Dari ketiga metode tahlîl yang telah dipelajari, lafazh Al-Itsm dapat
dipahami, sejauh data yang bisa ditemukan, dengan menggabungkan semua metode.
Berikut pemaparan ringkasnya:[1]
1. Menjelaskan
makna asal lafazh yang gharîb secara lughawi.
Dalam
mengemukakan makna asal lafazh al-itsm, selain merujuk pada karya Al-Ashfahani,
diperlukan juga rujukan dari kamus bahasa arab, yang dalam hal ini merujuk pada
kamus Lisan al-‘Arab. Al-Itsm (bentuk jama’nya adalah آثام),
Atsam dan Atsâm adalah isim masdar dari kata kerja atsima-ya’tsamu, yang
berarti perbuatan yang mengakhirkan atau menjauhkan dari pahala. Maknanya yang
mengandung arti البطء dapat diketahui dari salah satu syair Arab,
berbunyi:
جمالية تغتلى بالروادف * إذا كذب
الآثمات الهجيرا
Firman
Allah Q.S. Al-Baqarah: 219 juga senada dengan syair di atas.
قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ
Maka,
dari keduanya dapat dipahami bahwa الإثم bermakna menjauhkan
dari kebaikan (إبطاء عن خيرات ).
الكذب juga dinamai dengan الإثم ,
karena didapati suatu hal dalam lafazh الكذب yang masih termasuk
ke dalam makna lafazh الإثم, seperti lafazh الإنسان yang juga dapat
disebut sebagai حيوان , karena ada beberapa sifat manusia yang serupa
dengan hewan.
Salah
satu derivasi lafazh أثم adalah تأثّم - يتأثّم yang
berarti menjauhi dosa/ kesalahan, seperti lafazh تحوّب yang
berarti menjauhi atau memperkecil perbuatan dosa.
2. Menyebutkan
makna kiasan lafazh yang gharîb.
الإِثْمِ yang bermakna dosa. Seperti
dalam firman Allah Q.S. Al-Baqarah: 206 (... أَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ بِالإِثْمِ ...), maksudnya
kesombongannya bangkit dan menyebabkannya berbuat dosa.
الآثم yang berarti orang yang
berdosa. Hal ini terungkap dalam firman Allah Q.S. Al-Baqarah: 283 (وَمَنْ يَكْتُمْهَا فَإِنَّهُ آَثِمٌ قَلْبُهُ ). Lafazh الإثم pada ayat ini
diperbandingkan dengan lafazh البر , sebagaimana yang dikatakan oleh
Rasulullah: “Al-Birr adalah suatu hal yang menentramkan jiwa,
sedang al-itsm adalah suatu hal yang menekan atau mengekang
jiwa.”
Firman
Allah dalam Q.S. AL-Muthaffifin: 12 (وَمَا يُكَذِّبُ بِهِ إِلَّا كُلُّ مُعْتَدٍ أَثِيم), yang dimaksud الأثيم adalah الآثم, yang berarti orang yang
berdosa atau bersalah.
3. Menyebutkan
beberapa kemungkinan makna yang mungkin akan diperlukan
Selain
diartikan sebagai dosa atau kesalahan, lafazh al-itsm juga memilki pilihan
makna lain. Firman Allah dalam Q.S. A-Furqan: 68 (ومن يفعل ذلك يلق أثاما ). أثاما dalam ayat ini bermakna
siksa ( العذاب ).[2] الأثام dikatakan dapat menjadi siksa disaat seseorang
mengerjakan dosa, mulai dosa kecil hingga dosa besar.
Daftar
Rujukan
Al-Lahmi, Mudir Bait. Fath
Al-Rahman. t.tp: Maktabah Dahlan. t.th.
Ashfahaniy, Al-Raghib Al. Al-Mufradat
fi Gharib Al-Qur’an.
Makram, Muhammad Bin. Lisan
Al-‘Arab. Beirut: Dar al-Shadir. t.th.
Munawir, Ahmad Warson Al. Kamus
Al-Munawwir. Yogyakarta: Pustaka Progresif. 2002.
[1] Seluruh
penjelasan di bawah bersumber dari kitab Al-Mufradât fî Gharîb
AL-Qur’ân karya Al-Raghib AL-Ashfahani, juz 1 hlm. 10, dalam CD-ROM
Al-Maktabah Al-Syamilah.
[2] فسماه أثاما لما كان منه، وذلك كتسمية النبات والشحم ندى لما كانا منه
Loading...
0 Response to "Lafal Al-Ism dalam Kajian Ilmu Gharib al-Qur'an"
Post a Comment