a) Manusia sebagai hamba Allah (‘abdullah)
Yaitu dengan cara mengabdi kepada Allah SWT (Q.S. 51:56).
Sebagai hamba Allah, manusia diwajibkan beribadah kepada Allah, dalam arti
selalu tunduk dan taat atas perintah-Nya guna mengesakan dan mengenal-Nya
sesuai dengan petunjuk yang telah diberikannya. Ibadah mengandung dua pengertian, yaitu pengertian khusus
dan pengertian umum. Dalam pengertian khusus, ibadah adalah melaksanakan
peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara hamba dan Tuhannya yang tata
caranya ditur secara terperinci di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, sedang ibadah
dalam arti luas adalah aktivitas yang titik tolaknya ikhlas dan ditujukan untuk
mencapai ridha Allah berupa amal saleh. Dari segi sasarannya, ibadah
dapat diklasifikasikan atas tiga macam, yaitu ibadah person, ibadah antarperson
dan ibadah sosial.
b) Manusia Sebagai Khalifatullah
Kehidupan manusia di dunia adalah sebagai wakil Allah SW#T
(Q.S. 2:30, 38:26) sebagai pengganti dan penerus person (species) yang
mendahuluinya, pewaris-pewaris dimuka bumi (Q.S. 27:62). Disamping itu manusia
adalah pemikul amanah yang semula ditawarkan pada langit, bumi dan gunung, yang
semuanya enggan menerimanya, namun dengan ketololannya manusia mau menerima
amanah itu (Q.S. 33:72). Manusia diberikan mandat dari Allah dengan maksud untuk :
1. Patuh dan tunduk sepenuhnya pada perintah Allah
SWT, serta menjauhi larangan-Nya.
2. Bertanggung jawab atas kenyataan dan kehidupan di
dunia sebagai pengemban amanah Allah.
3. Berbekal diri dengan berbagai ilmu pengetahuan,
hidayah agama, dan kitab suci.
5. Membentuk masyarakat Islam yang ideal yang disebut
dengan “ummah”, yaitu masyarakat yang sejumlah perseorangannya mempunyai
keyakinan dan tujuan yang sama, yaitu menghimpun diri secara harmonis dengan
maksud untuk bergerak maju kearah tujuan bersama.
6. Mengembangkan fitrahnya sebagai khalifatullah yang
mempunyai kehendak komitmen dengan tiga dimensi, yaitu : kesadaran, kemerdekaan
dan kreatifitas. Ketiga kehendak itu ditopang oleh ciri idealnya, yaitu
:kebenaran (pengetahuan), kebajikan (akhlak) dan keindahan (estetika).
7. Mengambil bumi dan isinya sebagai alat untuk
memperbaiki kesejahteraan masyarakat dalam semua asfek kehidupan, serta dalam
rangka mengabdi kepada Allah.
8.Menjadi penguasa untuk mengatur bumi dengan upaya
memakmurkan dan mengelola negara untuk kesejahteraan masyarakat sebagaimana
yang dijanjikan kepada seluruh masyarakat yang beriman bukan kepada seseorang
atau suatu kelompok tertentu.
9. Membentuk suasana aman, tentram dan damai dibawah
naungan ridha Allah SWT, sebagimana yang digambarkan dalam Al-Qur’an,”baldatun
Thoiyyabtun wa Rabbun Ghofur”.
10. Lebih jauh lagi, tugasmanusia sebagai khalifatullah
adalah menjadi seniman yang islami, yaitu seniman yang terciptakan dalam rangka
mengabdi karena Allah SWT.
c) Manusia sebagai warosatul anbiya’
Nabi Muhamamd SAW diutus kebumi adalah untuk mengmban misi
“rahmatan lil alamin”(Q.S. 21:107), yakni misi yang membawa dan mengajak
manusia, dan seluruh sekalian alam untuk tunduk dan taat pada syariat-syariat
dan hukum Allah SWT, untuk mencapai kesejahteraan, kedamaian, dan keselamatn
dunia akhirat
Misi itu disempurnakan dengan pembentukan pribadi yang
Islami, yaitu kepribadian yang berjiwa tauhid, kreatif, beramal saleh,
serta bermoral tinggi dengan berpijak pada trichotomi (tiga kekuatan rohani
pokok) yaitu :
1. Individualitas, yakni kemampuan diri pribadi
sebagai makhluk pribadi.
2. Sosialitas, yakni kemampuan mengembangkan diri
selaku anggota masyarakat.
3. moralitas, yakni kemampuan mengambangkan diri
selaku anggota masyarakat berdasarkan moralitas (nilai-nilai moral dan agama).
Disamping
itu, misi tersebut berpijak pada trilogi hubungan manusia, yaitu
1. Hubungan dengan Tuhan, karena manusia sebagai
makhluk ciptaan-Nya.
2. Hubungan
dengan masyarakat, karena manusia sebagai anggota masyarakat.
3. Hubungan dengan alam sekitar, karena manusia
selaku pengelola, pengatur, serta pemanfaatan kegunaan alam
Dalam melakukan misi sebagai warosatyul anbiya’, perlu bertolak pada prinsip-prinsip kerasulan,
yakni :
1. Amar ma’ruf dan nahi munkar (Q.S. 3:105,110).
2. Menyebarkan
misi Iman, Islam dan ihsan dengan
menjadikan prinsip tauhid sebagai inti pendakwaan.
3. Memenuhi kebutuhan manusia, baik kebutuhan primer
(dloruri), kebutuhan sekunder (haji),
dan kebutuhan pelengkap (tahsini).
Loading...
0 Response to "Tujuan Penciptaan Manusia"
Post a Comment