Setelah
memiliki pemahaman bagaimana pandangan Islam tentang diri manusia yang sangat
mulia dan istimewa, berikut ini menurut penulis merupakan tahapan-tahapan untuk
dapat menjadi pribadi percaya diri yang dapat membawa kepada perubahan yang
lebih baik. Tahapan-tahapan ini berdasarkan dari inti sari teori-teori yang
dikemukan oleh ahli-ahli psikologi yang dicarikan padanannya melalui ayat-ayat
al-Quran yang berbicara tentang konsep-konsep tersebut.
Jika disimpulkan dari berbagai karakteristik dan kiat meningkatkan
percaya diri dalam bab II semuanya memiliki makna yang akan penulis pilih untuk
kemudian dicari padanannya dalam konsep al-Qur'an sesuai dengan tema terebut,
yaitu:
Konsep Diri (ma'rifatunafsi)
Konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri
sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan
bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana yang kita
harapkan.[1]
Untuk meningkatkan rasa percaya diri manusia, tugas esensial yang harus
dilakukan adalah mengenal diri sendiri. Bagaimana kondisi dirinya, bentuk
fisik, sifat, hobi, kekuatan akal, dan kedudukannya. Al-Qur'an telah mendorong kepada manusia
untuk memperhatikan dirinya sendiri, keistimewaannya dari makhluk lain, proses penciptaan
dirinya, tentang hal ini Usman Najati
teleh mengklasifikasikan ayat-ayat berikut untuk dijadikan renungan tentang
siapa diri manusia.
وَفِي الْأَرْضِ ءَايَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ(20) وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلَا
تُبْصِرُونَ
Dan
di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin, (20) dan
(juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan? (QS,
adz-Dzariyat, 51: 20, 21)
Ibnu Katsir menafsirkan
bahwa yang dimaksud ayat ini adalah bahwa di dunia ini telah terdapat
tanda-tanda yang semuanya itu menunjukkan keagungan Sang Maha Pencipta dan
kekuasaannya yang sangat luas, seperti bermacam-masam tumbuh-tumbuhan,
hewan-hewan, padang-padang, gunung-gunung, gurun-gurun, dan sungai-sungai, dan
perbedaan bahasa dan ras atau warna kulit pada manusia dan apa-apa yang
terdapat dalam diri manusia yaitu akal, pemahaman, harkat, dan kebahagiaan.[2]
Adanya perbedaan dalam diri manusia inilah seharusnya
membuat setiap manusia harus memperhatikan dirinya sendiri baik itu bentuk
fisik, yang berkaitan dengan paras muka, jenis kelamin dan kejiwaan yang
meliputi kecenderungan dan kekuatan jiwanya serta berkaitan dengan intelektual
yaitu akal, pemahaman, harkat dan kesenangannya atas berbagai persoalan.
Karena perbedaan dalam diri manusia tersebut sangat
penting kiranya manusia untuk memiliki konsep diri yang jelas baik itu
berkaitan dengan fisik, kejiwaan dan kadar intelektual yang dimilikinya. Dengan
mengetahui konsep diri yang jelas setiap individu akan mengetahui secara
terfokus apa yang dapat mereka kontribusikan,[3]untuk
kemudian dapat mengoptimalkan potensi mereka yang telah dikaruniahi oleh Allah
untuk menggapai kesuksesan dunia akhirat.
أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ مَا خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ
وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى
Dan
mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak
menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan
(tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. (Ar Rum, 30: 8)
Ayat di atas memiliki makna bahwa Allah menciptakan
seluruh ciptaaanya dengan tujuan yang benar dan waktu yang telah ditentukan
yang menurut Ibnu Katsir adalah hari kiamat.[4]
Berdasarkan ini, manusia seharusnya memikirkan dan merenungkan penciptaan Allah
dalam diri mereka sendiri. Sehingga dapat
mengetahui siapa dirinya dan apa yang harus ia perbuat semasa hidupnya
karena seluruh hidup akan kembali kepada Sang Pencipta. Tentunya, berbuat
kebaikan dengan beribadah dan memfungsikan peran sebagai khalifah merupakan
satu-satunya pilihan dalam mengarungi bahtera kehidupan.
Meskipun kebaikan dan keburukan merupakan pilihan bagi
manusia itu sendiri Al-Qur'an mememerintahkan manusia melakukan observasi
dengan melakukan perjalanan untuk melihat dan menyaksikan bagaimana akibat yang
diderita oleh orang-orang yang mendustakan Rasulullah SAW. Ayat selanjutnya, QS
Ar-Rum ayat 10 menjelaskan bahwa kegagalan dalam menjalani kehidupan dan apa
yang akan diperoleh manusia baik itu kesuksesan maupun kegagalan adalah akibat
tindakan mereka sendiri.[5]
سَنُرِيهِمْ ءَايَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى
يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ
Kami
akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk
dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an itu
adalah benar (QS, Fushilat, 41: 53)
Allah SWT berfirman: "Bertaqwalah kepada Allah
menurut ukuran kemampuanmu".QS.At-Taghabun ayat 16. sebagai contoh dalam
Islam: perintah-perintahnya sangatlah banyak, ibadah mahdah, belajar,
berjihad, dan sebagainya. Tidak semua perintah dapat dikerjakan dengan
sempurna. Oleh karena itu di surga disediakan banyak pintu ibadah sholat, zakat,
haji, dan seterusnya. Dan karena kemampuan itulah setiap orang harus memilih fokus tertentu dalam
kehidupannya.[6]
Ayat-ayat di atas merupakan suatu anjuran untuk memiliki
konsep diri yang jelas berkenaan dengan pengetahuan tentang dirinya, bagaimana
hakikat diri menurut dirinya sendiri (aku diri), peran dan tuntutan yang ada
dalam masyarakat kepada dirinya (aku sosial). Dan bagaimana seharusnya aku
menjadi sesuai muncul bagaimana ia dalam keidealannya (aku ideal). Dengan
demikian menjadi penting untuk mengetahui konsep diri yang jelas agar dapat
mengetahui secara terfokus yang dapat dikontribusikan dan dapat mengetahui
sejauh mana seseorang memiliki arah atau tidak. Oleh karena itu menurut
penulis, konsep diri merupakan komponen dasar yang harus dimiliki untuk
memiliki kepercayaan diri.[7]
[1]Paul
J. Centi, Mengapa Rendah Diri, Alih Bahasa: A.M. Hardjana, (Yogyakarta:
Kanisius,1993) hal.9
[2]Lihat
Tafsir Ibnu Katsir, Q.S.Adzariyat 20-21. Sakhr Software.
[3]H.M.Anis
Matta,Model Manusia Muslim Pesona Abad ke-21, (Bandung : Asy Syamil,2002)
[4] Tafsir Ibnu Katsir,
Sakhr Software
[5] Ibid
[6] Anis Matta, Model
Manusia Muslim, Pesona Abad ke- 21, (Bandung :
Asy-Syamil,2002) hal.19
[7] Lihat.H.M.Anis Matta,
Model Manusia Muslim, Pesona Abad ke-21(Bandung :
Asyamil, 2002)hal.18-29.
Loading...
0 Response to "Artikel Percaya diri dalam Alqur'an"
Post a Comment