Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual

  1. PENDAHULUAN
              Bagi kita yang aktif dalam pendidikan, khususnya pembelajaran di kelas, banyak sekali pertanyaan yang hingga saat ini belum terjawab. Pertanyaan- pertanyaan tersebut berkisar pada permasalahan pembelajaran, antara lain apa cara terbaik untuk menyampaikan dan membelajarkan banyak konsep di kelas sehingga semua murid dapat tetap mengingat informasi yang didapatnya  dan menggunakannya? Bagaimana kegiatan masing- masing  belajar dapat difahami  sebagai bagian- bagian yang terkait dan membangun satu sama lain?

          Pertanyaan –pertanyaan tersebut cukup beralasan karena berbagai fakta dilapangan menunjukan fenomenayang cukup memprihatinkan. Pertama, kebanyakan murid disekolah tidak dapat membuat hubungan antara apa yang mereka pelajari dan bagaimana pengetahuan  akan diaplikasikan. Kedua, murid –murid menghadapi kesulitan memahami konsep akademi( seperti konsep matematika) saat mereka diajari dengan metode tradisional, padahal mereka sangat perlu untuk memahami konsep-konsep saat mereka berhubungan dengan dunia kerja dimana mereka akan hidup. Ketiga, Murid telah diharapkan untuk membuat sendiri hubungan-hubungan tersebut, diluar kegiatan kelas.

           Bukti empiris tersebut diperkuat dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukan permasalahan dalam pembelajaran dikelas. Pertama, kebanyakan murid lebih tertarik dan prestasi mereka dalam matematika, sains, dan bahasa meningkatkan secara dramatis ketika dibantu untuk membuat hubungan diantara informasi baru (knowledge) dan pengetahuan serta pengalaman yang telah dimiliki. Kedua, kebanyakan murid belajar secara efisien ketika mereka diperbolehkan untuk bekerja secara kooperatif dengan murid lain didalam sebuah kelompok.

        Menurut teori pembelajaran kontekstual, bahwa belajar hanya terjadi ketika murid memproses informasi atau pengetahuan tersebut dipahami mereka dalam kerangka acuan (memori, pengalaman, dan respon) mereka sendiri.

          Berangkat dari landasan tersebut, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, bahwa KTSP memberikan sinyal dalam implementasinya, penggunaan strategi dengan menekankan pada aspek kinerja siswa contextual teaching and learning. Jadi dalam hal ini, fungsi dan peranan guru hanya sebagai mediator, siswa lebih proaktif untukmerumuskan sendiri tentang fenomena yang berkaitan dengan fokus kajian secara kontekstual bukan tekstual.

  1. HAKIKAT PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN KONTEKTUAL
1.       Istilah dan pengertian
               Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotifasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja (US. Departement of education the national school to work office yang dikutip oleh Blanchard, 2001).

                Pembelajaran kontekstual bukan merupakan suatu konsep baru. Penerapan belajar kontekstual di kelas-kelas Amerika pertama-tama diusulkan oleh John Dewey. Pada tahun 1916, Dewey mengusulkan suatu kurikulum dan metodologi pengajaran yang dikaitkan dengan minat dan pengalaman siswa.

                Perkembangan pemahaman yang diperoleh selama mengadakan telaah pustaka,menjadi semakin jelas bahwa CTL merupakan suatu perpaduan dari banyak praktik yang baik dan beberapa pendekatan reformasi pendidikan yang dimaksudkan untuk memperkaya relevansi dan penggunaan fungsional pendidikan untuk semua siswa.

                Pengajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkan siswa-siswa TK sampai dengan SMU untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengatahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan (University of Washington, 2001)

                Pembelajaran kontekstual terjadi apabaila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang  diajarkan dengan mengacu pada maslah –masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga, warga, dll.

                CTL menekankan pada berpikir tingkat lebih tinggi, transfer pengetahuan lintas disiplin ,serta pengumpulan, penganalisisan dan pensintesisan informasi dan data dari berbagai sumber dan pandangan. Disamping itu, telah diidentifikasikan enam unsur kunci CTL seperti berikut ini:

1) Pembelajaran bermakna: pemahaman, relevansi dan penghargaan pribadi siswa bahwa ia berkepentingan terhadap konten yang harus dipelajari. Pembalajaran dipersepsi sebagai relevan dengan hidup mereka.
2)     Penerapan pengetahuan: kemampuan untuk melihat bagaimana apa yang dipelajari diterapkan dalam tatanan-tatanan lain dan fungsi-fungsi padfa masa sekarang dan yang akan datang.
3)   Berpikir tingkat lebih tinggi: siswa dilatih untuk menggunakan cara berpikir yang kritis  dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu, atau memecahkan masalah.
4)    Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar: konten pengajaran berhubungan dengan suatu rentang dan beragam standar lokal, negara bagian, nasional,asosiasi, dan industri.
5)  Responsif terhadap budaya: pendidik harus memahami dan menghormati nilai-nilai keyakinan-keyakinan dan kebiasaan-kebiasaan siswa.
6)   Penilaian autentik: penggunaan berbagai macam strategi penilaian yang secara valid mencerminkan hasil belajar sesungguhnya yang diharapkan dari siswa.

Pembelajaran kontekstual  adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliknya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yaitu, konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan, dan penialaian autentik.

Pendekatan ini mengasumsikan bahwa secara natural pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan seseorang. Materi  pelajaran akan lebih berarti jika siswa mempelajari yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka, dan menemukan arti didalam proses pembelajarannya, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih berarti dan menyenangkan.

Jadi jelaslah bahwa pemanfaatan pembelajaran kontekstual akan menciptakan ruang kelad yang didalamnya siswa akan menjadi peserta aktif dan bukan hanya menjadi pengamat yang pasif, akan tetapi bertanggung jawab terhadap belajarnya.

Berdasarkan pemahaman tersebut, teori pembelajaran kontekstual berfokus pada multi aspek lingkungan belajar disekitarnya, ia mendorong para guru untuk memilih dan mendesain lingkungan belajar yang dimungkinkan untuk mengaitkan berbagai bentuk pengalaman sosial, budaya,fisika, dan psikologi dalam pencapaian hasil belajarnya. Dalam suatu lingkungan yang demikian, siswa menemukan pengalaman yang bemakna antara ide-ide abstrak dan penerapan praktis didalam konteks dunia nyata, konsep dipahami melalui proses penemuan pemberdayaan dan hubungan.  
 

              
Loading...

0 Response to "Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual"

Post a Comment