BEBERAPA ISTILAH BAHASA ARAB


Definisi Jumlah Ismiyyah

الجملة الإسميَّة : الجملةُ المؤلفةُ من المبتدأ والخبر
Jumlah ismiyah adalah : jumlah yang tersusun dari dari mubtada’ dan khobar
Jumlah Ismiyyah terdiri dari:
a.       Mubtada
b.      Khobar

Definisi mubtada

المبتدأ هو: الاسم المرفوع العاري عن العوامل اللفظيةوهو قسمان: ظاهر ومضمر
Mubtada adalah isim marfu’ yang  kosong atau bebas dari ‘amil lafadz”.
Maksud kalimat di atas adalah merafa’kan mubtada’ itu bukan ‘amil lafadz, seperti fa’il atau naibul fa’il, melainkan oleh ‘amil ma’nawi, yaitu oleh ibtida atau permulaan kalimat saja.
Mubtada ini dibagi menjadi 2:
·         Mubtada isim dhahir
·       Mubtada isim dhamir
فالمضمر أنا وأخواته التي تقدمت في فصل المضمر
Mubtada isim dhamir ialah أنا dan saudara-saudaranya. Hal ini telah dikemukakan pada pasal dhamir, yaitu :
أنا , ونحن ، وأنت , وأنتِ , وأنتما , وأنتم , وأنتن , وهو , وهي , وهما , وهم , وهن

والظاهر قسمان: مبتدأ له خبر، ومبتدأ له مرفوع سد مسد الخبر
Sedangkan mubtada  isim dhahir ada 2 macam, yaitu mubtada  yang mempunyai khobar dan mubtada  yang hanya mempunyai isim yang di-rafa-kan yang menduduki tempat khobar.

Yang menduduki tempat khobar yaitu sebagai fa’il atau naibul fa’il dari mubtada itu. Karena ada lafadz tersebut,  mubtada-nya tidak membutuhkan khobar, cukup dengan isim yang menduduki tempat khobar saja, dengan syarat hendaknya fa’il yang dimaksud me-rafa’kan fa’il yang dhahir, atau me-rafa’kan dhamir munfashil.

Contoh pertama (mubtada yang mempunyai khobar) ialah :

اللَّهُ رَبُّنَا                                                   : Allah adalah Rabb kami.

Contoh yang kedua (mubtada yang tidak mempunyai khobar) ialah isim fa’il atau isim maf’ul apabila keduanya didahului oleh nafi atau istifham, seperti pada contoh berikut :
أ قائم زيد؟                                               : Apakah zaid itu berdiri?
ما قائم الزيدان؟                                         : Tiadalah kedua zaid itu orang yang berdiri?
هل مضروب العمران؟                                : Apakah kedua ‘amr itu dipukul?
ما مضروب العمران؟                                 : Tiadakah kedua ‘amr itu dipukul?

Persyaratan Mubtada

ولا يكون المبتدأ نكرةً إلا بمسوغ، والمسوغات كثيرة منها: أن يتقدم على النكرة نفي، أو استفهام نحو: ما رجل قائم، وهل رجل جالس؟ { أَإِلَهٌ مَّعَ اللَّهِ } (60) سورة النمل؛ ومنها أن تكون موصوفة نحو: { وَلَعَبْدٌ مُّؤْمِنٌ خَيْرٌ مِّن مُّشْرِكٍ } (221) سورة البقرة؛ ومنها أن تكون مضافة نحو: "خمسُ صلواتٍ كتبهن الله"؛ ومنها أن يكون الخبر ظرفاً أو جارا ومجروراً مقدمين على النكرة نحو: عندك رجل، وفي الدار امرأة، ونحو: { وَلَدَيْنَا مَزِيدٌ} (35) سورة ق؛{ عَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ } (7) سورة البقرة؛ وقد يكون المبتدأ مصدراً مؤولا من أن والفعل نحو: { وَأَن تَصُومُواْ خَيْرٌ لَّكُمْ } (184) سورة البقرة؛ أي: صوموا خير لكم.


Mubtada tidak boleh berbentuk isim nakiroh, namun ada sesuatu yang membolehkan kalau mubtada itu isim nakiroh. Di antaranya adalah :
Hendaknya mubtada nakiroh itu didahului oleh nafi atau istifham.

Contoh:
ما رجل قائم                                             : tiada seorang laki-laki yang berdiri.
هل رجل جالس؟                                       : apakah ada seorang laki-laki yang duduk?

Hendaknya mubtada nakiroh itu disifati, seperti pada contoh :
وَلَعَبْدٌ مُّؤْمِنٌ خَيْرٌ                                        : sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik (Al-Baqarah : 221)
Hendaknya mubtada nakiroh di-mudhof-kan, seperti ada contoh :
خمسُ صلواتٍ كتبهن الله                              : sholat lima waktu telah di fardhukan oleh Allah.



Hendaknya khobar mendahului mubtada yang nakiroh, seperti pada contoh :
عندك رجل                                              : disisimu ada seorang laki-laki.
Terkadang mubtada itu berupa masdar yang ditakwilkan dari lafadz an dan fi’il, seperti yang terdapat pada firman Allah :
وَأَن تَصُومُواْ خَيْرٌ لَّكُمْ          “ dan berpuasa lebih baik bagi kalian “. (Al- Baqarah : 184)

Bentuk takwilnya sama dengan :
صوموا خير لكم                “ puasa kalian lebih baik bagi kalian “.


Definisi Khobar

والخبر هو الجزء الذي يتمم به الفائدة مع مبتدأ وهو قسمان: مفرد وغير مفرد
Khobar adalah bagian yang melengkapi faedah (kalam) beserta mubtada (menyempurnakan mubtada). Khobar ada 2 macam, yaitu khobar mufrod dan khobar ghoiru mufrod.
Khobar mufrod.
Yang dimaksud dengan khobar mufrod ialah khobar yang bukan kalimat jumlah dan bukan pula serupa dengan jumlah (syibhul jumlah).
Kalimat jumlah terdiri atas mubtada dan khobar, atau terdiri atas fi’il da fa’il. Serupa dengan jumlah, yaitu dhorof atau jar dan majrur. Contoh :
زيد قائم                                       : Zaid berdiri.
الزيدان قائمان                               : kedua Zaid berdiri.
الزيدون قائمون                             : Zaid-Zaid itu semuanya berdiri.
زيد أخوك                                    : Zaid itu saudaramu.
Keterangan :
Lafadz قائمان dan قائمون , meskipun isim tatsniyah dan jama’, namun kedua lafadz tersebut di anggap mufrod, sebab bukan kalimat jumlah mubtada dan khobar atau fi’il dan fa’il.

Khobar ghoiru mufrod.
Adalah khobar yang terdiri atas jumlah mubtada dan khobar, atau terdiri atas fi’il dan fa’il sebagaimana penjelasan berikut ini.
Khobar ghoiru mufrod adakalanya berbentuk jumlah ismiyyah. Contoh :
زيد جاريته ذا هبة                          : Zaid hamba perempuannya pergi

Keterangan :
Jumlah ismiyyah adalah merupakan gabungan dari mubtada kedua berikut khobar yang menjadi khobar dari mubtada pertama.
Lafal زيد berkedudukan sebagai mubtada pertama, dan lafal جاريته berkedudukan sebagai mubtada kedua, sedangkan lafal ذا هبة merupakan khobar dari mubtada kedua.
Dan adakalanya khobar ghoiru mufrod itu berbentuk jumlah fi’liyyah atau terdiri dari fi’il dan fa’il. Contoh :
زيد قام أبوه                                  : Zaid ayahnya telah berdiri.
Keterangan :
Lafal زيد berkedudukan sebagai mubtada, dan lafal قام أبوه merupakan jumlah fi’liyyah yang menjadi khobar dari mubtada, sedangkan raabith (yang menghubungkan) antara kedua lafal tersebut ialah huruf ha dari lafal  أبوه.
Khobar syibhul jumlah (serupa dengan jmulah)
Khobar syibhul jumlah yaitu memakai Dzorof atau jar majrur. Contoh khobar yang memakai Dzorof seperti :
زيد عندك                                    :Zaid berada di sisimu.
Keterangan :
Lafal زيد berkedudukan sebagai mubtada, sedangkan lafal عندك merupakan Dzorof makan yang berkedudukan menjadi khobar dari mubtada.
Sedangkan khobar syibhul jumlah yang memakai jar majrur, contohnya seperti :
زيد في الدار                                 : Zaid berada di dalam rumah
Keterangan :
Lafal زيد          berkedudukan sebagai mubtada, sedangkan lafal في الدار merupakan jar majrur yang menjadi khobarnya.
Kedua macam khobar yang mempunyai Dzorof dan jar majrur dinamakan sibhul jumlah, sebab yang menjadi khobar sebenarnya bukan Dzorof atau jar majrur, melainkan lafal yang di dalamnya mengandung makna yang berkaitan dengan konteks, yaitu lafal كائن atau مستقر yang pembahasannya adalah sebagai berikut :
Dzorof dan jar majrur itu berkaitan bila keduanya menjadi khobar dengan lafal yang wajib dibuang. Takdirnya adalah lafal كائن atau مستقر

Ketentuan Lain Dari Khobar

Dzorof zaman tidak boleh dijadikan khobar bagi dzat (manusia) karena itu tidak boleh dikatakan :

زيد اليوم                         : Zaid pada hari ini.
Akan tetapi boleh dijadikan khobar dari makna, yakni pengertian yang tidak tetap, seperti pada contoh :
الصوم اليوم                      : Puasa itu pada hari ini

Khabar itu boleh berbilang, seperti dalam contoh :
زيد كاتب وشاعر               : Zaid penulis dan penyair

Khabar Muqaddam

وقد يتقدم على المبتدأ جوازاً و وجوباً
Terkadang khabar itu mendahului mubtada’ secara jawaz (boleh). Contoh :
في الدار زيد                     : Di dalam rumah ada zaid
Dan terkadang diwajibkan mendahulukan khabar atas mubtada’. Contohnya :
أين زيد؟                          : Dimanakah Zaid?
Keterangan :
Lafadz زيد berkedudukan sebagai mubtada’ yang diakhirkan dan lafadz في الدار merupakan khabar yang didahulukan untuk tujuan takhsis (menegaskan bahwa zaid ada dalam rumah bukan ditempat lain).
Lafadz زيد  merupakan mubtada’ yang diakhirkan letaknya, sedangkan lafadz أين menjadi khabar yang didahulukan secara wajib dan tidak boleh diakhirkan oleh karena itu, tidak boleh mengatakan  زيد أين

Membuang Mubtada
Mubtada boleh dibuang apabila ada dalil yang menunjukkan keberadaanya, contoh :
زيد كيف؟                        : bagaimana keadaan zaid? Jawabnya “sehat”, yang dimaksud ialah  هو صحيح jadi, dalam pertanyaan diatas boleh membuang mubtada’ karena keadaan si zaid sudah jelas.
Membuang Khobar
Khobar wajib dibuang dalam 4 keadaan :
Sesudah lafal  لولا . contoh :
 لَوْلَا أَنتُمْ لَكُنَّا مُؤْمِنِينَ
“ kalaulah tidak karena kalian tentulah kami menjadi orang yang beriman“ (saba : 31)

Bentuk lengkapnya adalah :
لولا أنتم موجودون لَكُنَّا مُؤْمِنِين
“ kalaulah tidak ada kalian, tentu kami menjadi orang yang beriman”
Lafal yang dibuang adalah : موجودون
Sesudah qosam (sumpah) yang shorih (jelas). Contoh :
لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ
“ demi umurmu, sesungguhnya mereka adalah.....”
Bentuk lengkapnya adalah :
لعمرك قسمي
“ demi umurmu sebagai sumpahku “

Sesudah wawu ma’iyyah. Contoh :
كل صانع وما صنع                        “ setiap yang berprofesi dengan profesinya “
Bentuk lengkapnya adalah :
مقرونان كل صانع وما صنع            “setiap yang berprofesi dengan profesinya selalu berbarengan”
Sebelum hal yang tidak patut menjadi khobar. Contoh :
َضْربي زيداً قائماً                        “ pukulanku pasti menimpa zaid apabila dia berdiri “
Bentuk lengkapnya adalah :
إذا كان قائما ضْربي زيداً قائماً           “ pukulanku pasti menimpa Zaid apabila dia berdiri”
Keterangan :
Lafal عمرك menjadi mubtada dan lafal قسمي menjadi khobar yang tidak boleh disebutkan.
Lafal كل menjadi mubtada, sedangkan lafal وما صنع di-‘athafkan kepada lafal كل , dan khobarnya dibuang.
Lafal ضْربي berkedudukan sebagai mubtada, lafal زيداً menjadi ma’mul (maf’ul) mubtada, sedangkan lafal قائما menjadi haal yang menduduki tempatnya khobar. Khobarnya wajib dibuang. Yang menjadi patokan dalam hal ini ialah hendaknya mubtada merupakan masdar yang dapat beramal atau lafal yang di-idhofahkan kepada masdar, sedangkan lafal sesudahnya berupa hal yang menduduki tempat khobar dan hal itu sendiri tidak patut menjadi khobar. Maka khobar wajib dibuang karena ada haal yang telah menduduki tempatnya.

Membuang Mubtada Dan Khobar

Kadang-kadang mubtada dan khobar dibuang semua secara jawaz (boleh), contoh :
سَلَامٌ قَوْمٌ مُّنكَرُونَ “ salaamun -- kalian – adalah orang- orang yang tidak dikenal “ ( Ad-Dzariyat : 25)
Bentuk lengkapnya adalah سلام عليكم أنتم قوم منكرون “ kesejahteraan dilimpahkan atas kalian. Kalian adalah orang- orang yang tidak dikenal.
Keterangan :
Lafal yang dibuang adalah عليكم أنتم . lafal عليكم menjadi khobar lafal سلام dan lafal أنتم menjadi mubtada yang khobarnya lafal قوم.


Referensi
1.      Departemen Agama republik Indonesia – Al-Qur’an dan terjemahannya
2.      Araa’ini, Syekh Syamsuddin Muhammad. 2006. Terjemahan Mutammimah Al-Ajrumiyyah, Sinar Baru Algesindo
3.      Ibnu ‘Aqil, bahauddin Abdullah. 2006, Terjemahan Alfiyyah, Sinar Baru Algasindo
4.      Al-Maktabah As-Syamilah
Loading...

0 Response to "BEBERAPA ISTILAH BAHASA ARAB"

Post a Comment