Bulan Mei bagi
bangsa Indonesia dianggap sebagai bulan pendidikan sebab pada bulan tersebut
terdapat satu hari yang diangkat menjadi hari Pendidikan Nasoinal. Dalam bulan
ini ada baiknya apabila kita melakukan muhasabah (introspeksi) terhadap
perjalanan pendidikan kita, tentu dari kacamata islam.
Lebih dari
setengah abad bangsa indonesia merdeka dan telah menyelenggarakan pendidikan
dalam rangka meraih salah satu tujuan kemerdekaan, yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa. Tetapi kalau kita melihat sekilas hasil dari proses pendidikan
tampaknya masih dominan hanya dalam teori saja. Kita lihat pada berita dari
berbagai media, orang – orang pintar
dengan titel yang berderet–deret ternyata terkena kasus korupsi.
Sehingga muncul istilah “banyak sekali orang pintar tapi sedikit sekali orang
yang faham.” Sementara kaum yang berpendidikan rendah masih berkutat dan
berkecimpung pada kehidupan klenik dan mistik. Sedangkan para remajanya tak
jarang banyak yang terlibat berbagai macam tindak kekacauan, semacam tawuran,
tindak asusila hingga narkoba.
Memang itu
bukanlah profil lengkap dari pendidikan kita, namun fenomena tersebut cukup
banyak kita jumpai. Tak bisa dipungkiri, prestasi–prestasi mengagumkan
sesungguhnya juga sudah muncul, akan tetapi jika dibandingkan dengan negeri
tetangga, ternyata kualitas pendidikan kita masih kalah, padahal kita lebih
dahulu merdeka. Apa yang salah? Jika menilik lebih dalam kepada kurikulum
nasional, memang persoalan nilai dan akhlak tidak menjadi tumpuan utama
pendidikan kita. Padahal pendidikan itu sesungguhnya bukan semata – mata
transfer pengetahuan, tetapi pendidikan harusnya mentransfer nilai – nilai
luhur yang mana ghoyah-nya adalah terbentuknya Insan Kamil yaitu
manusia yang memiliki jiwa utama.
Dalam khazanah
islam dikenal ada seorang tokoh yang istimewa dalam pendidikan anak, dialah Luqman
Al – Hakim. Dia merupakan salah satu suri tauladan diantara para orang tua bagi
mendidik anak, baik pendidikan ruhiyah maupun jismiyah, mental maupun badan.
bahkan namanya menjadi salah satu nama surat dalam Al–Qur’an. Pokok–pokok pikiran
pendidikan Luqman Al – Hakim tertuang pada
pesan beliau kepada anaknya, yang meliputi pesan yang berkenaan antara
hubungan hamba dengan Rabbnya, serta hubungan hamba dengan sesamanya.
Penulisan makalah
ini diharapkan memberikan pemahaman yang komprehensif bagi para orang tua
tentang bagaimana sebenarnya mendidik anak, yang mana
anak adalah generasi penerus bagi orang tuanya yang akan melanjutkan estafeta
kepemimpinannya.
Biografi Luqman Al- hakim
Luqman Al-Hakim adalah seorang yang diberikan hikmah oleh
Allah SWT. Sebagaimana disebutkan oleh Allah SWT dalam firman- Nya, “Dan sesungguhnya
telah kami berikan hikmah kepada luqman...”(QS. Luqman :12) luqman
sendiri adalah putra ‘anqa bin sadun. Sedangkan menurut satu pendapat yang
dikemukakan as-suhaili,putra luqman itu bernama Tsaran.[1]
Diantara hikmah yang diberikan Allah kepada luqman adalah
ilmu,kegamaan,ketepatan dalam perkataan dan banyak hikmah yang lainya. Dia bertemu dengan nabi Daud AS,
mengambil ilmu darinya dan meninggalkan fatwa.beliau berkata tentang itu,
"Tidakkah aku merasa cukup ,jika sudah dicukupi ? beliau ditanya ,
“ siapakah orang yang paling jelek?” kemudian beliau menjawab , “ orang
yang tidak peduli saat ia dilihat orang lain melakukan kejelekan.”
Mujahid
berkata : Luqman Al-Hakim adalah seorang hamba habasyah yang bibirnya tebal dan kedua tumitnya
pecah-pecah . dia didatangi seseorang ketika sedang duduk dan memberikan
ceramah di hadapan banyak orang. Dia bertanya kepada luqman, “ bukankah dulu anda yang menggembala
kambing ditempat ini dan ini ? “ luqman
menjawab : “ ya.” orang itu bertanya lagi,” apa yang membuat anda mencapai
kedudukan ini ?” beliau menjawab , “ berbicara jujur dan diam dari
sesuatu yang tidak perlu.” [2]
Dari kholid ar-robi’ dia
berkata: Luqman adalah seorang budak dari habasyah.
Majikanya berkata kepadanya: sembelihkan untuk kita kambing ini! kemudian ia menyembelihnya.” Majikanya berkata, “ keluarkan
dua kerat daging yang paling baik darinya!”. Ia mengeluarkan lidah dan
hatinya. beberapa lama kemudian , majikanya berkata, “sembelihkan untuk kita kambing ini” ! kemudian ia menyembelihnya .
majikanya berkata , “keluarkan dua kerat daging yang paling jelek darinya!” ia mengeluarkan lidah dan hatinya.
Majikanya berkata , “ saya menyuruh kamu mengeluarkan dua daging yang paling
baik darinya dan kamu mengeluarkan keduanya(hati dan lidah). Dan saya menyuruh kamu mengeluarkan dua
daging yang paling jelek darinya dan kamu mengeluarkan keduanya(hati dan
lidah).” Luqman menjawab ,” sesungguhnya tidak ada yang lebih baik
darinya,
jika keduanya baik. Dan tidak ada yang lebih jelek darinya, bila keduanya jelek
,”
Al-Qurtubi berkata: dikatakan bahwa Luqman adalah anak saudara nabi Ayyub AS atau
anak bibinya. Luqman melihat seorang yang memandang kepadanya , lalu luqman
berkata kepadanya: “meskipun anda melihat kedua bibirku
tebal , namun sesungguhnya yang keluar di antara keduanya perkataan yang lembut. meskipun anda melihat kulit saya
hitam , namun hati saya putih.”
Arti penting mendidik anak
Pada kebun
fitroh pertama, Allah SWT telah menggariskan
untuk manusia, anak adam terlahir, lalu orang tuanyalah yang menjadikannya
yahudi , majusi, atau nasrani. Dari
awal akan tampak,apakah langkah-langkah pendidikan itu baik atau rusak, tergantung orang tuanya,
bagaimana cara mendidik anak-anak mereka. Tidak dapat dipungkiri lagi
bahwasanya mereka adalah bekal masa depan bahkan mereka adalah masa depan itu
sendiri. Dengan merekalah umat akan terangkat.[3]
Memperhatikan mereka akan menjadikan umat akan
berkembang di masa mendatang,sebaliknya mangabaikan mereka mengancam
kekelaman di masa mendatang. Di samping itu pula orang tua juga akan
bertanggung jawab kepada Allah SWT atas mereka. Allah SWT akan menanyakan kepada kita tentang mereka dan
tentang pendidikan mereka. Allah SWT berfirman : “wahai
orang-orang yang beriman,jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka
yang bahan bakarnya manusia dan batu ...”(QS. At-Tahrim:6)
Rasulullah SAW menyatakan bahwa anak-anak,yang tidak sholih-sholihah, akan
menyebabkan orang tua mereka menjadi bodoh,kikir,pengecut, dan senantiasa
bersedih. Bodoh karena
ketiadaan waktu untuk belajar agama disebabkan kesibukan mencari materi untuk
anak-anak. Kikir karena merasa sayang untuk berinfak sebab merasa kebutuhan
anak-anak belum semuanya tercukupi.pengecut karena enggan menunaikan amar
makruf nahi munkar sebab memikirkan keselamatan anak-anak dari resiko penegakan
kebenaran . dan senantiasa bersedih sebab anak-anak itu hanya menambah beban kesedihan akan permintaan
mereka yang diluar kemampuan atau berbagai
kenakalan yang membawa-bawa orang tua.
Pada
akhirnya tidak ada pilihan lain bagi orang tua muslim kecuali menjadikan anak-anak
mereka sebagai pribadi shalih-shalihah yang siap menghadapi zamannya. Agar
anak-anak itu membawa izzah (kemuliaan) bagi orang tua dan menjadi investasi
dunia akhirat. Serta memberikan pahala yang mengalir tiada putus- putusnya jika orang tua mendahului mereka menghadap
Allah SWT,atau membukakan pintu jannah bagi orang tua jika mereka lebih dahulu
meninggal.[4]
Pokok – Pokok
Metode Pendidikan Luqman Al – Hakim
Berikut ini
adalah pesan-pesan pendidikan luqman kepada anaknya:
1.
Pendidikan
aqidah.
Luqman
menyadari bahwa pendidikan aqidah perlu di tanamkan pada anak sejak dini.
Pendidikan tauhid amat sangat penting sekali sebagai modal dasar
bagi anak dalam menjalani kehidupan. Pesan ini beliau sampaikan seperti dalam
firman Allah SWT: “ Dan ingatlah ketika luqman berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepada anaknya: “hai anakku, janganlah kamu
mensekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar
kedzaliman yang besar.”(QS.Luqman: 13) Tanggung
jawab pendidikan terhadap anak didiknya dalam islam meliputi tanggung jawab untuk menyelamatkan hidupnya kelak di akhirat.
Karena itulah pendidikan tauhid menempati kedudukan yang utama. Dengan prinsip
tauhid ini sang anak akan bisa beramal hanya hanya untuk Allah SWT semata, tanpa
di campuri dengan tujuan yang lain.
Syirik merupakan dosa terbesar dan Allah
SWT tidak akan mengampuninya, Allah SWT berfirman : “ sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain dari (syirik)
itu, bagi siapa yang di kehendaki-Nya.(QS.An-Nisa’:116)
Sudah
menjadi kewajiban bagi orang tua untuk menanamkan dalam mendidik anak-anaknya
akan ke tauhidan kepada Allah SWT, agar
anak-anak ini kelak menjadi generasi yang muwahhid (mengesakan Allah SWT), kita
harus mengawali sejak sedini mungkin sebelum terlambat, untuk akhiryna
menyesal.
2.
Pendidikan
untuk berbuat baik kepada ke dua orang tua.
Luqman
mengajarkan kepada anak untuk berbuat baik kepada orang tua sedini mungkin.
Pesan ini Allah abadikan dalam firman-Nya : “ Dan kami perintahkan kepada
manusia(berbuat baik) kepada kedua ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang beertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun”.(QS.Luqman:14)
Akan tetapi kalau kita melihat kehidupan
modern sekarang,banyak anak yang tidak mengerti sopan santun kepada orang tua
bahkan tidak sedikit yang mendurhakainya. Berani kepadanya dan melawan
keduanya, bahkan tidak sedikit anak yang memperbudak orang tuanya. Mengucapkan
terima kasih kepada seseorang yang telah berjasa adalah suatu sikap sopan,
apalagi kepada kudua orang tua, yang oleh Allah SWT telah dijadikan washilah lahirnya seorang anak,
lalu mengasuhnya,membesarkannya dengan kasih sayang. Tetapi jika anak tidak
dididik untuk biasa hormat kepada orang tua,anak ini tidak akan bisa berbuat
baik kepada orang tuanya.
Birrul
walidain menempati
kedudukan yang istemewa dalam ajaran islam, di antaranya: [5]
·
Perintah berbuat baik kepada kedua orang tua di
tempatkan oleh Allah SWT di al qur’an langsung sesudah perintah beribadah kepada-Nya
semata-mata atau sesudah larangan mempersekutukan-Nya. Allah SWT berfirman : “Dan ingatlah ketika
kami mengambil janji dari bani israil yaitu: “ janganlah kamu menyembah selain
Allah, dan berbuat baiklah kepada ibi bapak...”(QS.Al-Baqarah:83)
·
Allah SWT mewasiatkan kepada umat manusia untuk
berbuat ihsan kepada ibu bapak. Allah SWT berfirman: “ Dan kami wasiatkan (wajibkan) kepada umat manusia
supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapak ...”(QS.Al-ahqaf:15)
·
Allah SWT meletakkan perintah berterima kasih
kepada ibu bapak langsung sesudah perintah berterima kasih kepada-Nya. Allah
SWT berfirman : “Dan kami perintahkan kepada manusia(supaya berbuat baik)
kapada dua orang ibu bapaknya; ibunya yang telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yag semakian lemah, dan menyusukannya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”(QS.Luqman:14)
3.
Pendidikan untuk menanamkan cinta amal shalih pada diri anak.
Luqman menanamkan keyakinan kepada anaknya bahwa apa saja yang di
kerjakan manusia,betapapun halus dan kecilnya, tidak luput dari pengawasan
Allah SWT. Semuanya akan mendapatkan balasan dari Allah SWT meskipun hanya
seberat biji sawi. Allah SWT berfirman : “(Luqman berkata) : “hai anakku,
sesungguhnya jika ada(sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam
batu atau langit atau dalam bumi, niscaya Allah akan membalasnya. sesungguhnya
Allah maha halus lagi mengetahui.”(QS.Luqman:16)
Menanamkan
kebiasaan beramal shalih pada diri anak haruslah dilakukan sejak dini. ketika
anak mengerti bahwa Allah SWT akan membalas semua jerih payahnya, maka ia akan
selalu berusaha untuk mengamalkan kebaikan. Ia akan senantiasa meningkatkan
amalnya dan selalu taat kepada perintah-Nya serta selalu berbakti kepada kedua
orang tuanya.
4. Pendidikan ibadah kepada Allah SWT.
Setelah
menanamkan aqidah, Luqman mengajarkan kepada anaknya untuk mengerjakan apa yang
telah di perinhkan oleh Allah SWT. Luqman menyuruh anaknya mendirikan sholat
dan berdakwah. Allah SWT berfirman : “Hai anakku, dirikanlah sholat dan
suruhlah(manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang
mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu.sesungguhnya yang demikian itu
termasuk hal-hal yang di wajibkan(oleh Allah)”.(QS.Luqman: 17)
Dari Abdullah
bin Amru bin Al-Ash RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “perintahkanlah
anak-anak kalian untuk sholat ketika mereka berumur tujuh tahun dan pukullah
mereka karena meninggalkan shalat ketika berumur sepuluh tahun,serta
pisahkanlah antara mereka (anak laki dan perempuan) di tempat tidur mereka.”[6]
Nabi
yang paling mulia serta Rasul
yang paling agung mewasiatkan umatnya dan memerintahkan para orang tua untuk
mendidik anak-anaknya di atas prinsip-prinsip dan nilai-nilai islam. Rasulullah SAW mewasiatkan
kepada para bapak agar memerintahkan anak-anaknya untuk mengerjakan shalat.
Karena, shalat merupakan penghubung anatara seorang hamba dan Rabb-nya.
Kalau
anak-anak telah belajar mengerjakan shalat, saat itu pula mereka tengah belajar
kebersihan ,baik yang berbentuk inderawi maupun maknawi.[7]
Kalau anak-anak belajar mengerjakan shalat , saat itu pula mereka sedang
belajar mengenai akhlaq dan tata tertib. Karenanya, kita akan mendapati jika
seoarang anak mengerjakan shalat, setiap kali ia masuk ke dalam salah satu rumah-rumah
Allah SWT, ia pun akan berakhlaq dan bertingkah laku yang baik. Demikianlah
sebagian manfaat yang dapat di ambil seorang anak ketika tekun dalam
mengerjakan shalat.
Salah satu hal yang paling urgen yang
harus dilakukan para bapak ialah menanamkan keimanan kepada sang pencipta yang
maha agung ke dalam jiwanya. Para bapak di tuntut mengerjakan hal tersebut.
Sebab Allah SWT berfirman: “ hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu ...”(QS. At-Tahrim: 6) selain itu Rasulullah SAW juga bersabda: “setiap
dari kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas yang di pimpinny.
Seorang imam( penguasa) adalah pemimpin dan ia bertanggung jawab atas
kepemimpinannya, kaum laki-laki adalah pemimpin di ddalam rumahnya dan
bertanggung jawab atas apa yang di pimpinnya. Kaum wanita di dalam rumah
suaminya adalah pemimpin serta bertanggung jawab atas apa yang di pimpinnya.[8]
Memberi hukuman bukan berarti tidak bermanfaat
sama sekali. Atau memberi hadiah selalu berhasil mengatasi anak yang rewel.
Rasulullah SAW memerintahkan agar para orang tua
memukul anaknya yang meninggalkan shalat ketika berumur sepuluh tahun. Hal itu
menunjukkan , para bapak boleh menggunakan hukuman kekerasan serta pukulan kalau hal itu diperlukan. Namun,
mereka hendaknya tidak memukul dengan
pukulan yang melukai (menyakitkan), tetapi menghukumnya dengan hukuman yang sesuai dengan posisi anak. Tentunya seorang bapak lebih tau tentang karakter anaknya, serta
mengetahui apa saja yang bisa digunakan sebagai nasihat dan apa saja yang harus
ditinggalkan.
Setelah itu
Rasulullah SAW memerintahkan untuk memisahkan antara mereka ( anak laki dan
perempuan) di tempat tidur mereka karena nabi yang agung serta rasul yang mulia
adalah orang yang mengetahui sebuah penyakit dan bisa memberikan obatnya serta
tidak berkata menurut hawa nafsunya, maka beliau mengetahui bahwa berkumpulnya
anak-anak kecil ketika tidur dalam satu
tempat tidur, terkadang bisa menimbulkan mafsadah (kerusakan) dan
marabahaya. Sehingga, beliau
memerintahkan kepada para orang tua agar memisahkan antara mereka dalam hal tempat tidur mereka.
5. Pendidikan tentang akhlaq
Luqman mendidik anaknya
bagaimana cara berinteraksi pada manusia dengan baik, yaitu dengan mengajarkan
sikap tawadhu’ agar ia tidak sombong. Allah SWT berfirman: “dan janganlah
kamu memalinglan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan
di muka bumi dengan angkuh.sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan
lunakkanlah suaramu.sesungguhnya seburuk-buruknya suara adalah suara keledai”.(QS,
Luqman: 18-19)
Ibnu Hatim
meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Musa Al-Asy’ari bahwa Rasulullah SAW
Bersabda: “ Luqman al-hakim berkata kepada anaknya seraya menasehatinya,’
wahai anakku janganlah kamu menutup muka dengan topeng (untuk penyamaran)
karena hal itu dapat menakut-nakuti manusia di malam hari dan menjelekkan diri
sendiri di siang hari.[9]
Sikap
tawadhu’ terhadap sesama manusia merupakan sifat mulia yang lahir dari
kesadaran akan kemahakuasaan Allah SWT
atas segala hamba-Nya. Manusia
adalah makhluk lemah yang tidak berarti apa-apa di hadapan Allah SWT. Orang
yang tawadhu’ menyadari bahwa apa saja yang dia miliki , baik bentuk rupa yang
cantik atau rupa yang tampan, ilmu pengetahuan, harta kekayaan, maupun pangkat
dan kedudukan, dan lain-lain sebagainya, semuanya itu adalah karunia dari Allah
SWT.
Sikap tawadhu’ tidak akan membuat derajat
seseorang menjadi rendah, malah dia akan dihormati dan disegani. Masyarakat
akan senang dan tidak ragu bergaul dengannya. Bahkan lebih dari itu derajatnya
di hadapan Allah SWT semakin tinggi. Rasulullah SAW bersabda: “Tawadhu’, tidak ada yang bertambah
bagi seorang hamba kecuali ketinggian derajat. Oleh sebab itu tawadhu’lah kamu,
niscaya Allah akan meninggikan derajatmu...(HR.Dailami)
Kesimpulan
Ada lima hal
penting yang disampaikan luqman kepada anaknya, yaitu:
- Larangan mempersekutukan Allah SWT.
- Perintah untuk berbuat baik kepada kedua orang tua.
- Menanamkan cinta akan amal sholih.
- Mengenalkan pada anak untuk menjalankan kewajiban kepada Allah SWT.
- Perintah untuk bersikap tawadlu’ dan larangan untuk menyombongkan diri.
Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kisah luqman tersebut, terutama
soal keteladanan bapak dalam mendidik anak. Luqman menanamkan tauhid dan
keimanan kepada Allah SWT. Luqman mengajarkan bagaimana cara berhubungan yang
baik kepada keluarga dan masyarakat,
yang di sini luqman langsung memberikan keteladanan terhadap anaknya.
Hendaknya kita ketahui bahwasanya anak-anak meniru apa yang kita lakukan,
maka seyogyanya kita menjauhi kesalahan-kesalahan karena takut kepada Allah SWT yang akan
mengadzab kita atas dosa-dosa kita dengan adanya anak-anak yang durhaka. Maka
benarlah yang telah mengatakan:
Suatu hari,seekor
merak berjalan dengan angkuh,lalu anak-anaknya menirunya, Dia bertanya mengapa
kalian melakukan hal ini? Mereka menjawab kamu telah memulai dan kami hanya menirumu. Maka seorang anak akan tumbuh
dengan apa yang telah dibiasakan ayahnya.[10]
Urgensi keteladanan disebutkan
dalam hadits nabi.” Barang siapa yang memeberikan contoh baik, maka
baginya pahala atas perbuatan baiknya dan pahala orang yang mengikuti hingga
hari kiamat, yang demikian itu tidak menghalangi pahala orang-orang yang
mengikutinya sedikitpun. Dan barang siapa yang memberi contoh buruk, maka
baginya dosa atas perbutan nya dan orang yang mengikutinya hingga hari kiamat.
Yang demikian itu tanpa di kurangi sedikit pun dosa irang-orang yang
nmengikutinya .(HR.Muslim)
Dalam waktu sekarang ini, metode Luqman Al- hakim dalam mendidik anaknya
perlu disosialisasikan dalam masyarakat, khususnya bagi orang tua. ditengah
permunculannya kasus anak-anak yang tidak dapat mendapat hak sewajarnya dalam
keluarga , banyak anak hidup di bawah ancaman dan kekerasan , karena orang tua
lari dari tanggung jawab. Disisi lain banyak perilaku negatif di masyarakat
yang bisa mendorong anak-anak menjadi jauh dari aqidah dan akhlak islam.
Sebagai contoh,Tayangan televisi yang kurang bermutu, yang cenderung banyak mempertontonkan aurat serta
maraknya aksi pornografi dan porno aksi , merupakan bagian dari penyebabnya,
Yang mengakibatkan anak-anak mengalami krisis keteladanan.
Untuk itu peran keluarga amat sangat penting dalam mengawal pendidikan
anak-anak. Dari pendidikan keluarga lah anak menemukan tata nilai norma dan
agama yang berhubungan dengan masyarakat atau pun yang berhubungan dengan Allah
SWT, sebagai mana yang di ajarkan Rasulullah SAW. Sehingga dengan demikian ,
terbentuk anak yang shalih dan shalihah
yang menjadikan keluarga sakinah
mawaddah warahmah yang senantiasa mendapatkan ridha dari Allah SWT. Insya
Allah
DAFTAR PUSTAKA
Furi,
Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarak, Tafsir Ibnu Katsir / Syaikh
Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri ; penerjemah, Abu Ihsan Al Atsari ; edit isi,
Abu Ahsan Sirojuddin ; muraja’ah, tim Pustaka Ibnu Katsir, Bogor: Pustaka Ibnu
Katsir, 2006
Itani,
Muhammad Khalil, Wasiat Rasul SAW buat Lelaki / Muhammad Khalil Itani ;
penerjemah, Ahmad Syakirin, M.A ; edit isi, Wendy Febriangga, Solo: Aqwam, 2007
Ibnu Hanbal, Abu Abdillah Ahmad, Musnad
Ahmad,Beirut; Dar Al-Kutub Al-‘ilmiah, 1993, Cet. Ke-1, jilid 2
Munawwir,
Ahmad Warson, AL MUNAWWIR KAMUS ARAB – INDONESIA, Surabaya: Pustaka progressif, 1997,
A
Partanto, Pius, Al Barry, M. Dahlan, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994
Adz-Dzahabi, imam, Dosa-Dosa Besar/ imam
adz-dzahabi ; penerjemah, abu zufar imtihan asy-syafi’I, edit isi, abu fatiah al-adnani,
solo : Pustaka Arafah, 2007
Ibnu Abdul
Muqtadir, Ibnu Fathi, Ibrahim, Wisdom of Luqman El-Hakim, Solo: Aqwam,
2008
Al- Atsari Abu Faruq, Bagaimaa Mendidik Anak?,
solo, Al-Qowam Group,2009
Ilyas,
yunahar, Kuliah Akhlaq, Yogyakarta: LPPI- UMY , 1992, Cet. Ke 10
Majalah Islam
AR-RISALAH, edisi 106, April 2010
www.republika.co.id
www.rahmanblogspot.com
[1]
Syaikh shafiyurrahman al-mubarakfuri,shahih
tafsir ibnu katsir,bogor,pustaka ibnu katsir,2008,hlm.151
[2]
Rahman blogspot.com
[3]
Abu faruq al –atsari, bagaimana mendidik
anak?, solo, al-qowam group,2009,hlm 12
[4]
Majalah islam ar-risalah,
edisi 106, april 2010
[5]
Yunahar ilyas,kuliah
akhlaq,Yogyakarta,LPPI UMY,2009,hlm 148
[6] HR. Muslim (313) dan At-Tirmidzi (51) Al-Albani
berkata,” Shahih”
[7] Muhammad khalil itani, wasiat Rasul buat
lelaki,Aqwam jembatan ilmu,solo,2007,hlm 161
[8] HR. Imam Ahmad dalam Musnad-nya (4494)
[9]
Al-Hakim (2/411)
[10]
Abu Faruq Al-Atsari, Bagaimana mendidik anak?
Solo, AL-QOWAM GROUP,2009, hlm 39
penulis Ahmad Syarif daijukan sebagai Tugas mata kuliah Akhlak tasawwuf di PUTM
Loading...
0 Response to "Metode Lukman Hakim Mendidik Anak Shaleh"
Post a Comment