Pendidikan menurut pengertian
Yunani adalah paedagogie yang berarti “pendidikan”, serta paedagogia yang
berarti “pergaulan dengan anak”.
Konsep pendidikan tersebut kemudian dapat dimaknai sebagai usaha yang dilakukan orang dewasa dalam
pergaulannya dengan anak-anak
untuk membimbing atau
memimpin perkembangnan jasmani dan
rohaninya ke arah kedewasaan (Arief, 2005).
Orang Romawi melihat pendidikan sebagai educare, yaitu “mengeluarkan dan menuntun”, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai Erziehung yang setara dengan educare, yakni membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan/potensi anak. Grene mendefinisikan pendidikan dengan usaha manusia untuk menyiapkan dirinya untuk suatu kehidupan bermakna. Secara singkat, dari berbagai definisi tersebut, pendidikan dapat dirumuskan sebagai tuntunan pertumbuhan manusia sejak lahir hingga tercapai kedewasaan jasmani dan rohani, dalam interaksi dengan alam dan lingkungan masyarakatnya (Iriani, 2010).
Ahmed (1990) mendefinisikan pendidikan sebagai suatu usaha yang dilakukan individu dan masyarakat untuk mentransmisikan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan dan bentuk-bentuk ideal kehidupan mereka kepada generasi muda untuk membantu mereka dalam meneruskan aktivitas kehidupan secara efektif dan berhasil.
Orang Romawi melihat pendidikan sebagai educare, yaitu “mengeluarkan dan menuntun”, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai Erziehung yang setara dengan educare, yakni membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan/potensi anak. Grene mendefinisikan pendidikan dengan usaha manusia untuk menyiapkan dirinya untuk suatu kehidupan bermakna. Secara singkat, dari berbagai definisi tersebut, pendidikan dapat dirumuskan sebagai tuntunan pertumbuhan manusia sejak lahir hingga tercapai kedewasaan jasmani dan rohani, dalam interaksi dengan alam dan lingkungan masyarakatnya (Iriani, 2010).
Ahmed (1990) mendefinisikan pendidikan sebagai suatu usaha yang dilakukan individu dan masyarakat untuk mentransmisikan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan dan bentuk-bentuk ideal kehidupan mereka kepada generasi muda untuk membantu mereka dalam meneruskan aktivitas kehidupan secara efektif dan berhasil.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong
dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan, dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan
peradaban umat manusia. Tanpa
pendidikan, maka diyakini bahwa
manusia sekarang tidak berbeda dengan generasi manusia masa lampau, yang dibandingkan dengan manusia
sekarang, telah sangat tertinggal baik
kualitas kehidupan maupun
proses-proses pemberdayaannya. Secara ekstrim dapat
dikatakan bahwa maju mundurnya atau baik
buruknya peradaban suatu masyarakat atau suatu
bangsa, akan ditentukan oleh bagaimana pendidikan
yang dijalani oleh
masyarakat bangsa tersebut (Sanaky, 2010).
Pendidikan pada hakikatnya juga dapat didefinisikan sebagai
sebuah proses mengubah perilaku individu, tentu saja dalam hal ini adalah perubahan menuju ke arah yang
lebih baik. Proses pendidikan itu sendiri, oleh Freire (2002) dimaknai sebagai
sebuah proses untuk membentuk manusia seutuhnya, atau proses memanusiakan
manusia (humanisasi). Dewey (1979) memberikan
definisi pendidikan secara
lebih luas sebagai
organisasi pengalaman hidup,
serta pembentukan kembali pengalaman hidup.
Pendidikan dapat ditinjau dari
dua segi
yaitu dari sudut pandangan masyarakat, dan dari
segi pandangan individu.
Pendidikan dari segi pandangan
masyarakat dapat dimaknai sebagai proses pewarisan kebudayaan dari generasi tua
kepada generasi muda agar kehidupan masyarakat
tetap berlanjutan. Atau
dengan kata lain,
masyarakat mempunyai nilai-nilai budaya yang ingin disalurkan dari
generasi ke generasi agar identitas masyarakat tersebut tetap
terpelihara. Pendidikan dari
sudut pandang individu dapat diartikan sebagai pengembangan
potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi (Yunadi, 2009). Setiap individu
memiliki potensi yang berbeda.
Hakikat Pendidikan dalam Islam
Sistem pendidikan Islam harus dibedakan dengan Sistem
Pendidikan Agama Islam. Banyak
kalangan yang mencampuradukkan kedua
istilah ini, seolah-olah
kedua istilah tersebut bermakna
sama. Anggapan ini
adalah sebuah kekeliruan. Berikut ini
dijelaskan beberapa definisi
pendidikan Islam dari berbagai
sumber. Langgulung (2002) merumuskan pendidikan Islam sebagai suatu
proses penyiapan generasi
muda untuk mengisi peran, memindahkan pengetahuan
dan nilai-nilai Islam yang
diselaraskan dengan fungsi
manusia untuk beramal di dunia
dan akhirat.
Qardhawi (dalam Iriani, 2010),
mengatakan pendidikan Islam adalah
pendidikan manusia seutuhnya, akal
dan hatinya, rohani dan
jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Pendidikan
Islam menyiapkan manusia
untuk hidup, baik dalam
keadaan aman maupun perang, dan
menyiapkan untuk menghadapi
masyarakat dengan segala kebaikan
dan kejahatannya, manis
dan pahitnya. Menurut
Arifin (1981) pendidikan Islam merupakan usaha orang dewasa muslim yang
bertakwa yang secara sadar mengarahkan
dan membimbing pertumbuhan serta
perkembanngan fitrah anak
didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.
Menurut Jalaluddin (2001) pendidikan Islam dapat didefinisikan sebagai usaha pembinaan dan pengembangan potensi manusia secara optimal sesuai dengan statusnya, dengan berpedoman pada syariat Islam yang disampaikan oleh Rasul Alloh agar manusia dapat berperan sebagai pengabdi Alloh yang setia dengan segala aktifitasnya guna terciptanya suatu kondisi kehidupan Islami yang ideal selamat, aman, sejahtera dan berkualitas serta memperoleh jaminan hidup di dunia dan akhirat.
Menurut Jalaluddin (2001) pendidikan Islam dapat didefinisikan sebagai usaha pembinaan dan pengembangan potensi manusia secara optimal sesuai dengan statusnya, dengan berpedoman pada syariat Islam yang disampaikan oleh Rasul Alloh agar manusia dapat berperan sebagai pengabdi Alloh yang setia dengan segala aktifitasnya guna terciptanya suatu kondisi kehidupan Islami yang ideal selamat, aman, sejahtera dan berkualitas serta memperoleh jaminan hidup di dunia dan akhirat.
Beberapa uraian tersebut, dapat
dilihat perbedaan-perbedaan antara pendidikan secara umum dengan pendidikan
Islam. Perbedaan utama yang paling
menonjol adalah bahwa
pendidikan Islam bukan hanya mementingkan pembentukan pribadi untuk kebahagiaan dunia, tetapi juga untuk kebahagiaan akhirat.
Pendidikan Islam lebih menekankan pada aspek bimbingan (menuntun) daripada pengajaran serta berupaya untuk mengembangkan potensi individu. Selain itu pendidikan Islam berusaha membentuk pribadi yang bernafaskan ajaran-ajaran Islam. Hal inilah yang cukup membedakan pendidikan Islam dengan pendidikan secara umum yang banyak dilandasi pada ideologi sekuler. Untuk itu, pendidikan Islam bertujuan untuk mempersiapkan individu menumbuhkan segenap potensi diri yang ada baik jasmani maupun rohani dengan pertumbuhan yang terus menerus agar dapat hidup dan berpenghidupan sempurna sehingga ia dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi dirinya dan umatnya (Arief, 2005).
Sistem pendidikan Islam juga
memiliki tujuan lain yang
lebih luas cakupannya,
di antaranya: menurut Jalal,
tujuan umum pendidikan Islam
ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Alloh, pendidikan harus menjadikan
seluruh manusia menghambakan diri kepada
Alloh, yaitu dengan beribadah kepada
Alloh. Konsep ibadah dalam hal
ini mencakup semua amal, pikiran, dan
perasaan yang dihadapkan
(atau disandarkan) kepada Alloh. Aspek
ibadah merupakan kewajiban orang Islam
untuk mempelajarinya agar ia dapat mengamalkannya dengan cara yang
benar. Menurut Syaibani, tujuan
pendidikan Islam adalah: pertama, tujuan yang
berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan,
tingkah laku masyarakat, tingkah laku
jasmani dan rohani dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di
akhirat. Kedua, tujuan yang berkaitan
dengan masyarakat, mencakup tingkah laku
masyarakat, tingkah laku
individu dalam masyarakat, perubahan
kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman
masyarakat. Ketiga, tujuan
profesional yang berkaitan
dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi,
dan sebagai kegiatan masyarakat (Hadi, 2010).
Sistem pendidikan Islam
dalam pelaksanaanya memiliki
beberapa kaidah yang menjadi dasar
proses pendidikan: pertama,
Islam menekankan bahwa
pendidikan merupakan kewajiban
agama sehingga proses pembelajaran
dan transmisi ilmu sangat bermakna bagi
kehidupan manusia. Kedua,
seluruh rangkaian pelaksanaan
pendidikan adalah ibadah kepada Alloh
SWT, sehingga pendidikan merupakan kewajiban individual sekaligus kolektif.
Ketiga, Islam memberikan derajat
tinggi bagi kaum terdidik,
sarjana maupun ilmuwan.
Keempat, Islam memberikan landasan bahwa pendidikan merupakan aktivitas
sepanjang hayat. (long life education). Sebagaimana Hadist Nabi tentang
menuntut ilmu dari sejak buaian ibu sampai liang kubur. Kelima, konstruksi
pendidikan menurut Islam bersifat dialogis,
inovatif dan terbuka dalam menerima ilmu
pengetahuan baik dari Timur
maupun Barat. Itulah
sebabnya Nabi Muhammad
SAW untuk memerintahkan umatnya menuntut ilmu walau ke negeri Cina (Iriani, 2010).
Daftar Pustaka
Ahmed, Manzoor. 1990. Islamic Education. Qazi Publishers, New Delhi.
Aliya, 2010. Menggagas Kembali Konsep Sistem Pendidikan Islam, diakses melalui situs:
http://hati.unit.itb.ac.id/?p=43, 12 November 2010.
Arief, Armai. 2005. Reformulasi Pendidikan Islam. CRSD Press, Jakarta.
Arifin, Muzayin. 1981. Kapita Selekta Pendidikan (Umum dan Agama), Toha Putra, Semarang.
Danim, Sudarwan. 2003, Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Dewey, John. 1979. Democracy and Education. Mac. Milan, London.
Freire, Paulo. 2002. Politik Pendidikan: Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar (diterjemahkan oleh Fuad dari The Politics of
Education: Culture, Power and Liberation).
Loading...
0 Response to "Artikel PAI: Hakikat Pendidikan Islam"
Post a Comment