Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur kurang lebih 23 tahun. Ayat yang pertama kali turun adalah – sebagaimana diriwayatkan Ibnu Sa’ad : Pada hari senin malam ketujuh belas dari bulan Ramadhan ketika Nabi SAW berusia 41 tahun, ketika beliau di gua Hira tiba-tiba wahyu turun beserta malaikat Jibril kepada Nabi SAW, sebagaimana yang telah diceritakan oleh Imam Bukhari dari Aisyah Ummil mukminin – tentang bab bagaimana permulaan wahyu turun – tentang orang yang mendekap Nabi sebanyak tiga kali. Kemudian Jibril berkata kepada Nabi SAW , إقرأ , lalu Nabi SAW menjawab : Saya tidak bisa membaca, sampai Jibril berkata yang ketiga kalinya.
(إقرأ باسم ربك الذى خلق, خلق الإنسان من علق , إقرأ و ربك الأكرم الذى علم بالقلم ,علم الإنسان ما لم يعلم)
Ayat di atas adalah ayat yang pertama turun dari Al-Qur’an, dan ini perkataan ‘Aisyah dan jumhur. Di riwayatkan dari Jabir bin Abdullah bahwasanya ayat yang pertama kali turun adalah (يا أيها المد ثر) .pendapat yang pertama adalah yang paling benar; karena perkataan Nabi SAW : saya tidak bisa membaca- hal ini menjelaskan bahwasanya Nabi SAW belum membaca sama sekali, dan tidak pula turun wahyu.
Di riwayatkan juga dari Jabir, Nabi SAW Bersabda: saya mengangkat kepalaku, maka aku mendapati ada malaikat yang mendatangiku di gua hira, kemudian aku kembali pada keluargaku, aku mengatakan: selimutilah aku, selimutilah aku, kemudian Allah SWT menurunkan ayat ((يا أيها المد ثر, dan ini menjadi jelas bahwa turunnya surat Al- Mudatsir itu setelah – اقرأ.
Oleh karena itu para ulama’ menta’wil hadits yang telah di riwayatkan dari Jabir dengan beberapa ta’wilan, yang semuanya sesuai dalam pengkompromian antara perkataan Jabir dan jumhur.
· Maksud dari pada surat Al- Mudatsir adalah surat yang pertama kali turun setelah adanya masa tenggang wahyu.
· Surat Al-Mudatsir adalah surat yang pertama kali di turunkan secara keseluruhan dari Al- Qur’an.
· Surat Al-Mudatsir adalah surat yang pertama kali di turunkan khusus mengenai Risalah kenabian , karena di dalam surat tersebut terdapat ayat ( قم فأنذ ر)
· Sedangkan firman Allah SWT – اقرأ merupakan surat yang pertama kali di turunkan secara mutlak untuk kenabian.
Ada banyak perbedaan pendapat tentang ayat yang terakhir turun, kami akan meringkasnya yang masuk dalam kategori masyhur. Ada suatu pendapat : ayat yang terakhir di turunkan adalah firman Allah SWT : اليوم أكملت لكم دينكم . As-Suda berpendapat tidak di turunkan hukum halal dan haram setelah ayat tersebut. Di dalam hadits shohih dari Al-Barra’ bin Azib sesungguhnya ayat yang terakhir turun adalah ayat tentang kalalah. Di riwayatkan oleh Imam Muslim, dari Ibnu Abbas berkata: surat yang terakhir turun adalah (إذا جاء نصر الله) Pendapat yang paling utama adalah mempertimbangkan bahwa ayat yang terakhir turun adalah ترجعون فيه إلى الله ثم توفى كل نفس ما كسبت وهم لا يظلمون) (وتقوا يوما salah satu perawi,mentakhrij dari Ibnu Abbas.sesungguhnya ayat ) ترجعون فيه إلى الله (وتقوا يوما adalah ayat yang terakhir turun , dan berdasarkan hal ini, sebagaimana yang di takhrij oleh Imam Bukhori dari Ibnu Abbas juga berkata: ayat yang terakhir turun kepada Rasulullah SAW adalah ayat tentang riba, sepatutnya agar di ta’wil bahwasanya ayat tentang riba itu sebagai penutup dari surat Al-Baqarah, sehingga hal yang demikian itu sesuai dengan sebagian riwayat bahwasanya ayat ) ترجعون فيه إلى الله (وتقوا يوما ayat ini turun pada Nabi SAW setelah beliau melakukan haji wada’ sebagai isyarat pada Nabi SAW.
Di riwayatkan bahwa Nabi SAW hanya hidup sampai tujuh malam,atau tujuh hari, ada yang berpendapat beliau hidup sampai dua puluh satu hari, dan setelah yang demikian itu turunlah surat An-Nashr pada hari tasyrik, dan Nabi mengetahui bahwa yang demikian itu adalah isyarat tentang kematian. Sedangkan firman Allah SWT (اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي و رضيت لكم الإسلا م دينا). Para ulama’ sepakat bahwasanya ayat tersebut di turunkan pada hari Arafah dari haji wada’ sebelum turunnya surat An-Nashr dan ayat yang terdapat di dalam surat Al-Baqarah, maka tidak benar kalau ada yang berpendapat bahwa ayat di atas di turunkan secara mutlak ; maksudnya adalah ayat itu terakhir turun sebagai penjelasan kesempurnaan agama, dan hukum, maka hukum halal dan haram tidak di turunkan setelahnya, sebagaimana yang di katakan As suda, sehingga tidak menutup kemungkinan setelah di turunkannya ayat di atas turun ayat tentang nasihat dan petunjuk, sebagaimana yang terdapat di dalam surat An-Nashr dan ayat yang terdapat di dalam surat Al-Baqarah, sedangkan ayat tentang kalalah adalah ayat yang terakhir di turunkan, dan turunnya sebelum ayat yang ada di dalam surat Al-Maidah, sehingga ayat kalalah tadi merupakan ayat yang terakhir turun yang di dalamnya terkandung ayat-ayat hukum. Dan ini tidak bertentangan dengan apa yang telah kami katakan, sebagaimanana yang sudah nampak jelas.
Dahulu Al-Qur’an diturunkan dalam tujuh huruf, hal itu di tunjukkan oleh sabda Nabi SAW :“ Al-Qur’an di turunkan atas tujuh huruf”. Dalam hal ini banyak perbedaan di kalangan ulama’ tentang maksud huruf-huruf tersebut, ada yang berpendapat bahwa huruf-huruf tersebut mempunyai tujuh makna yang terkandung dibeberapa ayat Al-Qur’an. Menurut pendapat mereka tujuh huruf yang diulang-ulang adalah – Al-Amr, An-Nahi, Al-Wa’d, Al-Wa’id, Al-Ibahah, Al-Irsyad dan Al-I’tibar.
Dan ada yang berpendapat tujuh macam cara baca penyampaian yaitu idgham, idzhar,tafkhim,tarqiq, imalah, isyba’, mad, qosr, tasydid, takhfif, talmin, tahqiq,dll.
Pendapat yang paling mendekati kebenaran adalah bahwasanya dia itu tujuh bahasa- bahasa dan dialeg-dialeg arab yang paling termashur dan paling enak di dengar, yaitu bahasa Quraisy, Hudzail, Tamim, Azd, Rabi’ah, Hauzan, dan Sa’ad bin Bakr. Al-Baihaqi telah mensahihkan pendapat ini, begitu pula Ibnu Athiyah memilih pendapat ini, dan dari kalangan ahli hahasa seperti Tsa’lab, Abu Ubaid, dan Al-Azhar. Maksud setiap kalimat dari Al-Qur’an tidak di baca dengan bahasa-bahasa ini semuanya, tetapi makna turunnya ayat ayat Al-Qur’an itu tidak keluar dari bahasa-bahasa tersebut. kalimat tersebut ada kalanya dengan bahasa Quraisy -dan kebanyakan memang seperti itu- dan adakalanya dengan bahasa Qabilah lain, karena bahasa-bahasa tersebut paling enak di dengar dan lebih fasih menurut suku Quraisy.
Jika ada yg bertanya; bagaimana hal ini dibenarkan sedangkan dalam shahih bukhari disebutkan bahwa Utsman bin Affan ra mengatakan kepada Zaid bin Tsabit ra dan panitia jamul Quran lainnya "jika kalian berselisih saat penulisan Al-Qur’an, maka tulislah dengan bahasa (logat) Quraisy, karena Al-Qur’an turun dengan bahasa mereka"?
Kita dapat menjawabnya dari dua sisi :
1. Maksudnya adalah mayoritas ayat Al-Qur’an turun dengan bahasa Quraisy.
2. Awalnya Al-Qur’an turun dengan bahasa Quraisy, ada suatu riwayat yang menerangkan bahwa Jibril as. membacakan Al-Qur’an kepada Nabi SAW. di setiap pertemuan (tahun, dll) dengan satu bahasa, sampai tujuh. Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. bahwa Rasulullah SAW. mengatakan: Jibril as. membacakan kepadaku dengan satu huruf, maka aku meminta tambah. Aku memintanya berulang-ulang, hingga sampai tujuh huruf.
Hal ini tidak dapat dibantah dengan fakta bahwa beberapa kata dalam Al-Qur’an dibaca dengan lebih dari tujuh cara, karena hal itu kembali kepada perbedaan cara baca, seperti mad (membaca dengan panjang 2 harakat), imalah (membaca fathah dicampur dengan kasrah, seperti طه dan والضحى), dan lain sebagainya
.
.
Imam As Suyuti membantah pendapat ini dengan suatu riwayat bahwa Umar bin Khattab dan Hisyam bin Hakim pernah berselisih dalam satu qiraah sedangkan mereka berdua dari kabilah Quraisy, hal ini menunjukkan bahwa maksud dari ahruf dalam hadis bukan bahasa. Jawabannya adalah: Al-Qur’an turun dengan tujuh bahasa bukan berarti bahwa Nabi SAW. menyampaikan kepada satu kabilah dengan satu huruf yang sesuai dengan bahasa mereka. Terkadang berkumpul banyak kabilah dalam suatu majlis, maka Nabi SAW. membacakan kepada mereka salah satu huruf, kemudian dihafalkan oleh mereka. Jadi, tidak mesti satu kabilah berkumpul untuk menghafalkan Al-Qur’an dalam satu huruf. Oleh karenanya, bisa jadi Umar ra mendengar satu huruf yang belum didengar oleh Hisyam, karena Hisyam mendengar huruf yang lain di kesempatan lain. Maka kesamaan kabilah mereka tidak dapat menafikan hal itu.
Loading...
0 Response to "AYAT PERTAMA DAN TERAKHIR DALAM AL-QUR'AN"
Post a Comment