Keyakinan dan Tindakan (iman dan amal)

Jika iman dan amal bergabung dengan ketakwaan pengetahuan pun akan diperoleh. Pengetahuan yang mengantar manusia dekat kepada Allah bukan hanya pengetahuan teoritis. Kebahagiaan dicapai hanya manakala pengetahuan dan amal berpadu.[1]

Keyakinan saja tanpa adanya tindakan tidaklah cukup. Dale Carnegie mengungkapkan bahwa orang harus aktif, alam menghukum orang yang tidak aktif. Orang yang malas dan tidak berbuat apa-apa, menimbulkan masalah-masalah bagi dirinya sendiri. Perhatikanlah kesukaran-kesukaran dari orang-orang cukup kaya sehingga tak memerlukan bekerja lagi. Temuilah orang yang tidak berbuat apa-apa, pasti dia itu orang yang celaka tidak bahagia. Kamar-kamar tunggu dokter urat syaraf dipenuhi oleh orang-orang yang  karena tidak bekerja menciptakan kesulitan-kesulitan dan kesukaran-kesukaran bagi dirinya sendiri yang membuat mereka sakit dan putus asa.[2]

       Sangat banyak ayat al-Qur'an yang mengaitkan antara iman dan amal yang berarti tidak cukup hanya keimanan atau keyakinan tanpa adanya tindakan yang membuktikan bahwa ia benar-benar beriman. Kondisi seperti ini berlaku bagi siapa saja tanpa memandang agama, dan keyakinan orang yang memiliki keyakinan dan ia melakukan tindakan dia akan merasakan ketenangan dan tidak memiliki rasa takut juga rasa sedih.

       Diantara ayat-ayat yang mengkaitkan antara iman dan amal sebagai berikut:

إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالصَّابِئُونَ وَالنَّصَارَى مَنْ ءَامَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ(69)

Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Al-Maidah,5: 69)

Keyakinan dan Tindakan (iman dan amal)

       Al-Alusi menjelaskan bahwa kata   مَنْ ءَامَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا  jika dalam keadaan rafa' sebagai mubtada' dan khabarnya  adalah فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُون َ maka huruf fa mengandung makna bahwa mubtada' merupakan syarat, untuk mendapatkan ketenangan dan aman dan seluruh kata ganti pada akhir kalimat merujuk kepada individu-indivu yang berhubungan dengan lafadz sebelumnya. Bagi kata-kata sebelumnya yaitu individu-individu yang beriman, dan amal salih dari seluruh lafadzh yang ada[3].                

يَابَنِي ءَادَمَ إِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَقُصُّونَ عَلَيْكُمْ ءَايَاتِي فَمَنِ اتَّقَى وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ(35)

Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(Ala'raf: 35)

Dalam ayat ini kata فَمَنِ اتَّقَى وَأَصْلَحَ  juga merupakan syarat bagi tiadanya rasa takut yaitu dengan takwa dan mengadakan perbaikan.[4]


وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ فَمَنْ ءَامَنَ وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(al-An'am: 48)

       Kami mengutus para rasul kepada seluruh umat melainkan untuk memberi kabar gembira dengan: barang siapa yang taat akan mendapat pahala barang siapa yang bermaksiat akan disiksa, pada akhirnya mereka akan memperoleh surga dan neraka sesuai dengan pilihan mereka mana yang lebih besar terhadap kabar gembira (ketaatan) atau yang diperingatkan (kemaksiatan). Barang siapa yang beriman atas apa yang diwajibkan untuk diimani dan apa yang dikerjakan serta berpegang teguh dengan syariat. Fa merupakan jawab syarat dari kalimat sebelumnya. فَلَا خَوْفٌ dari azab yang disampaikan Rasul وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ dan dari kabar gembira tentang adanya ganjaran yang akan diterimanya.[5] Dari penjelasan ini, tentu saja dapat dipahami bahwa dengan adanya iman dan amal yang berkaitan dengan keyakinan dan tindakan akan menimbulkan ketenangan yaitu dalam al-Qur'an tidak takut dan tidak merasa sedih.

       David J. Schwartz, dalam karya besarnya Berpikir dan Berjiwa Besar mengatakan laksanakanlah gagasan dan anda akan mendapat ketenangan. Gunakan tindakan untuk menyembuhkan ketakutan dan mendapatkan kepercayaan diri. Menurutnya, tindakan memberi makan dan menguatkan kepercayaan; tidak adanya tindakan dalam segala bentuk menimbulkan ketakutan. Untuk memerangi ketakutan bertindaklah. Untuk meningkatkan ketakutan, tunggu, tunda dan tangguhkan.[6] Setiap orang banyak yang memiliki gagasan dan keyakinan untuk menggapai kesuksesan yang diimpikan akan tetapi kebanyakan mereka mengubur gagasan dan keyakinan itu dengan menunda karena kemalasan atau ketakutan untuk melaksanakannya. Oleh karena itu, berdasarkan ayat-ayat di atas dan didukung dengan fakta-fakta empirik, jika setiap orang telah memiliki keyakinan atas nilai atau ajaran yang harus dilakukan maka lakukanlah sekarang juga.

[1]Amatullah Amstrong, Khazanah Istilah Sufi, Kunci Memasuki Dunia Tasawuf (Mizan: Bandung, 1996) hal28.
[2] Dale Carnegie, Kunci Sukses Meraih Kewibawaan dan Kekuasaan. Alih Bahasa: Dudy Misky. (Jakarta: Delapratasa, 1994) hal. 166.
[3] Aluusi, Abu al Fadhl Syihab al Din Mahmud, Al- Ruhul ma'ani fi tafsi al Qur'an al Adhim wa al Sab'I al Matsani, (Lebanon : Daarul Fikr, 1994). hal. 296
[4] Ibid, jilid 5. hal.170.
[5] Ibid. Jilid 7. hal. 224-225.
[6] David J. Schwartz, Berpikir dan Berjiwa Besar.Alih Bahasa: F.X. Budiyanto (Jakarta: Binarupa Aksara, 1992) hal.196.


Loading...

1 Response to "Keyakinan dan Tindakan (iman dan amal)"

Post a Comment