat disimpulkan bahwa setiap pendidik mesti
bijaksana dalam mendidik anaknya, penuh kesabaran dan kasih sayang serta
tanggung jawab yang tinggi sehingga si anak memiliki kompetensi di bidang yang
ia ajarkan.
E. PENUTUP
Islam dengan ajarannya yang bersifat
universal, toleransi dan sesuai dengan kebutuhan serta fitrah manusia ternyata
memberikan kedudukan yang lebih bagi pendidik dan tentunya proses pendidikan
tersebut. Hal itu didasari atas kebutuhan manusia dalam mengembangkan kelebihan
yang mereka miliki sehingga dapat di optimalkan untuk mepertahankan derajat
kemulainnya di sisi Allah swt.
Karena hakikat pendidik dan
pendidikan menurut kaca mata islam sangat luas dan menyeluruh dibanding
pemahaman umum masayarakat kita tentang pendidik dan pendidikan itu
sendiri. Dimana proses pendidikan yang
ditunjukkan oleh islam adalah seluruh rangkaian kehidupan manusia, dan wajibnya
tiap manusia untuk menjadi pendidik, setidaknya menjadi pendidik bagi diri
sendiri.
oleh Qoem Aulassyahied disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat pendidikan islam
Loading...
0 Response to "Makalah Pendidik dalam Al-Qur'an dan Hadis"
Post a Comment