Asal Kata الوحي dan Makna Haqiqi-nya
Kata الوحي mashdar,
berasal dari وحي- يحى- وحيا yang berarti
menyampaikan pengetahuan kepada seseorang secara rahasia.[1] Kata الوحي juga bermakna
isyarat, isyarat yang cepat.[2] Makna
lain yang ditemukan seputar kata الوحي itu adalah tulisan, surat, ilham, pesan rahasia, dan segala
sesuatu yang disampaikan oleh seseorang pada selainnya [3]Al-Ajjaj
bersyair:وحى لها القرار فاستقرت[4] أي كتب لها القرار . Al-Asadi
berkata: وحيت لك بخبر كذا أي أشرت و صوت به رويدا[5]
Dalam tradisi arab,[6] أوحى ووحى memiliki makna yang sama dengan أومى وومى .[7] Dari makna-makna di atas, dapat dikatakan الوحيadalah penyampaian sesuatu baik itu segenap pengetahuan, larangan, ataupun perintah pada orang lain secara rahasia melalui cara-cara tertentu.
Derivasi Kata الوحي dan Maknanya[8]
- الوحى = الصوت/الوحاة (suara). Berkata
seorang
penyair: منعناكم كراء و جانبيه كما منع العرين وحى اللهام[9]
- الوحاء = الإسراع (terburu-buru)
- الوحا = البدار أو الإسراع (bergegas/tergesa-gesa)
- الإيحاء = البكاء (menangis). Dikatakan:
و الناءحة توحي الميت تنوح عليه[10]
- الوحي = السريع (cepat).
Dikatakan:
موت وحي[11]
- وحى – توحية = عجل (bersegera)
- توحى = أسرع . Hadis
Nabi berbunyi: إذا أردت أمرا فتدبر عاقبته
فإن كانت شرا فانته و إن كانت خيرا فتوح أي أسرع[12]
- استوحى = استصرخ أو استخبر (meminta
penjelasan/kabar)
Semua derivasi di atas memiliki hubungan makna yaitu adanya usaha
untuk menyampaikan sesuatu.
Ragam Makna الوحي dalam al-Qur’an[13]
Di dalam al-Qur’an banyak ditemukan beragam makna yang disandang
oleh lafadz الوحي ini.
Berikut ragam makna الوحي dan isytiqaq-nya
dalam al-Qur’an.
- Ucapan
tanpa suara, dengan isyarat tubuh atau tulisan, menyampaikan pesan secara
rahasia.
فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ مِنَ
الْمِحْرَابِ فَأَوْحَى إِلَيْهِمْ أَنْ سَبِّحُوا بُكْرَةً وَعَشِيًّا (11)[14]
- Isyarat,
pertimbangan, tulisan
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ
عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ
زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا [15]
- Isyarat
berupa bisikan kebimbangan
وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ
إِلَى أَوْلِيَائِهِمْ لِيُجَادِلُوكُمْ [16]
- Perkataan
Ilahi yang disampaikan pada para nabi dan wali-Nya juga disebut الوحي.
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ
يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ
رَسُولًا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ [17]
Dalam pengertian ini, dibedakan makna الوحي dari segi metode
penyampaiannya.
a. Rasul menerima secara
langsung dari Jibril, melihat dzatnya dan mendengar suaranya. Terjadi ketika
Jibril menyampaikan wahyu dengan mengambil bentuk tertentu.
أَوْ يُرْسِلَ رَسُولًا فَيُوحِيَ
b. Hanya mendengar suara,
seperti yang dialami Nabi Musa,
أَوْ مِنْ وَرَاءِ
حِجَاب
c. Menyelusup dalam hati
dalam bentuk getaran atau bisikan.
d. Berbentuk ilham[18]
وَأَوْحَيْنَا إِلَى أُمِّ مُوسَى أَنْ أَرْضِعِيه [19]
e. Melalui sindiran
وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ [20]
f. Melalui mimpi. Nabi
SAW bersabda:
انقطع الوحي وبقيت المبشرات رؤيا
المؤمن فالإلهام و التسخير و المنام [21]
- Kata الوحي dimaknai secara umum
sebagai suatu pengetahuan akan keesaan Allah sehingga wajib untuk
menyembah-Nya.
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ
رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
(25)[22]
Yang dimaksud al-wahy di atas bukan terbatas pada wahyu yang
dikhususkan kepada Rasul Ulul ‘Azmi saja tetapi wahyu berbentuk pengetahuan itu
dapat diketahui oleh siapapun dengan perantara akal dan ilham. Kemudian apabila
dilihat lebih jauh, ada beberapa wahyu (baca: pengetahuan) yang disampaikan
melalui perantara nabi, semisal:
a. Melalui Isa,
disampaikan pada al-Hawariyyun. وَإِذْ أَوْحَيْتُ إِلَى الْحَوَارِيِّينَ أَنْ آَمِنُوا بِي وَبِرَسُولِي[23]
b. Dengan perantara para nabi,
disampaikan pada umat-umatnya. وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ
فِعْلَ الْخَيْرَاتِ[24]
c. Disampaikan melalui
perantara Jibril pada Musa, dan melalui perantara Jibril dan Musa diteruskan
pada Harun.
وَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى وَأَخِيهِ أَنْ تَبَوَّآَ لِقَوْمِكُمَا بِمِصْرَ
بُيُوتًا[25]
d. Disampaikan pada para
Malaikat melalui papan dan pena إِذْ يُوحِي رَبُّكَ
إِلَى الْمَلَائِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ[26]
Kadangkala dalam ayat, siapa yang mendapat wahyu atau apa isi
wahyunya itu dihapus (mahdzuf), dapat diketahui hanya dengan melihat
konteks ayat seperti berikut:
فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ فِي
يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ
الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا [27]
Dalam ayat di atas, siapa yang diberikan wahyu tidak disebutkan
secara eksplisit, tapi dari konteks dapat diketahui bahwa wahyu ditujukan pada
para malaikat karena merekalah penduduk langit.[28]
Ungkapan Majaz dengan kata الوحي
Dalam tradisi Arab, sebagaimana yang disebutkan Abu Zaid, terkenal
ungkapan وحي في حجر (tanda
di batu). Ungkapan ini ditujukan bagi orang yang menyembunyikan rahasianya.
Mengapa batu? Batu itu benda mati, tidak akan memberitahukan apapun pada
seseorang. Sebegitu kuatnya batu itu, tanda itu juga akan terjaga sebagaimana
kuatnya seseorang menyembunyikan rahasianya.[29]
Kesimpulan
Dari pembacaan penulis, ada beberapa kesimpulan yang perlu dicatat
mengenai lafadz gharib الوحي ini,
yaitu:
- Penggunaannya
dalam al-Qur’an selalu berbentuk al-tsulatsi mazid, terkhusus bentuk fi’il
al-madhi dan fi’il mudhari’( أوحى- يوحي ). Adapun mashdarnya
berbentuk al-tsulatsi mujarrad ( وحيا )
- Dari
keseluruhan makna yang ada, ada satu benang merah yang mengikat semuanya yaitu
penyampaian suatu pengetahuan, baik perintah, larangan, atau apapun secara
rahasia melalui cara-cara tertentu.
[1] Abu
al-Husain Ahmad, Maqayis al-Lughah(CD Rom al-Maktabah al-Syamilah),
juz 6, hlm. 70.
[2] Maqayis
al-Lughah, hlm. 70. Lihat juga: Al-Raghib al-Asfahani, al-Mufradat
fi Gharib al-Qur’an(CD Rom al-Maktabah al-Syamilah), juz 1, hlm. 515.
[3] Muhammad
ibn Mukram ibn Mandzur, Lisan al-Arab(CD Rom al-Maktabah
al-Syamilah), juz 15, hlm. 379.
[4] Allah
mewahyukan pada bumi bahwa telah ditetapkan suatu ketetapan baginya sehingga
dia tidak boleh berputar sekehendaknya. Mewahyukan di sana artinya menulis.
[5] Kusampaikan
kepadamu berita ini, maksudnya ku memberitahumu suatu berita dengan
bersuara pelan.
[6] Beda
antara keduanya adalah وحى itu
menjadikan posisinya sebagai sifat sebagaimana kata مسفرة (bersinar), sementara أوحى mengandung dalamnya
makna sifat. Lihat: al-Furuq al-Lughawiyah (CD Rom al-Maktabah
al-Syamilah), juz 1, hlm. 570
[7] Lisan
al-Arab, juz 15, hlm. 379.
[8] Lisan
al-Arab, juz 15, hlm. 379.
[9] Kami
melarang kalian menyewa di kedua sisinya seperti sebuah suara yang
memperingatkan akan adanya bahaya.
[10] Dan
seseorang itu sedang menangisi mayit dan meratapinya.
[11] Kematian
yang cepat.
[12] ِApabila kamu ingin
melakukan sesuatu pikirkanlah akibatnya, jika buruk maka hentikanlah dan jika
akibatnya baik bersegeralah.
[13] al-Mufradat
fi Gharib al-Qur’an(CD Rom al-Maktabah al-Syamilah), juz 1, hlm. 515.
[14] Q.
S. Maryam: 11. (Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi
isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.)
[15] Q.
S. Al-An’am: 112. (Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu
musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin,
sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan
yang indah-indah untuk menipu (manusia).)
[16] Q.
S. Al-An’am: 121. (Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada
kawan-kawannya agar mereka membantah kamu.)
[17] Q.
S. Asy-Syura: 51. (Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah
berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir
atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan
seizin-Nya apa yang Dia kehendaki.)
[18] Ilham
itu berasal dari Allah ta’ala langsung tanpa perantara malaikat. Wahyu
dikhususkan pada Rasul sedangkan ilham khusus buat para wali. Lihat; al-Furuq
al-Lughawiyah (CD Rom al-Maktabah al-Syamilah), juz 1, hlm. 69.
[19] Q.
S. Al-Qashshas: 7. (Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia)
[20] َQ. S. An-Nahl: 68 (Dan
Tuhanmu mewahyukan kepada lebah)
[21] Artinya:
“ Wahyu telah terputus, yang tertinggal hanya mimpi orang mukmin baik itu
berbentuk ilham, sindiran, ataupun mimpi.
[22] Q.
S. Al-Anbiya: 25. (Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu
melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak)
melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”.)
[23] Q.
S. Al-Maidah: 111. (Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa
yang setia: "Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku.")
[24] Q.
S. Al-Anbiya: 73. (dan telah Kami wahyukan kepada mereka untuk
mengerjakan kebajikan)
[25] Q.
S. Yunus: 87. (Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya: "Ambillah
olehmu berdua beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu.)
[26] Q.
S. Al-Anfal: 12. ((Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para
malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama kamu)
[27] Q.
S. Fushshilat: 12 (Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia
mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat
dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan
sebaik-baiknya.)
[28] al-Mufradat
fi Gharib al-Qur’an(CD Rom al-Maktabah al-Syamilah), juz 1, hlm. 515.
[29] Lisan
al-Arab, juz 15, hlm. 379.
Loading...
0 Response to "Artikel Gharib Al-Quran al-Wahyu"
Post a Comment